Sendiri masih aku di sini, biarkan kenangan lalu mengambang di cakrawala. Hati sedih, ingin aku berkisah. Tentang dirinya, yang dulu tak bercadar. Tentang seorang insan yang kehilangan jati diri, ditelan cobaan hidup. Tentang lelaki remaja yang dulu adalah terang di kelamku. Tentang ratapan pilu hati yang tersayat. Dan tentang aku, yang kehilangan dirinya; sahabat yang dulu selalu ada.
Penaku menari. Tinta beracun mengalir penuh anggun. Berbaris indah, menodai kertas seputih salju. Ia menceritakan kesedihan dua insan – satu hati yang harus tersakiti karena separuhnya tak kuat untuk bertahan. Tak mampu untuk melawan.
Lihatlah kertas itu ~ dan baca kisahnya!
Ah, tidak ~ terserah dirimu. Tak akan kupaksa. Dibaca atau tidak, aku tak lagi peduli!
Kepedihan ini telah terlalu berkelebihan, tak sanggup lagi aku memendamnya.
Irama memori masih bernada; tuangkan segala rasa di atas kertas. Jadi, bacalah jika hatimu benar menghendaki..
Hanya jangan kau hanyutkan dirimu dalam kisahnya.
Ijinkan sepasang iris itu untuk terus memandang tarian pena ini.
Kisah dua insan itu masih berlanjut…
Lafalkan segala kata yang tertulis. Tapi jangan kau kagumi apapun ~ kekuatan separuh hati yang mencoba bertahan ~ keberanian seorang insan untuk berjalan sendiri dalam kabut dunia ~ pun jangan kau kagumi tatanan indah tiap aksara.
Sebab ini bukanlah sajak yang mengagungkan keindahan lekuk sang wanita, bukan pula syair yang menyanyikan keagungan cinta sang Romeo yang harus kau puji. Pula, jangan kau kasihani ia dan takdirnya ~ ia bukanlah yang tercelaka. Ia pun istimewa!
Pernah, ia adalah akar segala tawa.
Mungkin….. suatu saat, lagi.
Teruslah pandangmu mengejar tiap kata yang tertulis. Tinta penaku akan terus mengalir, berkisah hingga ia mengering!
Sadar aku, bahwa kesedihan, aksara, pun syair hanya sebagian dari diriku ~ halnya bahagiaku. Sedang masih kau baca, aku mohon, ketahuilah…
Ini hanya satu di antara seribu kisah yang ingin kuceritai.
Lihatlah, matahariku masih bersinar!
Hanya saja, kadang malamku datang tanpa rembulannya. ..
Mungkin pas mendung,, bulan gak berani muncul
Indah banget puisinya,
Tapi aku lebih senang malam tanpa rembulan, karena dengan tak adanya rembulan maka aku bisa melihat bintang2
Aaaaaahhh kereeeeennn!!! Like it!!!n
Bagus banget,,
wah bagus baget :wowkerensekali
:tepuk2tangan :tepuk2tangan :tepuk2tangan
Kereeennn
:tepuk2tangan :tepuk2tangan :tepuk2tangan
Mksh bngt share kisahny
Walau aq kurang paham menafsirkan kata2 dikau tp aq tau betapa indah kta2 dikau ini ka
:wowkerensekali :ASAHPISAU2
Wah bagus nih
Ditunggu kelanjutannya