Vitamins Blog

My Bride Chapter 14

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

28 votes, average: 1.00 out of 1 (28 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Chapter 14

-Jason Lee POV-

Aku berada di kantor appa, samchon memintaku belajar sebelum pengalihan perusahaan ketanganku. Sudah seharian aku disini dengan berkas-berkas yang bertumpuk diatas meja.

Aku mempelajarinya dengan seksama tapi ada juga yang membuatku pusing. Tapi aku bertekad harus menguasai ini agar para pemegang saham itu tidak meremehkan kemampuanku.

“kamu tidak pulang” Tanya samchon tiba-tiba.

“belum, masih banyak yang harus ku pelajari” jawabku tanpa mengalihkan pandanganku terhadap berkas-berkas itu.

“pulanglah sebentar lagi malam, apa kamu tak ingin bersama istrimu menghabiskan waktu berdua” ujarnya menggodaku.

“aku tahu samchon baru menikah jadi jangan mengingatkanku akan hal itu” ucapku ketus, samchon tertawa mendengar ucapanku.

“Ya sudah selamat bekerja, aku pulang dulu” ujarnya berpamitan.

Aku melanjutkan mempelajari berkas berisi tentang laporan keuangan. Ponselku berbunyi, aku tersenyum saat melihat nama yang tertera disana.

“yeoboseyo” sapaku, hening kenapa Mei tak bersuara.

 “Mei kamu kenapa ? kenapa hanya diam saja, jangan buat aku takut begini”

 “Jason” lirihnya selebihnya hanya suara tangisan Mei yang terdengar, apa yang terjadi padanya. Aku berdiri mengambil kunci mobil melesat pergi menuju parkiran. Sesampainya dirumah, kulihat Mei sedang mondar-mandir dengan wajah yang penuh air mata. Kuberjalan mendekati dan memeluknya.

“ada Mei kenapa kamu menangis seperti ini” tanyaku.

“halmeoni masuk rumah sakit, aku ingin ke Jepang sekarang Jason” ujarnya .

“kita pasti akan kesana, tenangkan dirimu sayang” aku membawanya duduk mengambilkan air minum untuk menenangkannya.

Kurogoh ponselku menelpon seseorang yang akan membawa kami ke Jepang secepatnya.

“samchon bisa siapkan pesawat pribadi appa, aku membutuhkannya setengah jam lagi” ucapku memutuskan sambungan tanpa mendengarkan pertanyaannya.

Aku meninggalkan Mei diruang tamu melesat ke kamar membereskan pakaian yang akan kami bawa ke Jepang. Mei masuk membantuku membereskan pakaian, ia sudah tidak menangis lagi.

Gerekan Mei terhenti karena ia tak bisa menresleting koper kami, tangannya gemetar, ia menangis lagi. Aku mengambil alih menutup koper lalu memposisikan Mei dihadapanku. Menghapus air matanya membawanya lagi kedalam pelukanku, menenangkannya.

“halmeoni pasti baik-baik saja, ayo kita berangkat sekarang” ujarku melepaskan pelukan kami, mengambil koper dan menyeretnya turun. Ada untungnya juga mempunyai pesawat pribadi untuk situasi seperti ini.

Aku memasukkan koper kedalam bagasi lalu mengendarai mobil menuju bandara. Samchon memberitahuku lewat pesan bahwa pesawat kami sudah siap.

Kutolehkan wajahku kesamping kemudi, Mei duduk dengan gelisah. Ia meremas-remas tangannya. Suatu kebiasaan yang ia sering lakukan saat sedang gugup dan cemas sama seperti saat ini. Kugenggang tangannya dengan sebelah tanganku menyalurkan ketenangan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

***

-Mei POV-

Aku bergegas turun dari taxi saat tiba dirumah sakit mininggalkan Jason. Aku bertanya pada meja informasi letak kamar halmeoni. Saat Jason berada dihadapanku dengan membawa koper ditangannya.

Aku menarik tangannya mengikutiku. Sesampainya diruang inap kulihat halmeoni sedang terbaring. Aku duduk dikursi disamping ranjang halmeoni.

Hiroshi berjalan mendekatiku dan memegang pundakku, kutolehkan wajahku menghadapnya. Kakakku terlihat kusut dan juga letih terlihat sekali ia kurang tidur.

“oppa, pulanglah aku akan menjaga halmeoni” ujarku. Ia mengangguk lalu pergi.

Kuperhatikan wajah halmeoni yang semakin tirus, seharusnya aku lebih perhatian sama halmeoni, appa eommo mianhae aku mengecewakan kalian.

Aku tak bisa menjaga halmeoni dengan baik dan membahagiakannya. Kuedarkan pandanganku keseliling ruangan tak menemukan keberadaan Jason diruangan ini, kemana ia pergi. Aku berdiri karena ingin ketoilet membasuh mukaku agar terasa segar, sekarang sudah jam 8 malam. Saat keluar aku menemukan Jason ia melambaikan tangannya menyuruhku duduk disampingnya.

“makanlah Mei ini sudah waktu makan malam dan kamu melewatkannya. Kamu tak ingin jatuh sakit bukan, siapa yang akan merawat halmeoni jika kamu jatuh sakit” ujarnya.

Ucapannya ada benarnya juga, aku tak boleh sakit. Kuambil makanan yang Jason siapkan dan memasukkannya kemulutku. Aku berhenti memasukan makanan kedalam mulutku ketika mendengar erangan Halmeoni. Terima kasih Tuhan, halmeoni sudah sadar.

Aku terbangun dari tidurku, kuregangkan tubuhku yang terasa pegal karena tidur disofa. Kudekati Mei yang tidur dengan posisi duduk dekat ranjang halmeoni.           Kubenarkan letak selimut Mei pasti sakit sekali tidur dengan posisi seperti ini, aku sudah menyuruhnya tidur disofa tapi ia bersikeras untuk tidur didekat halmeoni. Ia sudah sadar sebelum Mei menyelesaikan makan malamnya. Maka dari itu dia bersikeras untuk tetap disisi neneknya.

Setelah selesai mandi, ku ambil topi yang tergelatak diujung sofa lalu mengenakannya. Aku ingin membeli sarapan pagi buat kami berdua. Keberadaanku sudah diketahui oleh seluruh penghuni dirumah sakit ini. Tapi aku bisa bernapas lega karena mereka begitu pengertian tidak menggangguku, mereka tahu alasanku berada disini. Saat kembali ternyata Mei sudah bangun kuajak ia sarapan bersama. Setelah selesai sarapan aku menyuruhnya mandi. Aku menggeser kursi dan duduk didekat ranjang halmeoni, ia sudah bangun.

“aku ingin menanyakan sesuatu padamu”

“apa halmeoni katakan saja”

“apa kamu anak namja itu 10 tahun lalu dirumah sakit seoul. Anak yang ditolong oleh suamiku. kalung itu pemberianmu bukan, kalung itu didesain khusus buat Mei untuk hadiah ulang tahunnya. Kakeknya sendiri yang mendesiannya. Jadi apakah benar kamu anak itu” tanyanya.

“ya heolmoni, aku anak itu, aku memberikan kalung itu kepada Mei. Mianhae gara-gara aku aboeji meninggal”

“sudahlah itu masa lalu, aku merasa bangga dengan sikap suamiku itu yang selalu menolong orang lain”

“apa kamu mencintai Mei Jason”

“iya, saya sangat mencintainya”

“apa pernikahan kalian karena kamu merasa berhutang budi kepada keluarga ini”

“tidak halmeoni aku mencintainya bahkan aku menyukai Mei sebelum aku mengetahui Mei adalah cucu aboeji”

“syukurlah kalau begitu, halmeoni bisa tenang sekarang”

“apa Mei mengetahui hal ini”

“tidak, aku belum memberitahunya”

“kau harus memberitahunya sebelum Mei mengetahui dari orang lain”

“aku mengerti halmeoni, aku akan memberitahunya”

“berjanjilah Jason kamu akan membahagiakan, melindungi, dan menyayangi Mei”

“tanpa berjanji aku akan tetap melakukannya”

***

tbc

sambil nunggu dosen post cerita dulu

part 13 memang pendek

makasih buat yang udah baca My Bride

vote My Bride

komen My Bride

 

8 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Wow wow wow
    Jason
    Pertamaaaaaaa hihi

  2. farahzamani5 menulis:

    Sedih pas nenek ny bilang bgtu, jngn bilang itu firasat nenekny Mei mau knp2 huhu
    Mga Jason cpt ngomong ke Mei ttng kejadian itu, bnr kta nenek, takut ny klo sampe Mei tau dri orang lain, Mei bsa benci bngt sma Jason huhu
    Ga apa2 kmrn pendek jg, yg penting ttp update eaaa hihi
    Tng aja, kita2 sabar nunggu ny ka, ga mslh update pendek atau panjang eaaaa
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat trs ya

  3. Kok sedih yaa :PATAHHATI berarti si nenek ini udah punya firasat buruk dong :PATAHHATI

  4. wahhh…
    udah mau part part akhir nih…
    ada kesedihan…mudah-mudahan berakhir bahagia yaaa

    1. farahzamani5 menulis:

      Aminnnn ya Allah Aminnnn
      Hidup Jason Mei ya mom hihi

  5. fitriartemisia menulis:

    harus segera bilang nih Jason :CURIGAH

  6. Kok perasaan gak enak yaaa nenek bilang ke Jason begitu aishh….
    Ditambah penasaran gimana reaksi si Mei nantinyaaa huhuhu…

  7. Cepat Jason katakan dengan Mei yg sebenarnya,,
    Tapi pelan” lho ya kasih taunya,,