Vitamins Blog

UNWANTED DRAFT : NUKU, KAKOYA O.B.P.S. (2016) INJAR, NEBULA TAG : NOVE

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

ORANG BATI

kisah mahluk kriptid dari pulau Seram

 

BAB 1 : MANUSELA

Suku Manusela adalah suku pesisir yang bermigrasi ke pedalaman hutan di bawah kaki gunung Kairatu. Suku ini sebenarnya jauh lebih dulu menempati pulau seram dibandingkan Suku Alifuru.

Suku Manusela memiliki seorang Baparaja yang cerdas dan tangguh tapi juga dikenal membangkang pada dewa. Sampai suatu hari, ia melakukan hal yang membuat Dewa Tanah murka, yaitu dengan membakar kebun bunga miliknya.

Sebenarnya, kalau hal tersebut adalah kesalahan pertama Baparaja pada Dewa, mungkin Dewa Tanah akan memaafkannya.

Tapi, mengingat banyaknya dosa ysang dilakukan Bapa Raja dan sifatnya yang tak kenal takut, para Dewa memutuskan untuk memberikannya hukuman.

Imbasnya, pada umur yang ke-40 tahun itu ia dikutuk memiliki penyakit menahun, yang mana tidak bisa membuatnya tidur nyenyak, makan enak, susah bicara, dan tentunya membuat Baparaja tidak dapat pergi untuk berburu atau pun berperang, yang mana dua hal tersebut merupakan nafas seorang Baparaja Manusela.

Di tengah kondisinya yang rapuh itu, Suku Manusela masih tetap bertahan dikarenakan hadirnya seorang putra mahkota yang arif lagi cerdas seperti ayahnya. Pangeran Nuku mengatasi segala kewajiban ayahnya, ia belajar dengan cepat dan giat.

Semua ia lakukan demi menjaga rakyat dan kekuasaan suku Manusela. Pangeran Nuku juga bertekat untuk dapat menjadi orang hebat agar bisa bertemu dengan Dewa, lalu ia akan memohon kesehatan untuk ayahnya.

Tahun-tahun berlalu, lebih dari dua dekade sudah Pangeran Nuku menggantikan ayahnya tetapi belum bergelar Baparaja karena ayahnya masih hidup. Kejayaan yang didapatnya tidak membuat dia bahagia lantaran dihantui keadaan ayahnya yang sangat mengenaskan.

Nuku selalu menitihkan air mata jika berkunjung ke rumah perlindungan ayahnya, betapa tidak layak seorang Bapa Raja hidup seperti ini. Bahkan, manusia mana pun tak layak diperlakukan seperti ini.

Sampai suatu hari, Pangeran Nuku dengan rutin mencampurkan racun kuat ke obat-obatan ayahnya tanpa sepengetahuan siapa pun. Tujuannya, ia ingin mengakhiri penderitaan ayahnya. Tapi, pada suatu malam, Pangeran Nuku mendapat pesan lewat mimpi dari Dewa Langit.

Dewa berkata

&Wahai Nuku, kami Para Dewa melihatmu nak, janganlah kau berpikir untuk membunuh ayahmu karena ingin kau sudahi penderitaannya. Kami telah berbijaksana untuk tidak mengutuk seluruh rakyatmu. Jadi biarlah ayahmu seorang yang menanggung hukumannya. Lebih baik, kau urusi rakyat dan wilayahmu. Dan ingat! Jika nafas ayahmu terhenti, hukuman Dewa tetap tidak akan berakhir. Kau dan rakyatmu akan meneruskannya.&

Walau pun Pangeran Nuku dikenal jauh lebih taat kepada Dewa daripada Baparaja, tetapi mungkin darah pembangkang itu tak memudar begitu saja. Tidak sanggup melihat ayahnya seperti itu, Pangeran Nuku kembali menjalankan tujuannya. Tanpa tahu dan sadar hukuman dahsyat yang menantinya.

Usaha membuahkan hasil, beberapa tahun kemudian Bapa Raja Manusela tutup usia. Dengan senyuman, Pangeran Nuku menghantarkan ayahnya ke tempat peristirahatan terakhir. Seluruh rakyat Manusela juga berbahagia, yakin bahwa Baparaja telah diampuni Para Dewa dan berakhir sudah hukumannya.

Kebahagian yang menyelimuti Suku Manusela tidak berlangsung lama. Terjadi bencana angin dan hujan yang hebat beberapa hari setelah upacara pemakaman Baparaja, bertepatan dengan upacara pengangkatan Pangeran Nuku menjadi Bapa Raja yang selanjutnya.

Di hadapan seluruh rakyat Manusela yang tengah kalang kabut, Dewa Langit menampakkan dirinya. Cahaya putihnya menyilaukan mata siapa pun yang ada di sana.

Semua orang gemetar, ketakutan, sama-sama pertama kalinya melihat seorang dewa. Tidak pernah terpikir oleh mereka dapat bertemu dengan Dewa, bahkan dalam mimpi sekali pun.

Tidak. Tidak pernah.

Kecuali satu orang di sana, satu orang dengan mata tajam yang menatap sang Dewa Langit tanpa gentar. Matanya memerah, rahangnya terkatup, Nuku tidak menghiraukan perasaan heran para rakyat yang melihat dirinya tidak bersujud di depan Dewa.

Dewa Langit dengan cepat merubah pakaian Dewanya menjadi lebih sederhana. Angin dan hujan berhenti, sang Dewa mulai melangkah di antara lautan manusia yang tengah bersujud padanya. Melangkah dengan pasti, tau kemana kaki ini akan membawanya.

Ke sana.

Ke depan seorang anak muda tangguh, yang bahkah teriakan saat perangnya digilai para Dewi. Dua mahluk itu saling berhadapan, saling menatap. Yang satu mengamati, yang satu mengantisipasi.

Dewa tersenyum tipis, kemudian agak menundukan kepalanya. Tindakan Dewa Langit sontak membuat seluruh rakyat tersentak. Seorang Dewa paling dipuja, baru saja memberi hormat ke pangeran mereka? Betapa harunya hati para rakyat saat itu. Tak sedikit yang pingsan dan mimisan.

Dewa Langit

&Semuanya terlalu cepat, kematikan Baparaja kalian terlalu cepat. Ada sebuah kesalahan yang dibuat oleh Dewa Kematian. Bapa Raja Manusela seharusnya masih hidup ratusan ribu tahun lagi untuk menebus dosa-dosanya. Tapi, bahkan dia hanya menjalaninya selama 30 tahun. Kami Para Dewa tidak bisa mencabut kutukan.

Suku Manusela tidak akan memiliki seorang Baparaja lagi. Pangeran Nuku akan tetap menjadi seorang pangeran. Kalian semua akan bertanggung jawab atas hukuman Bapa Raja yang sangat kalian cintai itu.

Kalian akan kami kutuk menjadi sebuah mahluk, yang bahkan kalian tidak pernah bayangkan ada sebelumnya. Sebuah mahluk yang melambangkan dosa-dosa manusia. Mahluk yang abadi dalam penderitaan, mahluk yang bahkan pepohonan, bunga-bunga juga langit tidak mau kalian ada.”

Semua orang terkejut, masih dalam posisi bersujud, mereka melirik takut kepada Dewa Langit. Dewa Langit menatap Pangeran Nuku, tersenyum, berusaha mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Kemudian, badai yang lebih dahsyat kembali datang, Dewa Langit dengan cepat beralih wujud dan hilang bersama badai.

Pangeran Nuku gemetar, matanya merah menahan tangis, yang terjadi selanjutnya lebih mengagetkan. Semua yang ada di sana mulai kehilangan tangannya, berganti menjadi sesuatu seperti kata Dewa, tidak pernah dapat mereka bayangkan sebelumnya. Muncul bulu-bulu lebat dan hitam dari dalam kulit mereka, semua orang histeris, ada yang menjerit, menangis, dan tak sadarkan diri.

Sementara itu, pangeran Nuku masih diam di tempatnya, berusaha menahan sakit yang tak terkira di sekujur tubuhnya. Mereka semua berubah, menjadi mahluk yang sebelumnya tak pernah ada.