Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 3

Bookmark
Please login to bookmark Close

BAB 3

THE KNIGHTS

Aku masih duduk diruang pertemuan, setengah jam lalu para ksatria itu sudah pergi, semuanya pergi dengan menggerutu dan marah kepada seorang ksatria bernama Lysander, seharusnya aku mencari banyak informasi sebelum aku kemari, aku sudah seperti orang bodoh tadi, aku memijat keningku. Ksatria bernama Lysander menyuruhku menunggu hasil pencariannya. Apa yang bisa dirinya lakukan sekarang, aku memijit keningku sakit. Aku tidak pernah menyangka banyak informasi penting yang aku tidak tahu. Zeus, bagaimana ibu bisa mengenalnya.
“Ya ampun akhirnya kau sadar, aku hampir saja memanggil semua orang kemari” Ionia berlutut dihadapanku sambil menatapku cemas.
Berapa lama aku melamun “Aku baik-baik saja”.
“Baiklah sebagai perempuan pertama dikastil menyedihkan ini, aku akan memberikanmu tur singkat dan mengenalkanmu pada pria-pria brengsek tadi well pasanganku yang terbaik” Ionia menarikku menuju lorong yang tadi kami lewati berbelok di koridor. Kami Menaiki tangga batu khas kastil.
“Para ksatria ini sudah hidup lima ratus tahun di kastil ini sedangkan aku sendiri baru datang sekitar enam bulan yang lalu, tepatnya melarikan diri dari kejaran para Titan. singkatnya aku bertemu Xander dan memikat pria itu dengan pesonaku” Ionia terkekeh.
Lantai dua kastil terdapat dua lorong, Ionia mengetuk pintu kamar sebelah kiri lorong. Pria yang merayuku sebelumnya membuka pintu dengan wajah malas.
“Ya tuhan, Ionia aku masih ingin tidur”
Plakk…
Ionia memukul kepala pria itu keras. “Dasar bodoh, aku hanya ingin memperkenalkan Estel dengan penghuni rumah ini”.
“Ini, Daryian, perayu ulung dan playboy brengsek. Jangan pernah percaya ucapan Daryian”. Ksatria itu hanya tersenyum seakan membenarkan ucapan Ionia. mata Daryian berwarna toska terang, rambutnya selehernya seputih salju yang dilumuri sedikit emas. ada tanda berbentuk lingkaran dengan ukiran yang rumit dilengan kirinya.
Aku tersenyum tipis kearah Daryian. “Jangan mengangguku atau aku akan memukul bokongmu dengan sangat kuat” Daryian menutup pintu kamarnya tepat didepan wajah Ionia.
“Daryian itu pernah kedapatan tidur dengan Hera jadi dirinya dikutuk oleh Zeus tidak bisa berteleportasi” bisik Ionia.
“Ionia, aku masih bisa mendengar ucapanmu” teriak daryan kesal, Ionia tersenyum tanpa rasa bersalah. kedapatan tidur dengan seorang ratu, jika Di Asgard, Daryian pasti sudah dipenggal aku menggeleng kepala tidak percaya.
Kami melewati tiga kamar dan Ionia berhenti didepan pintu kayu yang dipoles rapi. Ionia mengetuk kuat “katakan urusanmu dengan cepat” suara itu dikatakan dengan sangat datar lalu pintu terbuka
“Hai anak tampan” ucap Ionia ceria
Zale mendengus “apa yang kalian lakukan disini”.
Ionia mengabaikan pertanyaan Zale “Ini Zale, dia suka sekali susu strawberry” Ionia menaik turunkan alisnya.
“Ionia aku perlu berbicara dengan Zale, bisa kau bawa Estel pergi” Xander berdiri dibelakang Zale.
Bibir Ionia mengerucut, tanpa membantah Ionia mengajakku pergi.
Zale dan Xander memiliki tinggi yang sama, hanya iris mata zale berwarna hijau muda sedangkan xander berwarna ungu gelap. wajah Zale terdapat bekas luka dari dahi kiri sampai pipi. Rambut ikal Zale berwarna cokelat seperti kulitnya dibiarkan menutupi pipinya. Xander memiliki wajah tegas yang mampu melulukan banyak wanita. Rambut Ksatria itu dipotong pendek, berwarna hitam.
Kami bertemu dua orang ksatria lagi setelah naik dilantai tiga kastil, tebakanku banguan sebelah kanan tidak ditinggali para Ksatria. Mereka hanya mengggunakan kastil sebelah kiri.
“kebetulan sekali, berikan sedikit waktu kalian pada dua wanita cantik ini” goda Ionia sambil menepuk tangannya girang.
Kedua ksatria mendesah “Zale dan Xander memanggil kami” ucap Helios acuh sambil berlalu.
Ionia menarik lengan Helios “demi Posaidon, aku akan menenggelamkanmu dilaut jika kau bersikap menyebalkan” Rivan terkekeh melihat bagaimana Ionia menatap tajam Helios.
Sebelum Helios meledak marah, Rivan menepuk bahu ksatria itu pelan “apa yang kau inginkan Ionia, kami tidak memiliki banyak waktu”
Ionia tersenyum penuh kemenangan “Estel, pria menyebalkan itu Helios” Ionia menunjuk pria berbadan kekar dengan otot-otot menyembul dari balik kaosnya, rambut Helios panjang menyentuh lehernya, berwarna emas terang, sama seperti matanya. “Dan yang manis itu Rivan”. Rivan tersenyum kearahku ramah. Rivan berkulit putih yang bisa membuat semua wanita iri, rambutnya keperakan yang dipangkas pendek. Iris mata rivan berwarna hitam pekat seperti malam. Aku yakin banyak wanita yang rela melempar diri mereka kearah Rivan.
“Maaf menganggu waktu kalian” ucapku tidak enak, lalu aku menarik ionia pergi. “Apakah mereka semua bersaudara” tanyaku penasaran.
Ionia menggeleng kepala “mereka tidak memiliki ibu, para ksatria diciptakan dengan tubuh orang dewasa, Zeus menciptakan mereka untuk melindungi Olympus dan Zeus sendiri tapi ketika perang antar Titan dan dewa Olympus terjadi para ksatria sudah ditipu seorang ksatria sehingga mereka jauh dari Olympus lalu mereka dipenjara di Underworld. Titan berkuasa dan dewa dewi Olympus dipenjara di tartarus, saat itu terjadi aku masih sangat muda dan berhasil kabur dari perbudakan para titan dan lima ratus tahun kemudian mereka melarikan diri dari Underworld” ada kesedihan yang dimata dewi itu, aku tidak mengerti tetapi aku bisa merasakan perasaan sedih yang menusuk. Membayangkan para ksatria berjuang melarikan diri dari Underworld bukan sesuatu yang menyenangkan.
aku menyentuh bahunya lembut “Kita akan merebut Olympus kembali” ucapku penuh tekad “aku putri dari Niflhaim dan sebagai Asgardian kami tidak pernah menyerah tanpa berusaha” Lanjutku penuh semangat. Meskipun aku tidak tahu seberapa besar kekuatan yang kami perlukan untuk mengalahkan para Titan aku percaya kami akan menang.
“Ya ampun kalian para wanita-wanita Asgard memang keren” Ionia menatapku berbinar.
“aku tidak melihat ksatria dengan rambut salju itu” tanyaku penasaran, baru kali ini aku bertemu dengan immortal yang memiliki rambut bersalju.
Ionia bersandar di dinding, menyilangkan tangannya, senyuman mengoda terukir jelas dibibirnya “kau tertarik sama Lysander” aku menatapnya dengan pandangan “kau pasti sudah tidak waras” Ionia tertawa mengabaikan tatapanku “hanya Lysander menempati bagian kanan kastil, Pria itu gila teknologi, dirinya senang bermain dengan saham sehingga para ksatria tetap hidup kaya. Lysander juga memastikan keamanan kastil.”
“Rambutnya mengeluarkan salju”
“Sekitar empat ratus tahun lalu, Lysander membunuh salah satu wanita suci. Bisa dikatakan saat itu mereka agak liar” aku memicingkan mata, tertarik dengan penjelasan Ionia. Sang dewi menghaluskan kondisi para ksatria setelah melarikan diri underworld. “wanita suci itu mengenggam rambut panjang Lysander yang berwarna hitam disaat dirinya sekarat lalu berucap hidupmu akan dipenuhi badai salju yang tidak akan bisa diredakan oleh apapun. Disaat kau menemukan tujuanmu, semua akan membeku bagai kristal. Jadilah apa yang aku ucapkan saat ini. Setelah itu rambut Lysander berubah putih, mengeluarkan kristal salju” Ionia menghela nafas.
Aku terdiam, perasaan ngeri merambat batinku, di Niflhaim kami tidak pernah mengutuk siapapun. Kami hanya bertarung tanpa mengenal lelah. Penghuni Yggdrasil tidak memiliki kekuatan sebesar itu untuk mengutuk seseorang. Selain ramalan masa depan yang bisa dilihat di air urda. Aku menyapu lenganku tidak nyaman.
Kami menaiki lantai terakhir kastil, hanya ada sebuah pintu diatas tangga. Tanpa mengetuk Ionia melangkah masuk santai
“Damn..” umpatan keras dari samping ruangan. seorang pria, bertelanjang dada berdiri diambang pintu kamar mandi, ada sebuah handuk tersampir di lehernya, celana jeans hitam menggantung sempurna dipinggangnya. tanda lingkaran seperti milik daryian sama persis di bahu sebelah kirinya. Apakah tanda itu sebuah simbol persaudaraan atau sesuatu yang lain. Bintang pentagon merujuk pada Iblis. Aku mengerinyit curiga.
Aku menelan ludah susah payah, sialan runtukku dalam hati, bau lemon dan mint tercium jelas, rambutnya yang berwarna madu dan karamel terlihat lebih menggiurkan, ya ampun Estel jaga sikapmu, kau seorang putri kataku pada diri sendiri. Tidak pernah sebelumnya diriku merasa begitu terpikat dengan bentuk fisik pria. Demi odin yang bijaksana, saudaranya Thor juga memiliki ciri fisik yang mampu memikat hampir semua wanita Asgard tapi aku tidak pernah tertarik sedikitpun. Bagaimana dengan mudahnya ksatria dihadapannya ini menarik perhatiannya dengan mudah.
“Wah, jadi kau baru habis mandi, biar aku tebak kau juga akan ke kamar Zale” Ionia mengabaikan tatapan membunuh Priam “Estel ini Priam, dia pemimpin para ksatria, dia ahli dalam berbagai senjata tapi sangat payah pada wanita. Dia diramalkan…”
Seketika mulut ionia dibekap dan diseret keluar oleh Priam dengan mudah, Priam menutup pintu kamar lalu menguncinya.
Ruangan Priam dipenuhi dengan banyak koleksi senjata api, bintang ninja disusun rapi di lemari kaca sepanjang dinding kiri dan kanan. Ada sebuah pedang dengan pegangan bermata hijau diletakkan disamping ranjang. Sebuah balkon mengarah kearah hutan.
Aku berdehem “well maaf jika kami menganggu, aku akan pergi sekarang” berada satu ruangan dengan Priam bukanlah ide bagus untuk saat ini. Aku hampir membuka pintu tetapi lenganku ditarik Priam sehingga kami hanya berjarak seinci. aku menggigit lidah untuk tidak mengerang.
Suara priam serak dengan aksen Yunani “beristirahatlah, kau bisa menggunakan ranjangku. Jangan menyentuh apapun, aku akan kembali” Priam melangkah pergi tanpa sekalipun berbalik.
Ada sesuatu yang gelap tentang Priam, aku bisa merasakannya, aku belum yakin tapi cepat atau lambat aku pasti akan mengetahuinya. Aku memegang jantungku yang berdegup kencang, “apa yang terjadi padaku”.

 

 

Helloo .. kembali lagi, efek sibuk jdi bru bisa update ?

 

Jangan lupa Comment yah ?

ryindini

i love reading

1 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    Dag-dig-dug