Vitamins Blog

Married life : 1

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

38 votes, average: 1.00 out of 1 (38 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Hari ini, aku dan mas Regio belum bertemu sama sekali, karena kemarin dia berangkat tugas dan belum pulang sampai sekarang. Dia yang bekerja di bidang pengintaian mempunyai tugas yang penting saat ini, itu katanya.

Aku yang tidak begitu paham, hanya mengiyakan saja. Sebelum pergi, dia memberikan baju Bayangkari untukku. Dia tau, aku tidak suka keramaian jika itu bukan duniaku sendiri. Dia masih saja memberikan seragam itu padaku, yang jelas tidak akan memakai pakaian itu.

” Mbak Lucia, ini titipan dari Daddy buat Abang. Katanya harus di kasih hari ini juga.” Ribka adik dari suamiku datang tiba-tiba ke tokoku, dia berteriak lantang dan membuat seisi toko menatapnya. Tapi dasar Ribka, dia acuh acuh saja. Malah dengan santai dia menunjuk cake yang ingin dia makan.

” Bayar, gak setiap kamu kesini aku gratisin ya.” Aku mengambil barang yang di bawa ribka setelah mengganti pakaianku yang lumayan lusuh setelah berkutat di dapur.

” Ekh… Kakak kamu dinasnya dimana Sich???” Tanyaku yang memang tidak tau dia bekerja dimana.

” Astaga…. Kalian nikah udah 1 bulan. Tapi kakak gak tau Abang dinas dimana, katanya kalian. Pacaran dulu sebelum nikah. Kok kayaknya gak tau apa apa.” Ribka dengan mulut toanya perlu di beri lakban sekali kali, semua yang ada disini menatapku dengan berbagai pandangan.

” Kayak kakak kamu tau tentang aku segalanya adja, ngga kan. Lagian Abang mu itu irit bicara, capek hati kalo ngomong sama dia.” Aku dan Regio jarang berkomunikasi, saat dia dinas pagi. Kami hanya bisa sarapan bersama, karena aku selalu pulang malam dan langsung tidur kelelahan. Dan selama dia dinas malam, kami bisa sampai seminggu tidak bersua. Hanya sekali dua kali kami bertukar kabar. Aku tidak begitu tau bagaimana kehidupan rumah tangga, karena sejak kecil aku hanya di asuh oleh Tante Karin yang memilih hidup sendiri. Dan datang sewaktu-waktu kalau dia memberi ku uang bulanan. Sejak kecil aku terbiasa sendiri, Tante Karin selalu melanglang buana ke seluruh dunia, dia tidak pernah mau mempekerjakan pembantu full, baby sitter untukku. Saat aku masih kecil, dia selalu membawaku ikut bersamanya yang bekerja dari satu tempat ke tempat lain. Walau kerjaannya hanya duduk di depan banyak sekali komputer. Di rumah kami pun ada satu set kumputer yang membuat aku tertarik dengan dunia Tante Karin.

Akhirnya, aku sampai di tempat dinas Regio. Dia ternyata bertugas di Kapolda.

” Maaf pak, ada pak Regio. Saya mau ngasih barang titipan.” Aku bertanya pada polisi di depan meja pelayanan.

” Tunggu sebentar ya, pak komandan Regio sedang bertugas di luar. Jam makan siang pasti balik kesini. Adek siapanya pak Regio??” Aku yang tidak suka keramaian hanya mengundang teman terdekat dan beberapa petinggi kepolisian di pernikahanku. Tante Karin sendiri datang hanya 1 jam di acara itu, bersama om Rahardian yang bertugas menjadi waliku. Yang entah bagaimana caranya aku punya wali untuk pernikahanku. Yang ku tau, hanya Tante Karin adik ibuku. Tidak ada sanak saudara yang dia ceritakan, atau dia perkenalkan padaku dari dulu.

“Adek kenapa gak telpon pak komandan kalo ada hal penting. Coba dech telpon pak Regio nya.” Usul salah satu polisi yang menatapku kasian karena sudah 1 jam nunggu.

” Hp saya hilang kemarin, jadi saya gak punya nomernya.” Dua hari lalu, hpku tercebur ke sungai saat kemarin aku dan para pegawai berlibur di puncak.

Aku melihat Regio masuk ke dalam kantor kepolisian, disisinya ada seorang polwan cantik yang berjalan bersisian. Walau ku tau langkah Regio lebar, tapi sang polwan mencoba menyamai jalannya.

” Dan, ada yang nyari.” Seru bapak depanku.

” Hp kamu gak aktif selama 2 hari, aku kira kamu lowbat kemarin. Tapi sampel hari ini, aku gak bisa ngehubungi kamu” aku hanya tersenyum saat Regio mencerca ku dengan pertanyaannya.

” Hp aku ilang di sungai pas ke puncak kemaren, ini dari Daddy. Katanya penting. ” Ku berikan barang titipan dari Daddy ke orangnya, dia membuka nya dan kembali menutupnya setelah tau apa itu.

” Udah beli ponsel baru???” Tanya Regio.

” Belum, lupa.” Aku mengedikan bahuku acuh, polwan cantik itu masih berada di sisi Regio. Seolah menegaskan dia mempunyai hubungan spesial dengan Regio.

” Udah ya aku mau pulang, kamu nanti pulang kan. Atau mau kencan sama mbak polwan ini??” Bukan aku mau menyindir atau apa, tapi melihat sang polwan yang terlihat mulai gak senang liat aku akrab dengan mas Regio. Aku merasa kasian.

” Kamu cemburu???” Tanya Regio dengan wajah yang aneh.

” Nggak, cuman kasian. Dia kayaknya ngebet banget sama kamu, dan dari tadi dia masih adja berdiri di sisi kamu. Mungkin dengan dinner romantis dia gak terus terusan ngintilin kamu” wajah bripka Miranda udah merah kayak kepiting rebus. Semua polisi disini mendengarkan percakapan kami, meski tidak terlalu kentara.

” Susah banget ya bikin kamu cemburu, padahal aku sendiri mati Matian nahan cemburu kalo ada pelanggan kamu yang mau kenalan. Yuk makan siang, Bripka Miranda ngebeliin aku nasi padang.” Regio menggenggam tanganku, membawaku berjalan bersamanya menuju ruangannya.

” Ekh, makasih ya mbak Miranda.” Seruku.

 

seinnabilla

Punya imajinasi tinggi terhadap ide cerita. Tapi tidak bisa menguraikan cerita itu sendiri.

6 Komentar

  1. Keren deh ceritanya. ?

  2. Syukaaaaa……jd pnasaraaan lanjutanya……..

  3. Wkwk ampe segitunya mau bikin cemburu hihi eh tp jabatannya komandan….tinggi dong

  4. Unprettygjrl menulis:

    Ditunggu kelanjutannya! ? kocak nih, kayaknya ??

  5. baru baca langsung suka

  6. Kia Luthfia menulis:

    kerennn..