Vitamins Blog

Langit Untuk Jingga (Satu)

Bookmark
Please login to bookmark Close
388 votes, average: 1.00 out of 1 (388 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Part 1

“Iya, nanti aku telepon lagi ya mah. Ini Jingga lagi sibuk banget.”

“Kamu jangan mikir kerjaan terus lah teh. Jangan terlalu capek juga,” pesan mama diujung sana.

“Iya mah.”

“Iya iya mulu kamu kalau dikasih tahu.”

Aku memijat kepalaku ringan.

“Oh iya hari minggu kamu pulang kan? KeyMoz udah nanyain kamu terus teh,” kata mama. Setiap dua minggu sekali aku memang selalu mengusahakan untuk pulang ke Bandung, tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku jadi malas pulang. Kalau saja tidak demi kedua keponakan kembarku yang menggemaskan, aku enggan sekali kesana. Aku lebih baik menghabiskan waktu liburku untuk bergelung dibalik selimut sampai siang.

“Iya mah, Jingga usahain weekend nanti pulang ke rumah.”

“Sekalian bawa pacar kamu buat dikenalin ke mamah papah juga ya teh.”

Blam!

Inilah alasannya, kenapa aku jadi malas pulang kerumah kedua orangtuaku.

Aku sedang malas berdebat dengan siapapun, termasuk mama. Kepalaku pusing, pekerjaan numpuk ditambah omelan mama yang terus membicarakan kapan aku ‘taken’ membuatku semakin frustasi.

“Nggak usah mulai deh mah.”

“Masa iya kamu mau dilangkahin dulu sama Ozi sih teh.”

“Iya, nanti pasti ada sendiri waktunya kan mah.”

“Buruan lah teh, biar mamah tenang. Setidaknya kamu ada yang nemenin disana, nggak sendirian lagi gitu.” Oke cukup! Aku tidak tahan jika sudah membahas masalah ini.

“Hmm iya iya, yauda Jingga tutup telponnya ya mah, ini kerjaan lagi numpuk, pelanggan juga lagi ada yang rewel. Bye mah. Assalamualaikum.” Aku langsung mematikan telepon secara sepihak. Membiarkan mamaku yang pasti sekarang sedang mengomel diujung sana.

Kusandarkan punggungku di kursi dan memejamkan mataku sejenak. Mau tak mau ucapan mama sedikit mengusikku. Bukannya aku tidak ingin menjalin hubungan dengan seseorang, tapi aku hanya merasa belum siap. Meskipun sudah dua tahun berlalu, nyatanya aku masih terlalu takut untuk menjalani suatu hubungan yang lebih serius, terutama menyangkut pernikahan.

Kesampingkan masa lalu. Aku tidak ingin kali ini aku gagal lagi. Tak peduli banyaknya anggota keluarga, teman atau orang tuaku sendiri yang selalu saja menanyakan kehidupan asmaraku sekarang. Jika aku yang menjalani memang belum siap, lalu mereka semua bisa apa?

Setelah beberapa waktu aku bergelut dengan pikiranku, rasa kantuk tiba-tiba mulai menyerang. Memang semalam aku hampir tidak bisa tidur. Semalam aku baru bisa terlelap pukul tiga dini hari, dan pukul lima aku sudah terbangun untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah itu tidak bisa tidur lagi, sehingga aku memutuskan untuk memasak kemudian menonton TV sambil menunggu waktu buka JN’s Boutique. Butik yang kurintis berdua dengan Nada tiga tahun lalu.

Hampir saja aku masuk kedunia mimpi, saat kudengar pintu ruanganku di ketuk pelan. Dengan berat aku kembali membuka mata.

Pasti Reta yang mengetuknya, karena hari ini Nada tidak datang. Dia sedang menghadiri akikah keponakannya di Bali, mungkin besok dia baru balik ke Jakarta.

“Iya Ret, masuk aja.” Kulihat pintu terbuka dan Reta masuk kedalam ruanganku.

“Maaf mbak ganggu ya,” katanya merasa tidak enak karena melihatku masih setengah terpejam.

“Hmm, nggak papa. Cuman ngantuk aja.”

“Pasti kurang tidur ya mbak, itu kelihatan banget kantung matanya.”

Aku menyentuh kantung mataku, terlihat sekali ya? “Iya, tadi malem nggak bisa tidur.”

“Mau saya buatkan kopi mbak?” tawar Reta, tapi aku menggelengkan kepala. “Nggak usah Ret, nanti aja aku bikin sendiri. Oh iya, emang kamu mau ngomong apa?” tanyaku.

“Eh itu ada yang nyari mbak Jingga di ruang tunggu,” Reta tersenyum. “Cowok loh mbak yang nyari.”

Laki-laki? Abang? Atau mungkin Ozi? Tapi kalaupun mereka berdua yang datang pasti mereka langsung nyelonong masuk ke ruanganku tanpa permisi. Lalu siapa?

“Reta lupa tanya namanya, yang jelas bukan mas Rizal atau mas Ozi mbak. Reta baru kali ini lihat deh kayaknya.” Jelas Reta seolah mengerti apa yang sedang kupikirkan sekarang.

“Oke, suruh tunggu sepuluh menit lagi.”

Reta mengangguk dan langsung pamit keluar untuk menunggu pelanggan yang setengah jam lagi mengambil pesanan gaun yang ia pesan tiga hari lalu.

Kubereskan meja kerjaku yang terlihat berantakan. Banyak coretan sketsa yang entah kali ini tidak satu pun yang berhasil kubuat. Semua ide yang bertebaran di otak seakan kabur semua saat aku mulai menggoreskan pensil di beberapa kertas putih yang sudah kusiapakan.

Aku sedang tidak dalam mood yang baik. Entah karena banyak pikiran atau memang sudah waktunya aku ambil cuti. Sepertinya aku butuh piknik, menjernihkan pikiran dengan snorkeling atau hiking sambil berwisata alam kurasa bukan ide yang buruk.

Nanti aku akan membicarakannya dengan bang Rizal dan Ozi, aku yakin mereka pasti dengan senang hati memenuhi ajakanku.

Aku bergegas membersihkan meja kemudian menutup laptop dengan cepat. Kurapikan bajuku yang terlihat sedikit kusut. Setelah beres, aku segera berjalan keluar untuk menemui tamu yang sudah menungguku dibawah.

***

Aku mengerjapkan mata berulang kali untuk memastikan aku tidak sedang berhalusinasi sekarang.

“Langit Biru?” kulihat lelaki itu mengangguk. Dengan tak sabar, aku langsung menghambur kepelukannya tanpa peringatan, membuat dia terhuyung kebelakang berusaha menahan berat badanku.

Aku tidak peduli, aku terus mengalungkan tanganku dilehernya sambil mendekapnya erat. Melupakan sejenak kenyataan bahwa laki-laki ini telah meninggalkanku tanpa kabar apapun sejak dua tahun terakhir.

“Aduh-J, lepas dulu-ughh ini aku nggak bisa napas,” ucapnya sedikit terbata-bata, aku melihat Langit yang terlihat kepayahan. Akhirnya dengan berat hati aku melepaskan pelukan kami.

Kutatap wajah di depanku. Gurat wajah itu masih sama seperti beberapa tahun silam. Tidak ada yang berubah. Hanya saja di area dagunya sekarang ditumbuhi rambut-rambut halus yang sepertinya belum sempat dicukur.

“Missing me?” dia menaik-naikkan alis dengan cengiran usil andalannya. Astaga, betapa aku merindukan senyum itu. Lagi-lagi aku tidak bisa bersuara. Aku hanya ingin memeluk Langit untuk menyalurkan betapa rindunya aku dengan dirinya.

Dia membalas pelukanku dengan sama erat.

Tak terasa air mataku menetes membasahi kaus yang ia kenakan. Mungkin ia merasakan isakan tangisku, diangkatnya wajahku untuk mendongak kearahnya.

“Yaelah pendek ngapain pake nangis segala sih, makin jelek tau!”

Bugh

Aku memukul dadanya keras.

“Jahat baget kamu Lang!” aku terus memukulinya meskipun kutahu dia sudah mengaduh kesakitan.

“Dua tahun ini kamu kemana aja!”

“Tega banget kamu ninggalin aku!”

“Pergi nggak bilang-bilang, nggak ngasih kabar sama sekali. Kamu anggep aku apa!” cecarku.

Bugh bugh….

Aku semakin gencar memukulinya sambil berusaha menahan sekuat tenaga isakan tangisku untuk tidak pecah. Meskipun aku tahu usahaku sia-sia. Air mataku justru semakin mengalir deras.

“Aduh, aduh pendek udah dong mukulnya, kamu mau bunuh aku ya! Aduh iya iya oke aku akan jelasin semuanya, stop it! Please!” Langit mencekal pergelangan tanganku, membuatku terdiam dengan air mata yang sudah meluber kemana-mana.

“Udah ah, nggak usah nangis,” ucapnya lembut.

Dia melepaskan tanganku dan mengusap air mataku pelan.

“Senyumnya mana,” dia menaikkan kedua sudut bibirku menggunakan ibu jarinya sehingga mau tak mau aku tersedak oleh tawaku sendiri.

“Nah gitu dong.” Langit mengacak-acak rambutku sambil menyeringai.

“Lunch diluar?” tawarnya dan aku hanya bisa mengangguk singkat. Tenagaku sudah habis untuk sekadar menolak.

Aku menghampiri Reta dulu untuk menjaga JN’s Boutique. Kulihat Reta memandangku cemas karena mataku yang mungkin terlihat makin sembab, tapi aku mengabaikannya dan segera menghampiri Langit setelah memberitahu Reta bahwa aku ingin makan diluar.

Baru setelah itu kubiarkan Langit menggiringku keluar butik dan masuk kedalam CR-V-nya, karena aku ingin segera mendengar penjelasan, kemana dia menghilang selama dua tahun ini.

***

SitiIsmaya

Pecinta musik -random - Dan penikmat novel romance ?

42 Komentar

  1. Tatanan kata2nya bagus, ngk bikin bosan baca..
    Spt ny cerita ini menarik, dn patut dnanti kelanjutanny..
    semangat menulis kakk..

    1. uluuuh makasih kaaa, jangan sungkan2 ngasih kritik saran buat cerita ini yahh. huhuy

  2. wah ternyata part satunya ga bikin baper, tapi bikin penasaran hehe

    semangat terus buat nulis ya kak, aku tunggu part duanya :MAWARR

    penasaran sama hubungan langit biru dan jingga.

    btw, nama tokohnya keren-keren ya kak :tepuk2tangan

    1. iya bapernya nanti2 dulu, kasian kalo satnight gini nulis baper #bhaaks

      aisshhh masih keren nama Aslan dan sodara-sodaranya , uuuuugggh

    2. wkwk iya kak, suka kepikiranlah kalo baca yang baper-baper. apalagi kalo jones, makin ngenes tuh hidupnya :PATAHHATI

    3. pssst nggak selamanya jones itu nista, jones bahagia dengan caranya. bwahahahaha

    4. Wkwkwk, ketawa sendiri bacanya
      Ini disini kok jd bahas jones, kaborrr :LARIDEMIHIDUP

  3. baguusss :YUHUIII
    can’t wait to see next chapt :tepuk2tangan

    1. huuuuyy tunggu updetan sambil nunggu jodoh datang ya kak. hihi

      ini aku pengen kasih stiker, eh ko gbs yak. hiks

  4. yudithtadamo13 menulis:

    Jadi penasaran…..

    1. stay tune kaa ^^

  5. Dalpahandayani menulis:

    Makin penasaran

    1. stay di lapak ane ka, bwahaha

  6. salsabilanurutami menulis:

    apa iya si langit ini orang yang sama , sama yang diprolog :ragunih
    aduh semangat nulisnya ya aku kepo akut :tidakks! :inlovebabe

    1. woah disemangattin ka Salsa ? hihi tunggu next part kaa, wkwkwk

  7. UmiAndfriends menulis:

    ulalaaaa
    welcome new story. ..
    sprtinya konflik’a ringan ya? wahh cerita baru dgn tema baru. Hihihihi
    Congrats. ..
    mungkin narasinya lbih di perbanyak lg ya….

    1. iya aku pake konflik ringan2 ajahh, mana bisa aku nulis konflik kaya updatean nya Psa, hihi. Cerita ini buat selingan sambil nunggu Admin Psa apdet yak ? nah itu, belum bisa nulis narasi yang banyak2, belum bisa nulis lebih dari 2000 word tiap part, hiks. Mau belajar juga disini kaa, jangan sungkan buat Kasih kritiksaran buat Maya, yes ?

  8. Baca ini

    1. Nahh loh bru nulis sgtu dan ga sengaja kepencet post comment Haha
      Baca ini jam 3.15 pgi
      Dan dikau berhasil bikin aq senyum2 drtd ka haha
      Penasaran sama penjelasan Langit kmn dia selama ini
      Bahasanya ringan tp nagih euyyyy Haha
      Ditunggu kelanjutanny ya ka
      Semangat trs ya

    2. wkwkw masih ngantuk kali waktu ngomen ini, pagi2 masih oleng #ehh

      hahaha nagihin kayak ceker balado yak :p

    3. farahzamani5 menulis:

      Iyaa nih tau2 ke post aja
      Wahhhhhh apalgi klo pedes ny level tertinggi gtu yak lbh nagih eaaaa

    4. Wkwkwk, palah dan makanan pedas
      Bisa dibikin cerita nih palah, hhe :LARIDEMIHIDUP

  9. :TERHARUBIRU

    1. kenapa kak ? (:

  10. jadi penasaran alasan langit apa ya?

    1. baca next part ya kak, hwehe

  11. wah,,, mantan suami nya muncul lagi kah? langit?

    1. hhaha ada deh, ikuti terus kisatghnya Jingga kaak

    2. Iya nih Ling, aku juga mikirnya gitu, hhe

  12. Nggak ada rating ya, dalam bentuk ? ????

    1. ada kak, tp abis aku posting ulang, jd vote nya ikut ilang, hwehe

    2. Aku sekarang udah bisa kasih vote kok

  13. Mantan suaminya itu Langit kah?

  14. :aaaKaboor :aaaKaboor

  15. Bikin penasaran

  16. Sahabat lama nih??

  17. Bagus ceritanyaaa

  18. fitriartemisia menulis:

    ini sebelum mereka menikah ya?
    hmmm seruuu ey

    1. Sebelum nikah apa setelah cerai ya Mak? :BAAAAAA

  19. :YUHUIII

  20. Untung aja part ini belum bikin baperrr tak, hhe

  21. Untung aja part ini belum bikin baperrr yak, hhhe