Vitamins Blog

Immortal Guardians – Lembar 2 (Two Princes)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

39 votes, average: 1.00 out of 1 (39 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“Apa tidur anda tidak nyenyak, Tuan Putri,” Unique terhenyak dari lamunannya. Dari pantulan kaca, dia bisa melihat wajah khawatir para pelayannya yang tengah memandangi wajahnya. Memang benar jika wajahnya sedikit terlihat letih dengan kantung mata yang terlihat samar. Namun itu tidak membuat wajahnya menghilangkan rona malu yang selalu ada di pipinya saat menyadari jika para pelayannya menyadari jika dia tidak mendapat tidur nyenyak. Karena memang benar, dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak, lebih tepatnya tidak bisa tidur sama sekali. Pikirannya tetap terusik dengan perkataan dari Agni.

Semalam, setelah perkataan aneh dari Agni, pria itu langsung undur diri dan meminta sang Putri untuk segera tidur. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, tidak ada pembenaran dari perkataannya, tidak ada sinar tawa yang mungkin terbesit di matanya, hanya keterdiaman yang melanda. Seakan apa yang dikatakan oleh Agni memanglah suatu kebenaran yang sedang diucapkan oleh pria itu. sehingga Unique mau tidak mau memikirkan sepanjang malam tentang apakah yang diucapkan Agni memang kenyataan. Membuatnya sepanjang malam terjaga ditemani Grey yang kemudian pergi saat lonceng berbunyi.

“Ah, mungkin saja Tuan Putri merasa gugup tentang hari ini sehingga anda terjaga sepanjang malam. Benarkan, Putri?” tebakan itu memang tidak sepenuhnya benar tapi entah kenapa Unique merona malu karena diingatkan tentang apa yang akan dilaluinya hari ini.

“Bu..bukan itu.” Kalimat penyangkalan dari Unique membuat para pelayan terkekeh geli dengan ucapan gugup Unique. Unique sendiri pun seperti biasanya hanya bisa tersipun malu karena ditertawakan.

Para pelayan melanjutkan merias wajah Unique. Tidak seperti biasanya, para pelayan menyanggul tingi rambut Unique, memberikan pewarna pada bibirnya, dan menyapukan sedikit bubuk putih pada wajah Unique. Tentu saja riasan ini membuat Unique bertambah cantik daripada biasanya. Tak lupa, mereka membawakan gaun paling indah yang Unique miliki beserta sepatu kulit dengan kualitas terbaik. Setelah semua persiapan selesai, mereka segera menggiring Unique menuju aula untuk menyambut kedatangan para pangeran bersama dengan Sang Raja dan Ratu.

***

Semua penghuni kerajaan sudah berbaris rapi pada tempatnya. Raja, Ratu serta Putri Unique sudah menempati singgasananya, begitu pula para pengawal putri yang sudah bersiap  di barisan paling depan, di dekat sisi putri. Mereka tetap terlihat gagah meski tidak memakai baju zirah mereka, hanya mengenakan sarung tangan besi beserta sepatunya.

Sesekali Unique melirik ke arah Agni, pria itu terlihat menonjol terutama dengan semua perban yang menutupi seluruh kepalanya. Sesaat pandangan mereka terpaut, seakan hanya dengan pandangan mata saja mereka bisa saling berkomunikasi. Agni sendiri kemudian menundukkan kepalanya dalam-dalam, sebuah pertanda penghormatan sebelum akhirnya memberikan segaris tipis di wajahnya. Sedangkan Unique sendiri  merona malu, dirinya sadar jika Agni tengah memberikan pertanda bahwa pria itu memuji penampilannya hari ini.

Suara terompet dan seruan kedatangan para pangeran mengalihkan perhatian Unique maupun orang yang ebrada di dalam aula. Mereka menatap kedua pangeran yang berjalan gagah membelah ruang aula sebelum akhirnya menunduk dan memberika salam penghormatan ke arah Raja beserta keluarganya.

Unique mengamati penampilan kedua orang pria di depannya. Pria di sebelah kirinya adalah seorang pria dengan rambut coklat yang dikuncir karena terlalu panjang. Matanya bulat berwarna coklat senada dengan rambutnya dan menyinarkan jika dia adalah pria yang ceria, ini juga terlihat dari senyumnya yang terlihat lebar dan ramah. Sedangkan di sebelah kanannya merupakan pria dengan rambut pirang dan bola mata berwarna hijau seperti rerumputan. Matanya terlihat tajam seakan siap menelan siapa saja yang menentangnya.

“Selamat datang kepada kalian berdua, Pangeran Yasa dan Pangeran Franco.”

Kedua pria itu menunduk sebagai rasa salut. “Suatu kehormatan bagi saya karena anda menerima kedatangan saya, Raja Barda,” ucap pria di sebelah kiri Unique

Raja Barda terkekeh senang mendengar perkataan Pangeran Franco, “Tidak usah terlalu kaku, Pangeran Franco, aku selalu senang menerima kehadiranmu. Sudah 14 tahun sejak kedatangan terakhirmu.” pria di sebelah kiri Unique, Pangeran Franco, memberikan senyum sebagai balasan ucapan Raja Barda.

“Saya juga merasa senang, anda mau menerima keberadaan saya, Raja Barda,” kali pria di sebelah kanannya yang berbicara.

Raja Barda tersenyum, “Begitu pula denganku, Pangeran Yasa, saya sangat merasa terhormat karena anda mau datang ke kerajaanku yang sederhana ini.”

Pangeran Yasa hanya mengangguk kaku sebagai balasan. “Baiklah, karena kalian sudah disini, aku akan mengenalkan putriku pada kalian. Disebelah kiriku adalah Putri Unique, dia merupakan satu-satunya anak yang kumiliki.” Unique memberikan anggukan halus dan senyumannya sebagai tanda perkenalan, begitu pula dengan kedua pangeran di depannya.

“Karena kalian datang kemari datang untuk meminang putriku, berarti dialah yang akan memutuskan pinangan siapa yang akan dia terima. Sebelum dia memutuskan akan menerima pinangan salah satu dari kalian, aku akan memberikan waktu kepada kalian secara bergantian untuk mengenal lebih dekat putriku.” Raja Barda menatap dengan pandangan penuh keramahan di matanya. “Untuk sekarang, kalian berdua bisa beristirahat di kamar yang telah disiapkan dan saya harap anda bisa merasa nyaman di istana ini.”

Para pelayan yang telah di beri tugas kemudian segera menunjukkan jalan kepada kedua pangeran itu ke kemar mereka masing-masing. Raja Barda sendiri segera mengalihkan pandangannya pada sang putri di sampingnya. “Bagaimana menurutmu, Unique? Apakah dengan sekali lihat kau bisa langsung memutuskan pinangan siapa yang akan kau pilih?”

Unique merona malu karena dugaan konyol yang dilontarkan oleh ayahnya, “Bagaimana bisa aku langsung memutuskannya hanya dalam sekali lihat, ayah?”

Raja Barda terkekeh geli dengan gerutuan putrinya, “Kalau begitu kau harus memanfaatkan dengan baik waktu yang akan kau habiskan dengan kedua pangeran itu. bagaimanapun juga ini adalah keputusanmu dan aku tidak ingin kau menyesal di kemudian hari.” Unique mengagguk mengerti meskipun di dalam hatinya dia mulai cemas dengan beberapa hari kedepan yang akan di hadapinya.

***

Agni membukakan pintu kamar Unique, mempersilahkan gadis itu keluar dari kamarnya diikuti Honey yang sudah menyamar menggunakan baju pelayannya. Ketiganya berjalan menyusuri lorong istana menuju taman guna bertemu dengan Pangeran Franco yang pada hari ini akan mendapatkan kesempatan menghabiskan waktu bersama Unique.

Agni berjalan di depan Unique, mengawal gadis itu menyusuri lorong istana. Sikapnya sangat tenang tapi matanya selalu awas mengawasi sekitar. Honey pun berjalan di belakangnya, mengikuti langkah Unique dan tetap menunduk dengan telinga yang masih tetap mendengar apapun yang mungkin mencurigakan. Sedangkan Unique, sedikit merasa aneh dengan pengawalan seperti ini.

Ini adalah kali pertama Unique dikawal sangat ketat seperti ini. biasanya dia bisa bebas berjalan kemanapun. Namun setelah penobatan ketiga pengawalnya, dia tidak pernah dibiarkan sendirian, terutama oleh pria di depannya ini. dalam diam, Unique menatap punggung kokoh di depannya, masih merasa penasaran dengan pembicaraan terakhir mereka.

Unique tersentak kaget saat tanganya ditarik ke belakang, bersamaan dengan suara patahan kayu yang terdengar di telinganya. Matanya membulat saat menyadari bahwa Agni sudah berbalik ke arahnya dengan pedang yang masih teracung penuh siaga. Dibawahnya terdapat anak panah yang sudah terbelah jadi dua. Kedua pengawal tersebut segera mengalihkan pandanganan mereka pada sisi lorong yang memang tidak tertutup oleh dinding, langsung menghadap ke arah taman istana dan dibatasi oleh dinding istana. Belum sempat Unique mencerna apa yang terjadi, panah yang lain berdatangan lagi. Dengan sigap Agni segera menepis semua anak panah tersebut. Dirinya memposisikan diri sebagai tameng sedangkan di belakangnya terdapat Honey yang melindangi Unique dengan tubuhnya sendiri.

“Honey, cepat kembali ke kamar Tuan Putri. Aku akan melindungimu dari belakang.” Honey segera berlari seraya menarik Unique, diikuti Agni yang masih menepis semua panah yang mengarah ke mereka. Berkali-kali Unique harus menunduk untuk menghindari anak panah yang melesat mengarah ke kepalanya. Hingga akhirnya mereka berhasil masuk kembali ke dalam kamar Unique.

“Anda tidak apa-apa, Tuan Putri?” Unique menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Agni. Gadis itu masih terengah akibat berlari di sepanjang lorong. Begitu juga Honey yang kepayahan akibat gaun pelayan yang dikenakannya. “Honey, kau berjaga disini. Aku akan keluar dan mencari bantuan.” Unique hendak membantah, menahan pria di depannya agar tidak pergi namun senyum menenangkan yang dilayangkan oleh pria itu sukses membungkam semua ucapan yang hendak di lontarkan oleh Unique.

Setelah pintu di depan mereka tertutup, Honey menuntun Unique untuk duduk di kasurnya. Gadis itu membiarkan Tuan Putrinya meredakan rasa syok yang menimpa dirinya. “Apakah anda sudah baikan, Tuan Putri?” Unique kembali mengangguk kemudian terdiam.

Beberapa menit setelah keheningan, pintu kamar Unique terbuka. Sosok Raha Barda datang diikuti Sang Ratu yang memancarkan sinar kecemasan di wajahnya. “Astaga, Anakku.” Sang Ratu segera memeluk putrinya. Dia bisa merasakan Unique yang masih gemetar. Sang Ratu melepaskan pelukannya, tangannya merangkum wajah Unique, memeriksa apakah sang putri terluka atau tidak. “Kau tidak apa-apa?” Unique tidak bersuara namun mengangguk sebagai jawaban pertanyaan ibunya.

“Agni, kau sudah menangkap siapa pelaku yang menembakkan anak panah?”

“Sudah, Baginda. Pelaku sudah berada di dalam tahanan bawah tanah.” Raja Barda mengangguk. Dirinya mengusap lembut kepala Putrinya dengan senyum menghiasi wajahnya.

“Seharusnya hari ini kau menghabiskan waktu bersama Pangeran Franco. Namun karena kejadian ini, dia memundurkan jadwal dan meminta untuk bertemu nanti saat makan malam. Apa kau sanggup?” Unique mengangguk, menciptakan helaan napas panjang sang Raja. “Kau tidak perlu memaksakan diri, Unique. Pangeran Franco pasti mengerti jika kau membatalkan acara kalian hari ini.” Unique menggeleng.

“Kalau aku membatalkannya, maka tidak akan adil bagi Pangeran Franco. Waktuku untuk mengenal Pangeran Franco akan berkurang dibandingkan dengan waktuku untuk mengenal Pangeran Yasa.” Raja Barda tersenyum mendengar alasan Unique.

“Baiklah kalau begitu. Ayah akan beritaukan hal ini pada Pangeran Franco.” Raja Barda segera berlalu dari kamar Unique, begitu pula Sang Ratu setelah mencium kening Unique. Agni pun menundukkan kepalanya, memberikan penghormatan sebelum akhirnya meninggalkan kamar Unique.

***

Untuk menghindari penyerangan yang kemungkinan akan berulang, makan malam yang akan dilakukan oleh Putri Unique dan Pangeran Franco dilakukan di bagian utara istana. Semuanya sudah tersusun rapi saat Unique memasuki ruangan. Dirinya disambut oleh Pangeran Franco yang tersenyum ke arahnya. Pria itu membungkuk seraya mengulurkan tangannya. Unique pun segera menyambut uluran tangan tersebut, tersenyum malu saat Pangeran Franco mengecup lembut punggung tangannya.

Unique sekilas memindai seisi ruangan. Ruangan yang biasanya dibiarkan kosong dan dipenuhi barang antik kerajaan itu sekarang disulap menjadi ruang makan romatis yang dipenuhi cahaya lembut dari lilin yang terpasang sedemikian rupa. Di atas meja makan sudah tersedia peralatan makan yang siap digunakan.

Tarikan halus dari tangannya, membuat Unique segera mengikuti langkah Pangeran Franco. Sekilas, Unique menolehkan kepala kebelakang, memastikan apakah Agni mengikuti langkahnya. Dan saat matanya mendapati pria itu ada disana, mengikuti setiap langkahnya, Unique mengulas senyum lega.

Unique kembali teralihkan saat Pangeran Franco menarik salah satu kursinya, memberikan isyarat halus agar Unique menempati tempat duduk itu. dengan segera Unique menepatinya, diikuti Pangeran Franco yang menempati tempat duduk di seberang Unique. “Terima kasih karena sudah mau menerima undanganku Unique, mengingat seharusnya kau beristirahat akibat kejadian tadi siang.” Unique mengangguk malu. Dirinya merasakan pipinya memanan akibat sensasi malu karena Pangeran Franco memanggilnya dengan namanya, tanpa ada embel-embel Putri.

“Walau bagaimanapun, ini adalah waktu bagi saya untuk mengenal jauh tentang anda, Pangeran Franco.”

Pangeran Franco terkekeh mendengar ucapan Unique. “Tolong jangan terlalu formal kepadaku, lagipula kita dulu sangatlah dekat. Kau cukup memanggilku Franco saja atau jika mau kau bisa memanggilku Coco, seperti saat kita kecil dulu.” Unique bersemu merah saat Pangeran Franco meminta dirinya untuk memanggil pria itu dengan namanya secara langsung, tanpa embel-embel Pangeran. Dirinya mencoba melafalkan nama Franco dengan mulutnya namun yang terjadi dia malah terbata, membuat Pangeran Franco terkekeh geli sedangkan Unique tersipu malu.

“Jadi, kita dulu adalam teman semasa kecil.” Pangeran Franco mengangguk dengan senyum ramah di wajahnya.

“Iya, aku dulu sering berkunjung kesini untuk bermain bersamamu. Aku masih ingat saat kau selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Bahkan kau akan menangis saat aku akan kembali pulang.” Unique kembali merona, dirinya tidak tau jika sosoknya saat kecil bisa melakukan hal seperti itu.

“Tapi kenapa aku tidak ingat?” gumam Unique dengan kepala tertunduk, mencoba menyembunyikan rona merah yang masih setia mewarnai pipinya.

Pangeran Franco terkekeh gemas melihat rona merah di pipi Unique. Meski rona itu hanya terlihat samar akibat pencahayaan yang begitu minim. “Tentu saja, kejadian itu sekitar empat belas tahun yang lalu.  Kau pasti tidak terlalu mengingatnya.” Itu berarti itu saat Unique berusia sekitar tuju tahun.

“Lalu kenapa kau tidak lagi mengunjungiku?”

Pangeran Franco menghela napas. Pandangannya yang semula menatap penuh ke arah Unique kini melihat keanapun asal tidak ke arah gadis di depannya. “Banyak hal yang terjadi. Setelah kematian orang tuaku, aku dituntut untuk bisa menjamin keberadaan kerajaanku. Aku juga harus fokus untuk membangung kerajaan yang saat itu dalam kondisi tidak stabil. Maka dari itu, aku sudah tidak bisa berkunjung ke sini lagi.”

“Maafkan aku. Aku bukan bermaksud mengingatkanmu akan kematian oran tuamu.”

Pangeran Franco menggeleng. Dirinya mencoba mengulas senyum ceria kembali meski tidak berhasil, “Itu semua sudah berlalu. Saat ini ada yang lebih penting yang harus aku lakukan.”

“Oh ya, apa itu?”

Kali ini Pangeran Franco benar-benar tersenyum senang. Pancaran sinar matanya menampakkan kebahagian, “Mendapatkan cinta pertamaku.” Unique bersemu malu. Meski tidak dikatakan secara langsung oleh Pangeran Franco siapa cinta pertama yang dimaksud pria di depannya, namun Unique tau siapa yang pria itu maksud. “Baiklah, bagaimana jika kita mulai makan malam kita?” Unique mengangguk.

Dari pintu yang terbuka, masuk beberapa pelayan yang membawa beberapa makanan. Pelayan yang lainnya meletakkan minuman pada sisi samping makanan yang tersedia. Harum aroma teh langsung menyeruak ke dalam hidung Unique, aroma teh kesukannya. Unique pun tergoda untuk mencicipi teh kesukaannya itu. belum sempat Unique memasukkan cairan itu kedalam mulutnya, sebuah tangannya mencekal pergelangan tangannya, diikuti suara dentingan gelas membentur meja dan teriakan Pangeran Franco, “Hei berani-beraninya kau—“

Pangeran Franco tidak melanjutkan perkataannya saat matanya langsung teralihkan ke arah suara desisan di atas meja. Begitu pula Unique yang langsung terbelak saat mendapati potongan daging makan malamnya kini sudah setengah meleleh akibat terkena cairan tehnya yang tumpah. Dengan spontan Unique segera menoleh ke arah Agni, memandang wajah pria itu yang menatapnya dalam-dalam. Memberikan Unique sebuah isyarat bahwa ini hanya awal dari semuanya.

6 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Ecieeee pangeran Franco imut bngt nama panggilannya, Coco hihi
    Nahh loh, ngapa putri Unique jdiny malah ada rasa ke Agni, knp ya Agni dibilang terkutuk, emmm penasaran jdinya
    Sang Raja ampe kaget bngt gtu jdinya
    Ditunggu part selanjutny
    Semangat trs yak ka

  2. Aduuhh pilihannya kan hnya pangeran Coco dan Yasa ehh malah milih Agni jadi marahkan Raja Barda..penasaran itu knpa ayah putri Uni marah2 nya smpe meledak-ledak gitu bawa2 soal kutukan lgi. Ditunggu kelanjutanyaa

  3. Duh kok Agni dibilang terkutuk sih
    Ini si Agni pemain utamanya cowoknya ya? Hhe

  4. farahzamani5 menulis:

    Haii haii ka
    Apa ini perasaan aq aja apa emang bnr yak, bukanny part ini kmrn terakhir ny itu pas raja kaget krna putri Unique sukany sma Agni, tp ternyata pas aq bca lgi beda, nahh loh, aq salah bca atau gmn ini haha
    Barusan bca part yg terbaru aq agak bingung jdiny mampir ke part sebelum ny

    1. Kayanya diubah deh kak part ini, aku jg nyadar klo part ini udh beda.
      Pas mau lanjut baca part 3 nya rada2 bingung jg hehe

    2. fitriartemisia menulis:

      iya ya, lain kayaknyaa