Vitamins Blog

Langit untuk Jingga (Empat)

Bookmark
Please login to bookmark Close
347 votes, average: 1.00 out of 1 (347 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Kecanggungan sungguh terasa diantara kami. Akhirnya tadi aku mempersilahkan Langit ikut masuk ke ruang tunggu, dan sekarang dia hanya menatapku yang sedang berpura-pura bermain dengan Varo.

“Oty boceen.” Tiba-tiba meletakkan mobil-mobilannya begitu saja di karpet.

“Mau maen apa lagi sayang?” aku membongkar isi tas yang diberikan Alya tadi, kulihat sebuah puzzle bergambar induk bebek dan anak-anaknya.

Aku memperlihatkannya pada Varo. “Main ini mau?” tanyaku.

“Mau, Payo cuka aen cama papa,” ucapnya. Aku membongkar puzzle itu secara asal. Kemudian kulihat Varo menyusunnya dengan serius.

Aku melirik ke arah Langit yang sialnya dia juga sedang menatapku, dengan cepat aku memalingkan muka. Kenapa akward begini sih. Kudengar dia mengembuskan napas berat.

“Kamu masih marah sama aku, J?” akhirnya dia bersuara.

Aku terdiam, bingung mau menjawab apa.

“Maaf, harusnya aku kemarin nggak bilang kenyataannya ke kamu,” ucapnya.

Sekarang giliranku yang mengembuskan napas berat, kutatap wajahnya yang terlihat sendu. “Kamu mau mendam sendiri lagi? Terus bikin aku makin ngerasa bersalah, gitu?”

“Enggak, aku minta maaf. Aku nggak nyalahin kamu, aku yang salah. Kamu ngerasa nggak nyaman gara-gara ucapanku kemarin kan?” tanyanya.

Kenapa dia harus bertanya lagi? Menurut dia aku baik-baik saja dengan pengakuan konyolnya itu?
Aku terdiam, tidak membalas ucapannya.

“Kalau gitu anggep aja kemarin aku nggak bilang apapun. Aku nggak mau kamu ngehindari aku kayak gini.”

“Please, jangan gini J. Aku pengen kita sama-sama lagi kayak dulu. Lupain ucapanku kemarin. Aku janji akan jadi sahabat yang bisa kamu andalin lagi kayak dulu,” ucapnya.

Sesak. Aku tidak tega melihat dia dengan tatapan bersalahnya. Sekarang yang aku pikirkan hanya satu, aku takut menyakitinya karena aku tidak akan mungkin bisa membalas perasaan Langit sampai kapanpun. Tidak, sampai aku membukakan sendiri hatiku secara sengaja untuknya.

Tetapi sepertinya itu terlalu sulit untukku, aku terlalu sayang dengannya. Sayangku kepada Langit sama besarnya seperti sayangku ke abang dan Ozi.

Aku bisa saja melupakan pengakuan Langit kemarin, tapi aku tidak setega itu membiarkan dia larut dengan perasaannya sendiri. Andai saja dia kemarin datang dan tidak mengatakan hal itu padaku, andai saja dia tidak menumbuhkan perasaan itu untukku, mungkin ini semua tidak akan menjadi rumit seperti ini. Jadi katakan bagaimana aku harus menyikapinya sekarang?

“Ihh otyyy,” teriak Varo sambil memukul-mukul puzzle-nya membuat lamunanku teralihkan.

Aku hendak mendekati Varo, tapi Langit lebih dulu mendekati anak itu.

“Bukan gini sayang, sebelah sini.” Langit membantu menyusun kepingan puzzle yang masih terpasang dua keping.

Aku menyipitkan mata. Tumben Varo mau berinteraksi sama orang yang belum dikenalnya. Biasanya anak itu langsung menjaga jarak dengan orang asing.

“Nah ini kepalanya, coba pasang disini.” Langit menyerahkan potongan puzzle ke Varo dan menunjukkan tempat yang pas untuk potongan itu.

Varo menerima potongan dari Langit dan memasang puzzle itu sesuai intruksinya. Langit mengambil lagi potongan yang lain lalu kembali menyerahkannya pada Varo dan menunjukkan dimana tempat yang pas untuk puzzle-nya, begitu seterusnya hingga semua kepingan puzzle itu terpasang semua.

“Yeeeeey, celecai.” Varo bertepuk tangan.

“Give me five!” Langit menyodorkan tangannya ke arah Varo dan bocah itu langsung menepuk telapak tangan Langit dan mereka ber-highfive ria.

Aku melihat mereka jadi ikut tersenyum. Kulihat Langit sedang mengusap kepala Varo pelan.

“Aku masih bingung Lang,” ucapku tanpa sadar membuat Langit menoleh.

“Bingung kenapa?” tanyanya dengan polos.

“Kita udah nggak bisa kayak dulu lagi. Canggung banget tau nggak,” ucapku sedikit ketus.

Kulihat dia menipiskan bibir dan berbalik sepenuhnya menatapku. “Aku kan udah bilang, lupain ucapanku kemarin jika itu yang buat kamu nggak nyaman,” katanya.

“Terus pura-pura lupa ingatan dan bersikap normal kayak biasa?” tanyaku sedikit gemas kearah Langit.

“Iya.” Jawabnya enteng.

Kalau saja diperbolehkan, aku ingin sekali mengetokkan kepala Langit ke pintu.

“Lalu hidup dalam sebuah sandiwara? Penuh kepura-puraan, begitu maksudmu?”

Langit terdiam beberapa saat, tampak berpikir. “Bagian mana yang kamu sebut sandiwara?” tanyanya.

“Ucapanmu kemarin,” lirihku.

“Lupain, anggep aja aku kemarin lagi mabuk.”

“Ck, enteng banget kamu ngomongnya.”

“Terus kamu maunya apa?”

Apa mauku? Itu pertanyaannya Lang! Aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang! Arrrrgh!

Aku memijat pelipisku pelan. “Kasih waktu aku sebentar. Aku lagi mikir solusinya.”

Dia terdiam beberapa saat. “Oke, take your time.” Dia tak lagi mendebat ucapanku dan dia memilih kembali bermain dengan Varo.

***

“Jelasin ke gue J, itu Langit kenapa bisa tiba-tiba nongol disini?” tanya Alya setelah selesai dengan urusan salon dan kembali ke butik untuk menjemput Varo.

Langit sudah pamit tepat setelah Alya datang ke butik. Alya sempat melihat Langit di parkiran, tapi belum juga dia menyapa Langit, lelaki itu sudah keburu masuk mobil.

“Ceritanya panjang,” jawabku singkat.

“Persingkat kalo gitu.”

“Lo nggak di tungguin sama laki lo Al.”

Dia melihat jam yang menempel di pergelangan tangannya.

“Ck, oke. Lo punya hutang cerita ke gue. Besok gue tagih, dan lo harus ceritain semuanya ke gue serinci-rincinya,” ucapnya tak terbantahkan.

“Besok minggu kali, gue pagi-pagi mau langsung ke Bandung.”

“Sendirian?”

“Nggak, bareng Ozi aja. Besok dia juga mau pulang.”

“Oke kalau gitu Senin aja kayak biasa, Girl’s day out,” tukasnya  keukeuh. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

“Baby, bangun sayang.” Alya menepuk-nepuk pipi Varo yang sekarang tertidur lelap dengan kepala yang ia rebahkan di bahuku.

“Kasihan ih Al kalau di bangunin. Baru juga tidur dia, kecapekan main deh kayaknya.” Aku mengusap kepala Varo pelan.

“Hmm, nggak dibangunin sekarang juga dia nanti tetep gue bangunin. Gue harus gantiin bajunya dia juga.”

“Ihh lo kok tega sih, lo pulang sendiri aja deh biar Varo disini sama gue. Lo pergi sama Bagas aja.” Aku menepuk kembali bokong Varo saat dia mulai menggeliatkan badannya, mencari posisi lebih nyaman dalam gendonganku, setelah nyaman dia kembali terlelap.

“Nanti gue yang diomelin sama bapaknya,” omel Alya.

“Kagak, nanti pulang dari kondangan lo jemput Varo kesini sama Bagas. Daripada nanti dia kalau kebangun malah rewel. Nggak jadi berangkat dah ujung-ujungnya,” tuturku dan dia mulai menimbang-nimbang ucapanku.

“Hmm, yaudah deh. Tapi nanti kalau dia nangis nyari gue, elo yang tanggung jawab!” todongnya.

“Gak bakalan rewel dia kalau sama gue, tenang aja. Lagian lo harusnya bersyukur, gue kasih waktu buat berduaan sama laki lo. Satu ronde quickly sebelum berangkat kan lumayan,” ucapku sontak membuat pipi Alya memerah, membuatku ingin tertawa dan semakin ingin menggodanya.

Dia memang paling pemalu dari semua sahabatku padahal dia yang nikahnya duluan. Sementara Nada dan Vanya yang paling sableng diantara kami berempat. Terutama Vanya, aku malah berpikir dia bahkan mungkin sudah kehilangan sebagian urat malunya.

“Ngasal tahu nggak!”

“Halah sok-sokan bilang gitu, nyampe apartemen langsung deh nyosor duluan.” Aku berusaha menahan tawaku supaya tidak mengusik Varo.

Kulihat Alya semakin sebal, dia mengabaikan ucapanku dan mengecup puncak kepala Varo.

“Udah ah gue balik, males jadi bully-an orang yang gak taken-taken.” Aku menatapnya horor, tapi dengan cepat dia melesat keluar butik sebelum aku mengeluarkan aksiku.

Sialan!

***

Pengennya apdet besok. Tp besok lg ada urusan, jd aku apdet skrg aja dah, hweheee. Happy reading ^^

SitiIsmaya

Pecinta musik -random - Dan penikmat novel romance ?

27 Komentar

  1. Wow cpt bngt nih update ny
    Lucu ya bagian Jingga ama Alya ngobrol hihi
    Aihhh jdi penasaran gmn kehidupan Jingga dan suaminy dlu, udah cere kan, nahh penasaran knp bsa cere
    Emang ya klo sahabatan trs salah satuny jatuh cinta ke shbtny itu ya jdiny bakal canggung kyk yg dialamin langit dan Jingga gtu hihi
    Ditunggu lanjutanny ka
    Semangat trs yak

    1. Haha iya cepet, besok sama lusa blm bisa apdet ka, yauda skrg aja dah. hohoho..

      aku sih ga pernah ngrasain frienzone, kata temenku sih gitu, lebih sering ngalamin akward moment hweheee

      kritik sarannya terbuka lebar kaa ^^

  2. Kampret ujungnya wkwkw. Alya tega bgt dah wkwkw

    1. hahaha itu belum seberapa sama sahabatnya jingga yg laen :p

      asli tega emang si Alya hihi

  3. Dalpahandayani menulis:

    Alya sama jingga lucu
    Canggung kalo dlm persahabatan ada cint

    1. segitu canggungnya kah? hayo pernah ngrasain juga nih kayaknya :p

  4. emang bahaya banget sahabat jadi cinta, apalagi kalo cintanya bertepuk sebelah tangan gitu. ah, kasian banget langit :PATAHHATI

    jingga ga mau buka hatinya, mungkin masih trauma(?) sama pernikahannya dulu ya . atau mungkin gara-gara jingga masih belum bisa move on dari mantan suaminya :ragunih

    makin penasaran nih dek haha , aku tunggu lanjutannya ya :tepuk2tangan
    semangat :MAWARR

    1. Iyaa pukpuk in dong kak Langit-nya hahaha

      Jingga masih kebayang Alfath maybe?

      bsk ngga bisa apdet ka, hiks. Mau kali aku di kasih saran gitu biar makin membaik tulisannya ^^

    2. Jingga belum ada rasa aja sama langit, ntar juga klepek-klepek kalo udh suka :LARIDEMIHIDUP

  5. penasaran bget…lanjut dong

    1. siap kaaak

  6. jingga… terima ja langit,,,, dh setia menunggu sampe bertahun2 masih cinta gitu… :PATAHHATI :PATAHHATI

    1. Ngk papa lah Ling, ntar langsung tamat mah kali langsung diterima :LARIDEMIHIDUP

    2. *kalo diterima

  7. Ngak ada kayaknya perhabatan antara cewek dan cowok…
    Ujung-ujungnya pasti salah satu ada yang jatuh cinta
    :tendangkerikil

    1. ada kok kaak, adaaaaa

    2. Kebanyakan emang gitu, tp sahabat jd cinta itu kalo sampai nikah biasanya langgeng loh

  8. kasihan Langit..
    sabar yaa.. :BAAAAAA

  9. :NABRAKKACA :NABRAKKACA :BAAAAAA

  10. Kasian Langjt :PATAHHATI

  11. sabar ya Langit,,,,,

  12. fitriartemisia menulis:

    hahaha
    laki2 ya kayak langit gitu ya, simple tinggal bilang lupain aja huhu
    btw ini part 3 B nya kemana ya? aku kehilangan sepertinya :PATAHHATI

    1. Sama nih mom, aku juga ngk dapat nyari yg 3B nya

    2. Kmna ya yg 3B :PATAHHATI

  13. :PATAHHATI

  14. Kasih vote dulu ya, hhe

  15. Kasian bener si langit, tp gampang bener ya dia bilang lupain :PATAHHATI