Vitamins Blog

Little Things Between You And Me ( Chapter 1)

Bookmark
Please login to bookmark Close
26 votes, average: 1.00 out of 1 (26 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Author’s Note:

Cerita ini merupakan lanjutan dari Short Story “Our Little Secrets”. Karena setting di negeri Sakura sehingga penulis juga mengadopsi beberapa culture dari sana terutama dalam hal relationship, hubungan orangtua-anak yang berbeda dari kebiasaan orang Indonesia.

It’s just a fiction anyway, so please enjoy…

***

***

Resah dan gelisah…

Jam dinding berwarna putih berdetak seiiring dengan gerakan dari jarum panjang tipis yang mengelilingi deretan angka.

Himura Chie melirik sekilas dan bergumam pada diri sendiri, “Pergantian shift masih satu setengah jam. Aku harus bertahan sedikit lagi.”

Salah satu rekan kerja tergoda untuk bertanya, “Kau berniat lembur lagi Chie?” Nona Himura terdiam beberapa saat sebelum menganggukkan kepala dengan lesu.

Sudah beberapa hari Chie tidak pulang ke apartemen, dan menginap di salah satu ruang kosong di rumah sakit.

Dia menyibukkan diri dengan pekerjaan sambil berharap bisa menenangkan pikiran dan batin yang bergejolak setiap mengingat ucapan sahabatnya. ‘Aku mengajakmu tinggal bersama, calon Nyonya Uemura’

Chie dilema, di satu sisi ia juga mulai menaruh hati pada sang sahabat.

Selain wajah tampan dan kejeniusan dari pria Uemura itu, Sanada juga memiliki kualitas lain yang hanya dilihat oleh Chie. ​

Dan mungkin beberapa wanita lain, meski Chie sendiri jelas tidak akan mengakui hal itu secara terang-terangan.​

Sanada adalah sosok yang tegas dan berpendirian teguh jika telah membuat keputusan sehingga menjadikan pria itu orang yang bisa diandalkan dalam situasi apapun.

Pria yang akan gigih memperjuangkan dan menyelesaikan apapun yang sudah dimulainya. Orang yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman ​terutama ​bagi seorang gadis Himura yang introvert.

Di sisi lain, Chie belum pernah menjalani hubungan yang mengharuskannya tinggal bersama seorang pria.

Ajakan tinggal bersama menunjukkan keseriusan sang pria pada hubungan mereka dan tentunya akan berakhir dengan pernikahan.

Akan tetapi, sebuah pemikiran menggelayut dalam pikiran sang nona akhir-akhir ini.

Bagaimana bila mereka gagal membina hubungan dan tidak bisa menjadi sahabat lagi?

Chie jelas tidak menginginkan hal itu.

Dia tidak ingin kehilangan Sanada yang sudah menjadi teman bercerita, tempat bersandar dan mereka saling mendukung menghadapi badai hidup dalam kehidupan sehari-hari. Chie bahagia dengan keadaan ini walaupun hanya sebatas menjalani persahabatan yang tulus.

Apa yang menjadi kekhawatiran Chie terjadi juga.

Sanada muncul di tempat kerjanya dengan wajah angkuh dan cool seperti biasa. Para perawat saling berbisik, tersipu malu sambil mencuri-curi pandang pada pria Uemura itu.

Suzu, salah satu rekan kerja Chie sudah hapal dengan kedatangan sang pria berambut hitam tersebut dan siapa yang akan ditemuinya.

“Pasien abadimu sudah datang,” ucap Suzu santai sambil menyikut Chie.

Chie menoleh mengikuti arah pandang Suzu dan terlihat gugup tidak berani melakukan kontak mata dengan pria Uemura yang kini menatapnya tajam bak elang.

​Ditatap seperti itu membuat Chie semakin sadar diri akan kondisinya hari ini. ​

Penampila​nnya jauh dari kata menarik, dia telah kekurangan tidur dalam beberapa hari ini dan tak mengherankan bila ada lingkaran hitam di sekitar mata dan bahkan bibir​nya​ ​saja sudah ​terlihat pucat.

​Ingin rasanya Chie membalikkan badan, dan berlari jauh meninggalkan Sanada begitu saja. Tapi, Chie menyadari bahwa itu tindakan pengecut, dan seorang Himura tak pernah dididik seperti itu.

​Entah kenapa, Chie merasa hari ini akan terasa panjang sekali ….​

​***

Setelah meminta izin, Chie ​pada akhirnya ​menemui Sanada yang mengajaknya untuk berbincang di kafetaria terdekat.

​ Pria itu telah menempati salah satu kursi di sudut, sama sekali tak peduli akan lirikan yang ditujukan oleh pengunjung kafetaria lain yang kebetulan sedang berada di sana.

‘​Bagus, Chie menggerutu dalam hati.

Jelas ini yang kubutuhkan, duduk berdua dengan orang yang sedang berusaha kuhindari dan dilirik oleh para wanita yang jelas terpukau pada pesonanya.

Dia yang rapi, sementara aku terlihat begitu lusuh dan berantakan.

Ia lalu menarik kursi kemudian duduk di hadapan Sanada., mengalihkan pandang ke arah lain, tak berminat menatap pria itu.

Selama sesaat sama sekali tak ada yang bersuara. Chie yang masih betah memandang ke arah lain, sementara Sanada terus saja memperhatikan gerak-gerik Chie dalam diam. Menit berikutnya, pria itu menghela nafas.

“Chie,” panggilnya.

“Ya?”

“Bisakah kau berhenti memandang ke arah lain, dan menatap mataku? Aku sedang mencoba berbicara denganmu.”

Chie terdiam.

​”Dan kau juga tahu bahwa apa yang sedang kau lakukan saat ini sangatlah tidak sopan.”

Chie merutuk dalam hati, dan dengan perlahan gadis itu akhirnya memalingkan wajah, memandang sosok pria tampan di hadapannya.

Ekspresi wajah sang gadis terlihat biasa, meskipun perasaannya jelas kacau. Ini pertama kalinya dia duduk berdua dengan Sanada tepat setelah kejadian itu.

Dipikir lagi, Chie merasa tidak siap. Tidak untuk saat ini.

Kedua tanganya terkepal erat di bawah meja, berdoa semoga Sanada tidak bertanya tentang apa yang tidak ingin dia bicarakan. Menyiapkan diri, gadis itu menegakkan kedua bahunya.

Entah kenapa, kepalanya juga mulai terasa berat. Mungkin setelah semua ini selesai, dia akan pulang dan istirahat.

​”Kau kemana beberapa hari ini? Aku mencarimu ke apartemen tapi tidak ada. Kau bahkan tidak mengangkat teleponku.” Nada bicara Sanada terdengar ketus​ kali ini​ dan tidak ada basa-basi sama sekali.

​Menusuk tajam dan terdengar bagaikan tuduhan.​

“Aku lembur di rumah sakit.”​ Chie menjawab singkat.​ Ia merasa keringat dingin mulai muncul di sekujur tubuhnya.

“Kau sengaja menghindariku?”

​‘Nah kan…

​”Tidak.”

Kenapa ruangan ini terasa seperti berputar?​

​Sanada mendengus. “Benarkah? Kenapa tak terlihat seperti itu bagiku?”

“Aku sedang banyak pekerjaan, Sanada. Aku…”

Pandangan Chie menggelap, dan yang terakhir diingatnya hanyalah suara Sanada yang terdengar semakin menjauh.​

“Oi. Oi, kau kenapa? Chie?!”

*****

Dia mengalami anemia, kelelahan dan stress. Usahakan untuk istirahat total dan tidak memberi beban pikiran berlebih. Kami akan memberinya izin untuk tidak bekerja selama tiga hari.

Jawaban dari dokter membuat Sanada sedikit merasa bersalah, seharusnya dia berdiskusi baik-baik bukan malah ​ mengajukan pertanyaan yang terdengar bagai tuduhan dan malah membuat Chie kebingungan.

Apapun itu, Sanada merasa bertanggungjawab telah membuat Chie seperti sekarang.

​S​aat ini Sanada bisa saja membawa Chie langsung ke apartemennya, tetapi dia tidak ingin kehilangan kepercayaan dari Chie.

Gadis itu pun pasti akan merasa tak nyaman jika terbangun di kamar yang terasa asing baginya.

Karena itu, setelah mendapatkan izin pulang dari dokter jaga, ia langsung membawa pulang sang gadis kembali ke apartemen mungilnya.

***

​Chie terbangun. Ia ​mengerjapkan mata dalam kegelapan​.

Kepalanya masih terasa pusing, tapi​ setidaknya ia masih mampu mengenali ruangan dimana ia berada. Chie bisa merasakan hawa khas kamar tidur di apartemen miliknya.

‘Bukankah aku tadi masih di rumah sakit dan berbicara dengan –

Chie terkesiap dan berusaha bangkit dari posisi tiduran menjadi duduk, tapi tubuhnya terasa lemas.

‘Sanada, astaga dimana dia? Aku tidak ingin dia salah paham lebih jauh.

“Kau sudah sadar?” suara baritone​ yang​ terdengar dalam ruangan yang sama​ itu mengagetkannya.​

‘Tu-tunggu dulu, itu suara Sanada kan? Apakah dia berada di kamarku?’

Tiba-tiba lampu tidur di samping ranjang Chie menyala setelah Sanada menemukan tombolnya.

Sanada mendekati sang gadis kemudian menarik kursi dari meja belajar yang berada di kamar tidur. Setelah terduduk, ia menempelkan punggung tangan ke dahi Chie. “Panasmu sudah turun. Tapi kenapa wajahmu masih begitu merah?”

Selama ini Sanada belum pernah memasuki kamar Chie sama sekali dan jika firasat Chie benar, berarti Sanada yang membawanya pulang dari rumah sakit?

Membayangkannya saja sudah membuat wajah dan telinga Chie memanas karena malu.

“A-aku..” Chie tergagap bingung mau menjawab apa.

​Menyadari kecanggungan Chie, Sanada melanjutkan ucapan dengan nada penuh penyesalan.

“Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku memaksamu untuk tinggal bersamaku seperti itu dan seakan tidak memberi pilihan padamu.”

​Pria itu pada akhirnya​ terlebih dulu menyuarakan isi hatinya.

“Tapi aku benar-benar ingin menjalani hubungan yang lebih serius denganmu, Chie.”

Deg! Kalimat ini yang ditunggu-tunggu sekaligus ditakuti oleh Chie.

​ ​”Dan sekarang aku ingin mendengar pendapatmu. Apa yang membuatmu menghindariku?”

Chie terdiam beberapa saat, semua kekhawatiran dan pertimbangan muncul kembali dalam benaknya. Dia enggan menceritakan hal itu kepada Sanada karena takut menyinggung sang pria.

Akan tetapi, ketika Chie menemukan sorot mata Sanada yang menatapnya penuh kasih dan menunggu penjelasan, Chie pada akhirnya menjawab juga.

“Aku takut, Sanada-kun. Kalau semua ini hanya mimpi yang tidak bertahan lama atau euphoria sesaat yang akan menghilang dalam hitungan bulan.”

Keduanya terdiam. Sanada memberikan waktu bagi Chie untuk melanjutkan kalimatnya.

“Bagaimana jika kita gagal menjalani hubungan ini? Apakah kita masih bisa bersahabat? Realita menunjukkan banyak pasangan yang putus akan berubah menjadi orang asing dan tidak saling menghubungi lagi. Aku tidak ingin kehilangan persahabatan kita.”

​Chie mengucapkan kalimat demi kalimat dengan hati-hati, sementara Sanada mengusap tengkuk dan merasa sedikit canggung sebelum menghela napas panjang dan berujar, ​

“Aku sudah pernah memikirkan hal yang sama denganmu dan hal itu juga yang membuatku tidak pernah memintamu menjadi kekasihku karena ada kekhawatiran kalau hubungan kita tidak bertahan lama.”

Sanada mengenang kembali semua hubungan yang pernah dijalaninya dulu.

“Para gadis yang pernah menjalin hubungan denganku hanya mencintai ilusi yang mereka ciptakan dalam kepala mereka sendiri dan berusaha mengubahku sesuai dengan ekspektasi mereka.”

Ada jeda sejenak. Chie menatap Sanada dengan intens menunggu penjelasan dan Sanada menarik napas panjang,

“Hal tersebut tidak kutemukan dalam dirimu, Chie. Aku sudah mengamatinya selama beberapa tahun ini. Kuakui, kau satu-satunya gadis yang paling bisa menghadapi semua sikapku dan paling lama berteman denganku. Berada di dekatmu, aku bisa menjadi diri sendiri dan aku nyaman dengan hal itu.”

Lalu, sikap canggung itu mendadak hilang, digantikan dengan kepercayaan diri yang kembali muncul. Sorot matanya terlihat begitu tajam dan berbinar.

​”Kau menerima diriku apa adanya, dan entah sejak kapan rasa sayang itu tumbuh dan muncul rasa ingin memiliki. Membuatku ingin bertemu denganmu setiap hari, dan tentunya kita berdua telah saling mengetahui kekurangan masing-masing namun tidak pernah memaksa salah satu untuk berubah.”

Sang pria Uemura menggeser posisi tempat duduknya dan memberanikan diri menggenggam telapak tangan Chie.

“Saat ini, aku menyayangimu lebih dari sekedar sahabat, Chie. Namun apakah kita berdua mampu melangkah ke jenjang yang lebih tinggi? Tidak ada yang bisa memberikan jawaban jika kita tidak pernah memberikan kesempatan pada hubungan ini.”

Chie menatap lekat-lekat wajah Sanada yang terlihat serius mengucapkan kalimat demi kalimat yang mulai menggugah sanubarinya.

“Aku lebih siap menerima resiko kalau kita pernah menjalani hubungan serius tapi gagal dibandingkan tidak pernah melakukan apapun dan harus menerima kartu undangan yang bertuliskan namamu bersanding dengan nama pria lain.”

Hati kecilnya membenarkan perkataan Sanada, kalau Chie akan merasakan kepedihan yang sama jika tiba-tiba harus menerima undangan berisi nama Sanada dengan wanita lain.

Malam itu, pertama kalinya mereka berdua berbicara dari hati ke hati. Chie bisa merasakan ketulusan dalam setiap kalimat yang diucapkan Sanada.

“Kau perlu istirahat tiga hari ke depan. Apa yang kukatakan padamu jangan dijadikan beban pikiran. Sekarang tidurlah,” ucap Sanada sambil mengusap dahi Chie.

Merasa de ja vu karena beberapa hari lalu Chie baru saja melakukan hal yang sama kepadanya.

***

To be continue

13 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Pertamaaaaaa hihi
    Vote dlu ka azel hihi

    1. waeee… jarinya lincah bener palah hahahah gagal pertamax aku.

      Thanks uda vote n ninggalin jejak, semoga suka dengan ceritanya ya. Ga panjang2 amat kok sampai end-nya, akunya yang ga kuat nulis cerita panjang2.

  2. wah aku tertarik….untuk memunggu kelanjutan kisah chie dan sanda…semoga idenya mengalir lancar…jadi aku ga lama untuk menunggu…

    1. sanada….maafkan typo nya

    2. hihihihi tenang… ide lancar kok ini… klo misal pada banyak yang tertarik, aku bakal upload lebih cepat ^_^ @dekoceria

    3. aku sangat tertarik sama kelanjutan kisah mereka…semoga yang lainpun begitu ya…

  3. Suka sma sikap Sanada…berharap hubungan Sanada jg sahabatnya Chie berhasil
    Ditunggu kelanjutannya yaa

    1. hai @lucyacia thanks uda mampir baca, vote n comment hehehe bakal upload secepatnya

  4. farahzamani5 menulis:

    Entah knp bca ini berasa ngalir aja kyk aer mulai bca, senyum2 sndri, deg2an, happy dan tau2 tbc hehe
    Di Jepang itu tinggal bersama dah satu langkah menuju nikah yak, Sanada ajak Chie nikah aja sih ehh hehe
    Semua terpecahkan jika ada komunikasi eaaa
    Cuzz ke part 2
    Semangat ka azel

    1. Hihihi @farahzamani5

      thanks palah, fiksi ini terinspirasi dari temen sepergaulanku (cowo cewe yang uda bersahabat lama, dan akhirnya baru merid).

      Klo di jepang itu, tahap pacarannya rada unik sih. Mereka bisa tinggal bareng sebelum menikah, kalo uda serius baru diajakin ketemu orang tua. Agak kebalik urutannya dibanding ma indo ya.

  5. Sanada yg bijak,,
    Tapi gak salah sih Chie takut kayak gitu,,
    Kalau udah mantan nanti pasti susah mau deket lagi,,

    1. @khairaalfia iya benar, klo dari sahabat jadi pacar trus ntar jadi mantan da susah buat dekat lagi seperti dulu

  6. fitriartemisia menulis:

    arhhhh Sanada bener banget ngomongnya, lebih baik pernah mencoba lalu gagal daripada harus nerima undangan dengan nama Chie bersama oranglain didalamnya huhuhu