A Priori ch. 6 Perlindungan
“Aku sudah memberitahu mu. Bagaimana hasil penyelidikan polisi?” Tanya Zia dengan tidak sabar.
Tapi sebelum Azka menjawab tiba-tiba saja suara tembakan terdengar dan beberapa tembakan mengarah ke arah Zia dengan cepat Azka menarik tangan Zia dan berlari bersama. Azka memeluk Zia sambil berlindung dibelakang pohon untuk memghindari peluru.
Sudah sekitar 7 kali tembakan yang dilepaskan dan membuat Zia memeluk Azka erat karena ketakutan. Azka terus melihat kearah tembakan datang sosok hitam itu lagi, tapi ketika dia lemgah peluru dengan cepat menembus lengan Azka yang membuat ia sedikit meringis.
“Apa kau tidak apa? Ta-tangan mu berdarah.” Ucap Zia terbata.
Azka tidak memperdulikan baik luka maupun ucapan Zia matanya yang tajam terus memperhatikan pergerakan arah ujung senjata laras panjang itu. “Senapan M16, pantas saja cukup sakit.” Ucap Azka menerka senjata yang digunakan musuhnya, Dia segera ingin mengambil P25 pistol SIG asal jerman kesayanganya yang selalu ia simpan di kantong dalam jaket kulitnya.
Tapi tangan Zia yang menggenggam erat pergelanganya membuat dia sadar bahwa sekarang keselamatan kliennya yang utama. Dengan perlahan Azka menundukan wajahnya dan menatap selaras wajah Zia yang pucat karena ketakutan dan memberikan sejyuman menenangkan untuk meredakan ketakutan.
“Aku tidak apa inj hanya goresan, bersabarlah tutup telingamu pejamkan matamu jika kau takut ini akan segera selesai.” Ucap Azka sambil melepas jaket kulitnya lalu memakaikannya kepada Zia dan tidak lupa pistol kecil yang sudah ia siapakan ditangan kanannya.
Azka melemparkan batu ke arah kiri sebagai kecohan dan segera berlari kearah sisi kanan sambil menggendong Zia di punggungnya. Terus berlari memasuki hutan lindung kota dengan iringan suara pistol yang mengincar mereka.
Setelah sekitar 15 menit Azka berlari sehingga menemukan rumah tua dengan cepat dia masuk tanpa permisi dan segera menutup pintu dengan tubuhnya.
“Kyaaa!” Zia sedikit terjerit karena diturunkan tiba-tiba dari punggung Azka.
Sebelum sempat Azka menyembunyikan Zia, puntu tua itu terdengar sebuah tendangan kuat yang memaksa mendobrak masuk.
“Hei serahkan wanita itu!! Jika kau serahkan kau tidak akan mati!!” Teriak orang di luar.
“Keluar!!” Teriak suara itu lagi.
“Cepat bersembunyi.” Azka mendorong Zia untuk segera bersembunyi di bawah meja yang ditutupi kain putih.
Zia menggelengkan kepalanya kuat, menolak dan terus menggenggam tangan Azka dengan kuat. Direlakannya bibir merahnya yang tipis untuk terluka demi menahan agar suaranya tidak keluar. Suara ketakutannya yang sama seperti 3 bulan yang lalu yang selalu membuatnya menangis dalam kesendirian tapi sekarang berbeda ia berada dipelukan seseorang dan menjadi sebuah tumpuan ketakutannya.
“T-ti-tidak.” Gumam Zia lemah menolak apa yang diperintahkan Azka padanya.
“Bruk!!” Suara dorongan keras dari luar membuat perhatian Azka terbagi. Di satu sisi ia harus menjaga rahasia bahwa ia seorang polisi dari Zia tapi disisi lain sekarang ia harus mengalahkan penjahat di luar pintu.
Dengan gerakan cepat Azka meletakan kayu besar didekat kakinya sebagai penyangga sementara. Diangkatnya tubuh Zia menaiki tanggamenuju lantai dua dan masuk kedalam sebuah lemari jam besar di ujung tangga.
Tanpa menunggu lama suara pintu yang terbuka secara paksa memnandakan lelaki itu berhasil mematahkan kayu yang berfungsi sebagai penyangga.
“Diam lah aku selalu berada didekat mu.” Ucap Azka ketika mendengar suara pistol yang ditembakan sembarangan oleh sang pelaku.
Tap tap tap. Azka mendengarkan secara seksama seperti apa irama kaki yang mungkin dapat membantunya untuk mengungkap misteri pembunuhan keluarganya. Ketikaia dia mengintip diantaa celah kayu matanya benar-benar menajam memperhatikan pengan dengan tato mawar hitam yang sangat ia ingat sejak dulu.
Darah Azka bergejolak dan memanas, genggaman tangannya mengeras ada terbesit bisikan yang berkata Bunuh dia.
Mata Zia menatap keatas ketika merasakan tubuh pemuda yang memeluknya ini mrnegang. Rasa khawatir kembali merasuki Zia ketika menemukan mata itu lagi, mata yang dulu tidak pernah lupakan. Dengan perlahan Zia membelai punggung Azka berusaha menenangkannya.
“Terimakasih.” Bisik Azka ketika merasakan tangan mungil nan dingin tiba-tiba saja bergerak di punggunya. Membuat otaknya yang hampir kalap oleh dendam sekqrqng matanya kembali memperhatikan sosok hitam yang berjalan untuk mencari mereka, tiba-tiba berhenti ketika hpnya berdering.
“Maaf bos saya kembali kehilangan gadis kecil itu.” Ucapnya sambil mebuka sebuah botol bahan bakar yang menyeruak keluar ketika lelaki itu menuangkan ke bawah lantai.
“…….” suara balasan telpon tidak dapat di dengar oleh Azka.
“Saya akan segera menangkap dan memusnakan barang bukti.” Ucap Lelaki itu sambil membenarkan masker yang menutupi wajahnya dan kembali berjalan menuju lantai bawah tapi sebelum itu mata mereka bertemu kedua mata hitam pekat itu saling menatap walau di batasi oleh lubang kayu.
Sangat jelas Azka menyadari lelaki itu tersenyum kepadanya. Tapi dia hanya berbalik meninggalkan Azka dengan kebingungan, mengapa ia membiarkan kami lolos.
“Kita harus cepat keluar. Rumah ini akan dibakarnya.” Ucap Azka mengangkat Zia dengan kedua tanganya sehingga dengan reflek Zia mengalungkan kedua tangannya di leher Azka.
Api berkobar cepat melahap keroposnya kayu rumah tua, tangga yang menghubungkan antar kedua lantai pun ambruk karena telah menjadi abu karena api yang membakarnya. Dengan cepat Azka melilitkan kain putih untuk melindungi rambut dan tubuh Zia, dia melompat secara bebas kelantai bawah dan menggulungkan tubuynya untuk mematikan api.
Prlarian mereka berhasil tapi sekarqng Azka baru menyadari ia tersesat dan sekarang kepalanya pusing mungkin karena kekuarangan darah akibat tembakan dilengan kanannya.
Aka menurunurunkan Zia ketika ia sudah menemukan kembali pos penjaga hutan yang bisa mereka gunakan sementara untuk berteduh karena hari mulai malam dan gelap.
“Sekarang kau bisa melepaskan pelukanmu dari tubuh ku.” Ucap Azka sambil melihat Zia yang duduk dipanggukannya.
“Kyaaa!!” Zia melepaskan pelukannya dari lehaer Azka secara mendadak sehingga ia terduyun kebelakang dengan cekatan Azka melingkarkan tangan kanannya di pinggang Zia.
“Akh.” Suara ringisan dari Azka membuat Zia tersadar bahwa pemuda yang didepannya ini telah terluka. Dengan cepat Zia berpindah kearah samping kanan Azka dan mulai menggulung baju lengan panjang milik Azkq sehingga menampilkan luka tembus kecil sebuah peluru.
Azka dengan tenang membiarkan Zia merawatnya sambil sesekali meringis secara bohongan untuk mengelabui Zia. “Aw sakit!” Ucap Azka sekian kalinya ketika lukanya dibersihkan Zia dengan air biasa yang ada di pos penjagaan.
“Mengapa kau selalu meringis cobalah untuk menjadi laki-laki.” Ucap Zia setelah selesai mengikat kuat luka dangan kain bajunya.
“Hei, aku terluka karena mu. Mengapa aku selalu tertimpa hal buruk sejak bertemu dengan mu lagi, K-U-C-I-N-G S-O-M-B-O-N-G.” Ucap Azka dengan penekanan di dua kata terakhirnya.
Zia yang merasa jengkel dengan sengaja menekan luka Azka sehingga membuat sang pemiliki luka berteriak kesakita.
“Aww aww! Ya!! Apa kau ingin aku mati?” Ucap Azka marah.
“Tembakan di lengan tidak akan membuat seseorang mati.” Ucap Zia skak membuat Azka memalingkan arah tatapannya.
Seketika suasana menjadi hening kembali, tidak ada seorangpun yang memulai pembicaraaan. Tapi tiba-tiba suara perut Zia terdengar cukup nyaring karena suasanan yang sunyi, dengan cepat Zia menyembunyikan wajahnya diantaa kedua telapak tangannya.
“Makanlah.” Azka memberikan dua batang coklat kearah Zia.
Zia menatap secara bergantian antara coklat dan wajah Azka karena memikirkan egonya yang tinggi tapi ia lapar. “Kalau tidak mau ya sudah silahkan tunggu bantuan datang baru makan.” Azka mengatakan yang sebenarnya, setelah berhasil merasa aman Azka dengan cepat menelpon 119 untuk meminta bantuan karena ia tesesat dan rupanya para staf drama juga meminta pertolongan untuk mencari mereka.
Dan disinilah mereka sekarang duduk menunggu sampai tim sar menemukan lokasi mereka. Untung ada beberapa air bersih yang mengalir disamping pos penjaga yaitu sebuah mata air asli dari pegunungan sehingga dapat mereka minum langsung.
“Terimakasih.” Ucap Zia sambil mengunyah coklat yang ditangannya, Azka hanya merespon dengan mengangguk lalu secara perlahan direbahkannya tubuhnya dengan kepala di pangkuan Zia.
“Apa yang kau lakukan?” Ucap Zia terkejut dengan tindakan Azka.
“Biarkan aku tidur sebentar jika ada bahaya segera bangunkan aku.” Ucapnya sebelum benar-benar terlelap.
Mata Zia menatap kebawah memperhatikan wajah Azka yang tidak berubah jauh sejak terakhir kali mereka bertemu. “Maafkan aku.” Ucap Zia lemah sambil menyelimuti Azka dengan kain putih yang mereka gunakan saat dirumah tua.
Tanpa disangka Zia juga ikut tertidur dengan posisi menyamdarkan kepalanya kedinding lalu Azka membuka matanya dengan sedikit senyuman. Dia bangkit dari posisi tidurnya untuk duduk disamping Zia, digapainya kepala gadis itu lalu diletakannya di bahunya untuk membuat tidurnya lebih nyaman.
Azka menatap langit dari celah jendela sambil sesekali melihat wajah Zia yang tertidur. Memastikan bahwa ia telah berhasil menyelamatakan gadis itu lagi dari teror yang mengerikan.
“Apa yang sebenarnya dia inginkan.” Ucap Azka sambil meletakan alat komunikasi rahasia di telinganya.
SEE YOU ~~~
BY : RP
Pertama
Ehh hihi
wihhh keren kau pertama mulu :MAWARR :MAWARR :MAWARR
ku kira bacanya nanti ahahaha
tama… keren ih ceritanya..gak nyangka multi talenta nih….semangat ya….
Yuhuuu tama di sini :tepuk2tangan
Ahahaha makasih \(0,0)/ aku kan semangatt teruss :gulungguling
lanjut,,,, :LARIDEMIHIDUP
Siapp malam ini bakal up chap 7 lohh :inlovebabe :byesampaijumpa
Wuihh. Suka bgt sma part yg ini
Berasa bgt tegangnya pas di rumah tua.. :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP
Cm tanda tanya nih knp mereka dilepas ya apa krn mau dibakar rumahnya atu ada sesuatu… Aduuh dibikin pnasaran
:ehhkenapa??
Romantis bgt lg trakhirnya bikin iri aja :cintakamumuach
wuiihhh ada yang suka sama aku #eh part ini maksudnya wkwkw :BAAAAAA
hayooo penasaran mangkanya selalu baca cerita tama eh maksudnya Azka :blackcubit
:sangatterpesona iya mereka romantis ya penulisnya aja masih sendiri :nangisgulinggulingan
lanjutttt
Okeehhhh :LARIDEMIHIDUP
So sweet pas belakang-belakangnya, hihi
dududu Azka, meleleh euyy yang baca hahaha
Kak taaaaamm. Kenapa so sweet banget dah iniiiii??
Bikin bapeeeeeeeeeeer