Vitamins Blog

Dark Circle : bab 4

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

337 votes, average: 1.00 out of 1 (337 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“Kamu pasti sangat senang karena pacarmu itu menjadi gurumu. Aku tidak tahu kalau pacarmu itu seorang guru,” ujar Frans saat istirahat. Sandra dan Diandra terkejut.

“Pacarmu? Guru? Maksudmu Pak Reynald guru kita adalah pacarmu?” Tanya Sandra terkejut. Ana menghela nafas.

“Ehm, dia orang yang pernah aku ceritakan pada mu. Frans bahkan marah padaku karena dia. Tapi kan aku sudah menjelaskan semuanya pada kalian bahwa dia bukan pacarku. Dia kakakku.” Ujar Ana.

“Oh, jadi dia orangnya. Kok bisa sih dia menjadi guru disini?” Tawa Diandra.

“Sebentar-sebentar.” Ujar Frans sambil menatap wajah Ana. “Jadi dia bukan pacarmu? Lalu kenapa dia bilang kalau dia adalah pacarmu? Kamu tidak berbohong kan?” Tanya Frans.

“Bukankah Diandra sudah menjelaskannya padamu? Kakakku itu sangat overprotektif padaku. Sebenarnya, aku dan dia baru saja pindah ke kota ini. Jadi, aku di sekolahkan disini dan kakakku mencari pekerjaan disini.” Seketika itu juga, Frans langsung tersenyum lebar.

“Berarti, aku masih memiliki kesempatan.” Diandra dan Sandra langsung tersenyum menggoda Ana dan Frans.

“Sepertinya kita berdua menjadi obat nyamuk disini. Sebaiknya kita pergi saja dari sini. Frans dan Ana pasti butuh waktu berdua untuk saling mengenal,” tawa Sandra. Ana memukul pelan pundak Sandra. “Hei-hei! Jangan bicara sembarangan,” omel Ana.

==

Walaupun gayanya terkesan cuek, namun Reynald selalu memperhatikan sekelilingnya dengan baik. Dengan tidak kentara, ia mengamati sekelilingnya. Ia mengamati murid-murid, para guru, pertugas kebersihan, satpam bahkan penjual makanan dan minuman di kantin. Ia juga sering berkeliling melihat-lihat situasi di seluruh penjuru sekolah. Dari lantai bawah sampai gedung atap sekolah. Beberapa alat perekam suara juga dipasang di beberapa tempat dengan strategis. Alat itu akan tersambung dengan ponselnya sehingga ia bisa mendengar suara apa saja di tempat-tempat dimana alat tersebut di pasang.

“Hai, pak. Bagaimana pendapat bapak tentang mengajar di sekolah ini?” tanya Diana, guru bahasa Indonesia. Reynald menatap sekilas wajah Diana.

“Baik, seperti layaknya sekolah pada umumnya.” Jawab Reynald. Jujur saja, ia tidak tertarik untuk mengobrol atau berteman dengan siapapun yang ada di sekolah ini. Namun mengingat tugasnya sebagai detektif, ia langsung memasang ekspresi tertarik pada obrolan wanita muda itu. Ia harus melakukan pendekatan pada orang-orang di sekitarnya untuk mencari informasi sebanyak mungkin.

“Kalau boleh tahu, sejak kapan ibu bekerja disini?” tanya Reynald mendadak ramah. Diana langsung tersenyum senang. Sikapnya menunjukkan ketertarikannya pada Reynald. Wajar saja. Reynald memang guru paling tampan, termuda dan lajang di sekolah ini. “Sudah tiga tahun. Saya senang bisa mengajar di sekolah ini. Walaupun terkadang ada beberapa anak yang susah diatur tapi mereka tidak pernah melewati batas kenakalan. Paling-paling, hanya merokok dan bertengkar.” Ujarnya sambil terus menyunggin senyum.

“Memangnya, siapa saja anak yang terkenal nakal di sekolah ini? Saya merasa perlu tahu agar bisa mengantisipasi.” Dengan senang hati, Diana menceritakan semuanya. Reynald tersenyum senang. Ia berhasil mendapatkan informasi yang mungkin akan berguna untuk penyelidikannya.

Dari kejauhan, Bella bisa melihat senyuman manis Reza pada guru bahasa Indonesianya yang centil. Diana memang cantik dan masih muda. Mungkin, umurnya tak jauh berbeda dengan Reza. Entah kenapa, dadanya terasa sesak melihat keakraban mereka berdua. Bella tidak menyukai kedekatan Reza dengan Diana. Apalagi melihat kakaknya itu sedang tersenyum pada Diana. Jarang sekali Reza tersenyum pada orang lain selain keluarganya. Reza memang dikenal sebagai cowok dingin yang susah tersenyum. Hanya pada keluarganya, Reza selalu bersikap hangat dan mudah tersenyum. Apa aku cemburu? Apa aku benar-benar mencintai kak Reza? Bella bingung dengan perasaannya ini. Perasaan ini makin kuat menyiksanya. Cepat-cepat ia menepis pemikirannya itu. Sebisa mungkin, ia akan menghilangkan perasaannya ini. Ini tidak boleh terjadi.

==

Ana berjalan cepat menuju kelasnya. Bel masuk telah berdering nyaring. Ia terlambat bangun sehingga terlambat masuk ke kelas. Tak sengaja, ia bertabrakan dengan seorang cowok yang juga tergesa-gesa.

“Maaf.” Ucap Ana.

“Tunggu!” Ujar cowok itu sebelum bella pergi. “Bukumu jatuh.” Ucap cowok itu lalu tersenyum manis. Wajahnya yang tampan sempat membuat Bella terpanah. Sekilas, wajah cowok itu terlihat mirip dengan teman SMAnya dulu. Teman SMAnya yang pernah mengisi hatinya.

“Thanks.” Bella mengambil bukunya dari tangan cowok itu.

“Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau anak baru?” tanyanya dengan nada bersahabat.

“Ya. Aku anak pindahan.” Cowok itu tersenyum lagi lalu mengulurkan tangannya.

“Namaku Bian, aku kelas 12 IPS-2. Kamu?”

“Aku Ana, kelas 12 IPS-4. Ehm, maaf. Aku terburu-buru.” Bian tersenyum, mengerti. Ia membiarkan Bella berlari pergi menuju kelasnya. Bian tersenyum lagi. Cewek yang menarik.

==

Ana masuk ke dalam kelasnya. Beruntung, sang guru belum datang. Ia bernafas lega. “Hai, Ana. Kenapa kamu terlambat?” tanya Frans dengan wajah riangnya. Frans makin gencar mendekati Ana. Sepertinya, cowok itu benar-benar menyukai Ana. “Terlambat bangun.” Ucap Ana singkat. Sebenarnya, ia suka dengan sikap Frans yang selalu membuatnya tertawa. Ia merasa nyaman dengan cowok itu hingga menjadikannya sahabat. Walaupun sikapnya terkadang menyebalkan karena selalu saja menguntitnya hingga membuatnya kesulitan untuk bergerak. Ia juga harus tetap waspada pada Frans. Bisa saja, Frans adalah anggota mafia narkoba itu. Seorang guru masuk ke dalam kelasnya. Seketika itu juga, ruangan menjadi hening.

Pikiran Ana melayang pada kejadian saat SMA. Karena wajah Bian yang mirip teman SMAnya itu, Bella jadi teringat dengan temannya itu. Alden, begitulah nama cowok itu. Sejak ia lulus SMA, ia tidak pernah lagi bertemu dengan Alden. Rasa rindu menyeruak masuk ke dalam hatinya. Bella menyebutkan nama Alden dalam hatinya sambil mengingat Alden.

==
“Kak, kau tahu tidak__”

“Tidak!” Sela Reza. Bella memajukan bibirnya kesal. “Aku kan belum selesai bicara.” Rengek Bella manja. Reza hanya tersenyum kecil.

“Memangnya ada apa sih? Ada berita heboh apa?” tanya Reza lembut.

“Hari ini, aku ditugasi untuk mengajar teman sekelasku selama tiga bulan. Ternyata, cowok itu benar-benar menyebalkan, mengerikan, seenaknya sendiri, egois, dan misterius.” Celoteh Bella dengan penuh semangat.

“Cowok? Jadi orang yang harus kau ajari itu cowok?” tanya Reza dengan nada tak suka.

“Iya. Memangnya kenapa kalau cowok?” Reza mengubah ekspresinya dengan seketika.

“Tidak apa. Selama ini kan, kamu tidak pernah dekat dengan cowok. Kalau kamu harus mengajarinya selama tiga bulan, itu berarti kamu akan menjadi dekat dengan cowok itu.”

“Iya. Kakak benar. Aku jadi sebal sekali dengannya. Aku harus bertahan selama itu dengan cowok itu.”

“Kau harus berhati-hati dengan cowok seperti itu. Jangan sampai kamu jatuh cinta dengannya. Biasanya, cowok seperti itu, hobi menghancurkan hati perempuan.” Ujar Reza. Ia tidak suka jika Bella dekat-dekat dengan cowok, terutama cowok dengan sifat dan sikap yang dikatakan Bella tadi.

“Aku tidak akan mungkin tertarik dengannya,” ucap Bella membuat Reza sedikit lega. Namun kelegaan Reza tidak bertahan lama karena hampir setiap hari, Reza selalu mendengarkan celotehan Bella tentang cowok itu. “Sebenarnya, dia orang yang baik. Aku tidak tahu, kenapa dia bisa jadi seperti itu. Sepertinya, dia sudah tersesat dalam lingkaran gelap dan terjebak disana. Semuanya terlihat begitu misterius.” Ujar Bella sambil membayangkan Alden. “Misterius?”

“Iya. Dia sangat misterius.” Pandangan mata Bella menerawang jauh. “Aku tidak boleh menceritakan tentang Alden yang sepertinya mengonsumsi narkoba. Kalau kakak tahu, kaka pasti akan menyelidiki Alden dan membawanya ke kantor polisi.”

“Kamu suka padanya ya?” tuduh Reza dengan tatapan menyelidik. “Tidak. Memangnya kenapa bertanya begitu?”

“Karena kamu selalu membicarakannya. Setiap hari, kamu selalu membicarakan cowok itu dengan menggebu-nggebu. Kamu juga selalu tersenyum setiap menceritakan tentangnya.”

“Aku tidak menyukainya.” Bella menggeleng. “Aku juga tidak tersenyum.” Tambah Bella. Reza mendengus kesal. “Baguslah kalau begitu. Jangan sampai kamu menyukainya. Cowok seperti itu, tidak pantas denganmu.” Ucap Reza dengan nada tegas.

==

“Dulu pernah ada siswi bernama Anggrid yang meninggal karena overdosis narkoba. Aku sangat terkejut mendengarnya. Padahal, dia anak yang pintar dan cantik. Dia juga terkenal sebagai murid teladan yang berperilaku baik. Aku tidak tahu apa masalah yang dihadapinya hingga membuatnya seperti itu. Kasihan sekali, gadis itu.” Cerita Diana pada Reza. Akhir-akhir ini, hubungan mereka makin akrab. Diana menjadi sumber informasi Reza untuk penyelidikannya karena mulutnya yang suka sekali menggosip.

“Apa selama di sekolah, dia tidak pernah terkena masalah? Mungkin dia pernah bertengkar dengan pacarnya sehingga dia stress dan mengonsumsi narkoba lalu bunuh diri.” Diana berpikir sejenak.

“Dia sempat di bully oleh seorang cewek most wanted sekolah. Dia pernah di kunci di gudang sekolah namun ketahuan oleh satpam sehingga cewek itu dihukum. Hanya masalah itu yang aku tahu. Oh ya, setahuku, dia tidak memiliki pacar.”

“Apa cewek yang pernah mem-bullynya itu masih sekolah disini?” Diana mengangguk.

“Tentu saja. Dia Anita, anak kelas 12 IPA-1. Dia juga pernah berpacaran dengan cowok most wanted sekolah yang tampan dan pintar. Namanya Bian.”

Di sisi lain, Frans sedang mengorek-ngorek informasi tentang siswi di sekolah itu yang meninggal karena bunuh diri. Dengan tak kentara, ia mengungkit masalah itu. “Jadi benar isu itu? Ada siswi yang meninggal karena overdosis narkoba.” Kata Frans. Ia tidak tahu menahu soal kebenaran hal itu karena dia juga anak baru seperti Bella. Baru dua minggu ia pindah ke sekolah ini.

“Ya. Dia ditemukan di kamarnya bersama dengan zat narkoba. Aku curiga ada sesuatu yang aneh. Sebelumnya, sikapnya memang agak aneh. Dia suka sekali menyendiri. Aku sering melihatnya sedang melamun dengan wajah sedih. Aku tidak tahu kenapa. Dia tidak mau bercerita padaku. Sepertinya, dia memang sedang bermasalah. Tapi aku yakin. Dia bukan orang yang seperti itu. Dia anak yang baik. Dia tidak mungkin mengonsumsi narkoba. Aku curiga dia___” Ucapan Melly terhenti sejenak. Frans menanti jawaban Melly dengan tak sabar.

“Curiga apa?” Melly memajukan wajahnya, mendekati Frans.

“Mungkin saja ada orang yang sudah menjebaknya. Mungkin saja ada orang yang memberikan narkoba padanya. Anggrid terlalu polos untuk menjadi pemakai narkoba.” Frans mengernyitkan alisnya.

“Apa ada orang yang kamu curigai?” tanya Frans. Melly tampak sedikit gugup. “Aku tidak tahu. Dia tidak memiliki teman dekat selain aku. Tapi dia pernah di bully oleh Anita. Anggrit di kurung di gudang. Sampai saat ini, aku masih bingung. Aku kira, mereka tidak saling kenal. Setahuku, mereka tidak pernah berhubungan tapi tiba-tiba saja Anita membuat masalah dengan Anggrit. Kelihatannya, Anita sangat membenci Anggrit. Aku curiga mungkin dia yang sudah menjebak Anggrit. Tapi, aku juga tidak yakin sih.”

Diam-diam, Ana mencuri dengar. Ia berpura-pura sibuk mencatat catatan biologinya namun telinganya sibuk mendengar semuanya. Kenapa kelihatannya Frans sangat penasaran dengan gadis yang bunuh diri itu? Aku harus menyelidikinya.Mungkin, ini ada kaitannya dengan mafia narkoba.

==

Seorang remaja laki-laki masuk ke dalam rumah mewahnya. Masih dengan seragam sekolahnya, ia membaringkan diri di sofa empuk ruang tamunya. “Wah, adikku sudah pulang dari sekolah.” Ucap seorang lelaki yang baru saja memasuki rumah. Mereka saling bertatapan. Sorot mata mereka menunjukkan permusuhan yang kentara. Kalau saja pandangan mata bisa membunuh, maka keduanya akan saling terbunuh karena pandangan mematikan itu. “Tidak usah cerewet, kakakku sayang. Jalankan saja tugasmu. Aku tahu, kamu tidak ingin kalah dari anak SMA sepertiku kan? Jadi, berusahalah menjadi penerus bisnis papa yang hebat. Itupun kalau kamu bisa mengalahkanku.” Kata-kata dari remaja laki-laki itu membuat lelaki itu mencibir. “Tenang saja. Aku tidak akan mengecewakan papa.” Setelah itu, lelaki itu pergi. Ia mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Aku akan mengalahkanmu, anak haram! Aku akan menghancurkanmu!

==

7 Komentar

  1. Yg bagian terakhir itu part nya siapa ya .. agak gk mudeng :HUAHAHAHAHA

  2. Penasarn d sypa ya yang anak haram itu

  3. oow,,
    siapa si kakak dan anak haram itu ya,, :bebekmikirkeras :bebekmikirkeras

  4. Kakak adik yang ngk akur. Ya

  5. N

    1. Nexxttt hehehe

  6. Ditunggu kelanjutannyaa