___ini cerita yang ku janjikan, semoga suka___
[Bela ayu sandjaya]____
Dalam hidupnya, kepercayaan diri itu harus ia punya. Harus pintar ngomong di depan banyak orang, balas sapa orang yang menyapanya atau yang memberi senyum padanya. Nggak usah mikirin ocehan gak guna para fansnya-dalam artian yang sebaliknya. Yah… Kalo liat fans lagi nimbrung ngomongin, tinggal lambaikan tangan saja untuk membuat mereka histeris.
Hidup itu simpel, jangan terlalu banyak di pikirkan. Pikirkan solusi penyelesaian masalahnya, pikirkan peluang lain selain masalah yang kamu pikirkan.
Kalo hidup kamu banyak masalah dan terus kamu pikirkan dan memilih lari. Kapan kamu akan maju? Kamu bisa ketinggalan kereta masa depan nanti.
Dan Bela menikmati hidupnya yang di kata sahabat seleborannya
“Idup lo keknya datar amat dah. Gak ada asik-asiknya, di tembak cowok lu tolak pake alesan temenan aja lagi. Basi nyet!”
Jujur sebenarnya Bela nggak percaya sama yang namanya cinta dalam status pacaran. Bela takut di tinggalin kalo pacaran cinta monyet. Menurut Bela pacaran itu masih kaya orang yang berdiri di antara hidup dan mati. Mau melakukan ini terlihat salah, itu salah. Karena memang dari awal hubungan dengan status ‘pacaran’ itu salah menurutnya.
Jadi sekarang Bela hanya sedang berusaha untuk jatuh cinta, yang kata geng selebor rasanya tuh nano-nano.
Ada pribahasa ‘if you change your life, the world in your hand’
Nah Bela juga ingin coba-coba berhadiah. Mencoba untuk terus intropeksi diri, mengingatkan sesama dan menjadi perempuan baik hati dan tidak sombong.
Terserah kalian saja kalo nggak percaya, liat nanti Bela akan berusaha sekuat tenaga sampai titik darah pengahabisannya dalam mengisi lembar demi lembar hidupnya sambil mencari sosok tambatan hatinya.
Lebay banget, ya? Ah.. Persetan, toh yang menentukan pilihan hidup adalah dirinya. Yang akan menyesal akan pilihan juga diri sendiri. Untuk apa juga memikirkan omongan mereka yang iri.
Iri itu tanda tak mampu. HAHAHAHA
Kalo di bilang iri lirik ke kanan yang udah punya pacar. Ya pasti ada, bohong banget kalo nggak iri.
Sorry guys. Bela juga perempuan normal. Munafik banget kalo Bela bilang gak mau rasain pacaran dan rasain jatuh cinta terus di cintai dan mencintai pasangannya. Tapi, ya seperti Bela bilang tadi. Pacaran itu berasa kaya orang yang berdiri antara hidup dan mati.
Mudah jadian, mudah meninggalkan. Komitmennya masih terdengar main-main di telinga banyak orang, termasuk dirinya. Ya… Walau banyak juga yang serius pacaran sampai jenjang pernikahan.
Bela belum pernah mau ngebuka hati untuk mereka cowok-cowok kegatelan yang liat bening sedikit langsung serong kanan tanpa lihat lampu merah, dia udah gas pol gitu aja. Bela sulit banget buat nambatin hatinya untuk satu orang istimewa dalam hidupnya.
Bela termasuk dalam kriteria orang yang sulit jatuh cinta, Bela cuma suka mengagumi saja. Contohnya mengagumi oppa korea yang tampan, bisa dance, tinggi semampai, karismatik, putih mulus yang ngalahin dia sendiri sebagai perempuan.
Bela hanya sedang belajar untuk melatih sang hati. Melatih agar relung hatinya memilih dengan benar si istimewa, seorang yang bisa membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
Jadi, Bela terus mengisi lembar demi lembar halaman kehidupannya dengan banyak warna. Walau kadang memang lebih banyak hitam ketimbng warna indah dalam hidupnya. Bela belajar untuk dewasa dengan caranya, karena adakalanya orang dewasa tidak mebgerti cara anak remaja seperti dirinya belajar untuk bersikap dewasa.
Belajar menjalani kejamnya dunia, berfikir kritis dan mensyukuri keberadaan mereka yang berhasil membantu bela mengisi lembarannya menjadi banyak warna dan mengikis warna hitam. Mereka sahabatnya, Ayahnya dan sang kakak.
Jadi apakah Bela bisa menjalani dan mencoba membuka hati?
Apa yang akan di lakukan sang takdir akan hidup Bela kedepan…
****
see you…