Tokyo 02-01-2107
Jemari lentik seputih salju itu tengah mengelus perutnya yang membuncit, uap akibat udara dingin mengepul keluar dari dalam mulutnya setiap kali ia menghembuskan nafas. Mata hijaunya yang indah menatap beberapa bunga sakura yang masih menempel dipohon walau keadaan saat ini tengah salju dengan udara membeku dingin.
langit Tokyo terlihat sedikit gelap karna awan abu-abu yang tertiup angin menutupi awan putih dan langit biru.
“kau bisa membeku jika berdiam disini terlalu lama dengan pakaian seperti itu” ucap sebuah suara khas gadis remaja dengan bahasa Inggris namun dengan aksen jepang yang begitu kental. Wanita dengan perut buncit itu menoleh dan tersenyum kecil memperhatikan gadis jepang yang sekarang berdiri didepannya dengan wajah cemberutnya yang lucu.
“sepertinya memang begitu” balasnya tertawa kecil, merasakan jika kulit dibalik jaket tipisnya sudah terasa dingin hampir mati rasa.
“aku dan Ibu mencarimu kesana kemari karna udara semakin dingin dan salju sudah mulai turun, tapi kau malah berdiri disini dengan hanya memakai pakaian tipis” protesnya kesal, gadis remaja berusia 16 tahun itu menghampiri wanita hamil itu lalu mengandeng tanganya.
“maaf Miki, aku hanya ingin berkeliling sebentar” ucapnya meminta maaf. Mereka berdua berjalan disepanjang trotoar taman untuk pulang.
“ahh.. satu bulan lagi maka aku akan melihat bayi kecil yang menggemaskan ini” pekik Miki senang sembari menatap perut wanita yang membuncit itu. “apa kau sudah menyiapkan nama untuk jagoan kecil ini?” tanya Miki.
“ya.. tapi aku tidak akan memberitaukannya padamu”
“kenapa?” bibir gadis ini mengerucut sebal.
“haha maaf, tapi aku berjanji kau adalah orang kedua yang aku beritau”
“benarkah? Aku sangat penasaran!” pekik gadis ini frustasi namun dengan mimik wajah yang senang.
“David onii-cha tadi telpon menanyakan keadaan mu”
Perempuan itu menoleh ketika mendengar nama David “lalu kau bilang apa?”
“Aku bilang jika onee-chan sering keluar dengan pakaian tipis seperti ini!”
Dia tertawa riang.. David akan memarahinya nanti, pria itu akan mengomelinya karna tidak memakai pakaian tebal.
“oh ya, aku hampir lupa… dirumah ada yang mencarimu onee-chan” ucap Miki, wanita itu mengerutkan keningnya samar.
“siapa?”
“aku tidak tau.. tapi pria itu bilang jika dia berasal dari San Fransisco” jelas Miki membuat wanita hamil itu menghentikan langkahnya seketika.
San Fransisco 12-01-2016
“ada apa lagi?” tanya seorang gadis dengan seragam pelayan sembari membawa nampan berisikan secangkir kopi dan sepiring salad tuna, ia meletakkan cangkir dan piring itu dimeja dan menatap si pemesan. Pria tampan yang mengenakan setelan jas rapi dengan mata sebiru safir itu hanya menyengir mendapat ucapan ketus dari sang pelayan.
“memangnya aku tidak boleh kemari?” tanya pria itu cemberut.
“aku tidak pernah melarangmu, hanya saja aku protes karna setiap kali kau kemari, kau selalu menyuruhku untuk menemanimu! Padahal pekerjaanku banyak sekali” cerocosnya sebal sembari duduk dihadapan pria itu, pria tampan itu tertawa kecil, menenggak perlahan kopi hitam tanpa gula kesukaannya dengan perlahan.
“wajahmu jelek jika seperti itu bodoh!” ejeknya, menghiraukan wajah kesal gadis bermata zambrud yang saat ini tengah menyipitkan mata kearahnya.
“biar saja! apa peduliku” balasnya semakin ketus.
“Shan.. sepertinya ibu akan menjodohkanku dengan gadis pilihannya lagi kali ini” tergambar jelas wajah muak yang kentara disana, gadis dengan rambut ikal berwarna kuning tembaga itu langsung terdiam dengan wajah aneh yang sulit diartikan.
“kenapa kau tidak mencobanya? Aku yakin ibu mu akan senang kau menerima perjodohan itu” ucap gadis bernama Shan itu pelan, menyerukan pemikirannya. Bukan hanya sekali pria ini mengadu padanya, tapi ini sudah ke 10 kalinya.
“Aku tidak ingin.. jika pun nanti aku harus menikah, satu-satunya wanita yang kuizinkan menikah denganku hanya dirimu” jelas pria itu sembari menyeruput kembali kopinya memperhatikan si cantik Shanon yang memutar bola matanya malas. Gadis itu tidak kaget lagi dengan ucapan pria yang saat ini duduk didepannya itu, karna seorang Aidan Dane sudah sering mengatakan hal itu dan hanya di tanggapi malas oleh Shan.
Ia tau, ucapan Aidan itu hanya sebuah lelucon konyol yang nantinya akan membuat hatinya semakin sakit jika ia menanggapinya.
“ya, ya terserah dirimu” sahut Shan malas dan Aidan hanya tertawa lebar karna gadis itu tidak berpengaruh pada ucapannya, oh ya.. tentu saja karna ia sudah sering mengucapkan hal itu pada Shan.
“kapan acara wisuda?” tanya Aidan mengalihkan pembicaraan mereka. Shan mengedikkan bahunya tidak tau, ia juga masih berdiskusi dengan teman temannya kapan enaknya wisuda itu dilakukan. Sebentar lagi Shan akan lulus sarjana S1 dan berencana untuk bekerja diperusahaan Aidan dengan melamar dibagian Marketing. “aku akan memberimu hadiah nanti” sambung Aidan tersenyum misterius.
mendengar kata Hadiah, wajah Shan langsung berbinar senang.
“hadiah? apa? berlibur ke Hawai?” tanya Shan antusias membuat Aidan mencibir.
“tidak, hadiahnya adalah, jika nanti kau ingin melamar kerja ditempatku, aku yang akan mewawancaraimu sendiri. jadi itu akan lebih mudah dari pada menghadapi bawahanku” hampir saja Shan melemparkan nampan yang dipegangnya ini kewajah tampan aristrokat Aiden. benar-benar pria itu.. sangat menyebalkan. Shan fikir hadiah yang didapatkannya nanti itu sesuatu yang special, tapi Aidan malah memberikannya hal konyol.
“oh terima kasih Tn. Aidan yang terhormat! Aku sungguh tersanjung!” dengus Shan kesal.
“Hei! kau seharusnya berterima kasih padaku. Bawahanku hanya akan menerima 7 dari 20 orang yang akan melamar pekerjaan nantinya”
“terserah kau saja! aku harus kembali bekerja” Shan beranjak dari tempat duduknya dan melenggang pergi dari hadapan Aidan.
sedangkan Aidan, pria itu hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil yang menghiasi wajah tampannya.
***
Shan memutar knop pintu apartemennya, mulutnya menguap karna sedikit mengantuk. Beberapa hari ini ia sengaja lembur agar gajinya naik, sewa apartemen menunggak 4 bulan. Ia benar-benar tidak enak pada pemilik apartemen yang begitu baik. Mrs. Dotty yang sudah tua itu menyuruh Shan untuk tidak perlu menghkawatirkan biaya apartemen. tapi jika nanti dia bekerja di perusahaan Aidan pasti Shan akan melunasi semua hutangnya. Bicara soal Aidan, yaahh Shan seharusnya bersyukur karna pria itu sendiri yang akan mewawancarainya, dia akan berterima kasih besok.
“kau datang!” Shan tersentak dari lamunanya dan hampir terjungkal kebelakang saat tiba-tiba wajah Aidan muncul diapartemennya yang gelap ini.
“Aakkhh!” pekik Shan histeris. Terdengar Aidan yang malah terkekeh, pria itu menghidupkan lampu apartemen Shan dan menemukan gadis tengah membatu dengan menatap horor kearahnya.
“Apa-apaan ini!!” teriak Shan dengan suara 10 oktaf yang langsung membuat Aidan menutup telinganya.
“kau ingin membunuhku!” kesal Aidan mengelus telinganya yang terasa pengang.
“Kau yang ingin membunuhku! Menurutmu lucu apa jika kau melakukan hal ini! Bagai mana jika aku punya penyakit jantung dan langsung meninggal ditempat!!” bentak Shan murka.
“kau ini senang sekali marah-marah, aku hanya ingin menyambutmu tapi lupa menghidupkan lampu” jelas Aidan dengan wajah tidak berdosa, pria itu berjalan kearah ruang tamu kemudian duduk di sofa dan menghidupkan televisi. Shan menghela nafasnya kasar.
“kenapa kau disini!” ketus Shan, gadis itu melepas mantelnya juga ikut duduk disebelah Aidan.
“aku lapar, tapi hanya ada mie instan dilemarimu” jelas Aidan dengan mengedikkan bahu.
“lalu?”
“aku tidak terlalu menyukai mie Shan, makanan instan itu tidak sehat”
“lalu kenapa kau masih disini huh? Pulang sana atau makan direstoran. Aku tidak punya apapun kecuali mie instan untuk kumasak” dengus Shan, dia beranjak dari tempat duduknya dan berniat untuk tidur karna ini sudah larut.
“bohong, Jelas-jelas banyak bahan makanan di dalam lemari pendingin” cibir Aidan. Shan menaikkan sebelas alisnya.
“aku tidak punya apapun di kul-”
“coba saja lihat bodoh!” potong Aidan cepat, Shan mendengus sebal, ingin rasanya ia memukul kepala pria itu. Aidan itu otaknya bebal!. Dengan langkah malas Shan berjalan kearah lemari pendingin dan membukanya, membuktikan jika tidak ada apapun didalam lemari pendinginnya kecuali…
sejenak Shan mematung didepan kulkas dengan mata terbelalak tak percaya. Didalam lemari pendingin miliknya itu terdapat berbagai macam sayur, danging, makanan ringan dan juga berkaleng kaleng bir. Seumur-umur ia tidak pernah mengisi kulkasnya dengan bahan makanan menumpuk seperti ini. Tapi..
“kau yang melakukannya?” tanya Shan membalikkan badannya dan menatap Aidan yang sedang menonton tv. Aidan hanya sekilas menoleh kemudian kembali menatap layar tv.
“Aidan! berapa kali harus kubilang padamu, kau tidak perlu melakukan ini. Jangan membuatku semakin terbebani, jangan membuatku semakin berhutang padamu dan jangan membuatku semakin..” Shan berhenti berteriak, bibirnya bergetar dan matanya berkaca-kaca, kalimat yang satu ini seolah enggan keluar dari tenggorokannya. “mencintaimu” batin Shan sedih.
Dilihatnya Aidan berdiri dari duduknya dan menghampiri Shan yang memalingkan wajah, enggan melihat sosok Aidan. Wajah pria itu terlihat juga terlihat sedih. pria itu menghela nafasnya berat, dia meraih kedua pundak Shan kemudian memutar tubuh gadis itu untuk berhadapan dengannya.
“aku hanya ingin membantumu Shan, aku hanya ingin menjagamu” ucap Aidan.
“Milo sudah meninggal! Jika semua yang kau lakukan ini adalah karna amanatnya, maka lupakanlah. Aku tidak butuh” Shan menepis kasar tangan Aidan yang mencengkram bahunya kemudian membalikkan badannya berniat untuk masuk kedalam kamar, tapi cekalan Aidan dilengannya menghentikan langkahnya.
“Milo memang memintaku untuk menjagamu.. tapi aku tulus”
“maka dari itu jangan lakukan.. kumohon, ini yang terakhir kalinya” mohon Shan frustasi, baginya apa yang sekarang dilakukan pria itu malah semakin membebaninya. Malah membuatnya semakin tergantung pada Aidan dan semakin membuatnya enggan keluar dari zona nyaman akibat perlakuan Aidan selama ini padanya. Aidan menghela nafas, perlahan cekalan tanganya di lengan Shan mengendur.
“maafkan aku..” lirih Aidan, ia berbalik kearah sofa, mengambil jasnya hendak pergi. Lagi lagi Shan menghela nafasnya dengan kasar tidak tega.
“kau lapar bukan, aku akan memasak” ucap Shan menghentikan Aidan yang hendak pergi.
***
Sudah satu 2 minggu sejak terakhir kali mereka bertemu, Aidan yang sibuk dan selalu melakukan perjalanan bisnis ke berbagai negara sedangkan Shan, sibuk dengan kerja part timenya dan juga menunggu wisuda yang akan dilaksanakan besok. Namun pria itu masih sempat menelpone yang sekedar menanyakan apa Shan sehat dan makan teratur.
siang ini acara wisudanya, dengan semangat menggebu Shan datang kekampusnya menerima penghargaan sebagai mahasiswa terbaik dengan nilai cumlaud. jadi yang akan ia lakukan setelah ini adalah menyusun berkas-berkas lamaran kerjanya, kemudian berhenti dari restoran tempatnya bekerja selama ini. ia harus menyiapkan diri bekerja di perusahaan rasaksa milik Aidan.
Shan menatap semua orang yang berada di outdor, semua orang tua atau kerabat terdekat mereka datang untuk menyaksikkan anak, adik atau kakak mereka lulus. Sedangkan dirinya, tidak ada siapapun. yaa, Shan hanya sebatang kara setelah kepergian Milo 2 tahun lalu. Aidan juga tidak datang, padahal Shan sudah memberi taunya jika hari ini ia Wisuda.
“Selamat untuk kelulusanmu” sebuket bunga bawar merah cantik terpampang didepan wajah Shan, suara yang begitu dirindukannya selama satu dua minggu ini akhirnya terdengar juga ditelinganya. Shan mengambil buket itu kemudian membalikkan badanya, sosok tampan dengan tubuh tinggi tegap didepannya ini tengah tersenyum manis menatap kearahnya. Senyum yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang, senyum yang selalu membuat pipinya merona dan senyum yang selalu menenangkannya jika Shan sedang dalam keadaan sedih.
“Thanks, aku fikir kau tidak akan datang untuk sekedar memberiku selamat” Shan mencium bunga mawar itu, sangat harum. Ini pertama kalinya Aidan memberinya sebuket bungan kesukaannya, Shan akan menjaga bunga ini agar tidak layu nanti.
“maaf aku telat, pesawat penerbangan London- SF ditunda”
“tidak apa.. asal kau datang aku senang” ucap Shan tersenyum lebar, memperlihatkan gigi gigi kelincinya yang lucu. Aidan memajukan wajahnya menatap lekat-lekat wajah Shan membuat gadis cantik itu memundurkan wajahnya seketika.
“apa kau merindukanku?” tanya pria itu jahil. Shan mengerjapkan matanya, mulai merasakan jika pipinya mulai merona.
“A..pa.. jangan bercanda!” gugup Shan tiba tiba, dipeluknya buket bunga itu, menciuminya lagi.. tanpa Aidan sadari Shan tengah tersenyum lebar sembari menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba menggila.
“ah, sayang sekali.. padahal aku sangat merindukanmu” ucap Aidan masih betah menggoda Shan. Gadis itu dan meninju pelan lengan Aidan berpura-pura kesal, padahal berbeda dengan keadaan jantungnya yang sedang lari maraton didalam sana.
“Shanon! aku telat ya” suara lembut itu membuat Shan menoleh dan mendapati sosok pria tinggi dengan wajah imut tengah tersenyum menyesal. Pria itu menyerahkan buket bunga yang sama dengan yang Aidan berikan.
“oh David, kau jadi datang?” Shan menerima buket itu dari tangan pria bernama David. “terima kasih bunganya, sangat cantik”
“tentu saja aku datang, tapi aku tadi ada sedikit masalah” jelas David.
“masalah apa? Apa serius?” cerca Shan, dia fikir tadi pria ini tidak akan datang mengingat kafe di jam makan siang seperti ini sangat padat.
“hanya masalah kecil dan sudah selesai” David mengibaskan tanganya mengisyaratkan agar Shan tidak perlu cemas.
“aku senang kau datang, terima kasih” David menggerutu “seharusnya aku tidak telat agar kau lebih senang lagi” godanya membuat Shan tertawa kecil.
“Aku tunggu dimobil” sahut Aidan tiba-tiba, wajah pria itu terlihat datar dan dingin. Setelah mengatakan itu, Aidan tanpa berniat berkenalan dengan David berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.
Shan mengerutkan keningnya mendengar nada suara pria itu juga perubahan ekpresi wajah Aidan.
“siapa?” tanya David.
“teman Milo” jawab Shan menatap sedih punggu Aidan.
***
Aidan menatap jengah kearah pria imut bernama David yang tiba-tiba muncul dan langsung merebut perhatian Shan. Selama kurang dari 30 menit mereka mengobrol dibawah pohon sembari tertawa. Sesekali pria itu mengelus kepala Shan membuat Aidan kesal. Tapi tunggu.. kenapa dia harus kesal, seharusnya dia senang Shan dekat dengan pria yang Aidan bisa lihat pria itu pria yang baik.
bukankah itu janjinya pada Milo. Melindungi Shan dan membantu Shan sampai gadis itu menemukan pria yang tepat. Barulah Aidan akan melepasnya. Tapi sekarang.. bukannya senang melihat keakraban Shan dan pria itu, hatinnya malah kesal begini.
rasanya ia ingin menyeret Shan menjauh dari pria itu.
“Maaf aku lama.. David sedang menjelaskan menu baru direstoranya” ucap Shan yang sudah duduk disebelah Aidan. Gadis itu menunjukkan buku resep yang diberikan David tadi.
“bukannya kau akan keluar dari restoran itu? kenapa masih harus diberitau resep terbaru” dengus Aidan kesal.
“kemungkinan aku keluar dari sana itu satu satu bulan lagi.. jadi apa salahnya ia memberitauku” balas Shan membela diri.
“terserah, jadi kau ingin kemana hari ini, aku mentaktirmu”
“tidak perlu.. aku akan memasak di apartemen, kita rayakan kelulusan diapartemenku!”
“kau yakin?”
“kenapa? Aku akan memasak menu baru yang David tadi berikan kepadaku..” seru Shan bersemangat, sedangkan Aidan malah semakin mendengus kesal.
**
Berkali-kali Shan memekik senang setiap kali suapan sendok gadis itu masukkan kedalam mulutnya, berkali-kali memuji kepala David yang jenius bisa menciptakan masakan seenak ini.
berkali-kali juga Aidan mengomeli Shan agar tidak terlalu berlebihan tapi hanya dibalas dengusan bosan oleh Shan.
setelah selesai makan, kini mereka duduk disofa sembari menonton tv ditemani bir dan beberapa cemilan. tidak ada yang berbicara untuk memecah keheningan, mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing.
“bagaimana dengan gadis yang dijodohkan denganmu itu” tanya Shan memulai percakapan tanpa menoleh kearah Aidan, dia menegak birnya masih tetap menonton tv. Aidan menggedikkan bahunya.
“aku sudah menolaknya, tapi penyakit ibu kambuh”
” jadi kau menerima perjodohan itu?” tebak Shan dan langsung diangguki malas oleh Aidan.
“selamat. semoga dia wanita yang tepat untukmu” Shan menoleh dan tersenyum kecil, senyum yang dengan sukuat tenaga ia pertahankan, senyum palsu yang ia coba berikan. memantapkan hati, jika hari ini pasti akan terjadi.. melepas Aidan bersama wanita lain.
Aidan menatap datar Shan yang tengah tersenyum lembut memberinya ucapan selamat, Aidan membuang muka. Sungguh pria itu tidak tau dengan perasaanya saat ini, perasaannya aneh dan membuatnya pusing sendiri. Ia sedikit kecewa saat mengetahui Shan tidak sedikitpun sedih mendengar perjodohannya. Heh.. memangnya apa yang Aidan harapkan. Mengharapkan Shan menyukai dirinya. Mustahil. Gadis itu tidak mungkin berfikiran sampai sejauh itu.
“menurutmu apa David orang yang tepat untukku?” tanya Shan, tanganya sibuk membuka satu botol yang masih penuh kemudian meminumnya. Tak ada jawaban dari Aidan, Shan menoleh, keningnya berkerut mendapati pria itu tengah menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Kau menyukai si David itu?” bukannya menjawab Aidan malah balik bertanya.
“untuk saat ini tidak, tapi aku akan berusaha menyukainya.. David mengatakan jika dia meny-” ucapan Shan terpotong ketika Aidan mengucapkan hal yang membuat Shan akhirnya bungkam.
“kalau begitu jangan” gumam Aidan “jangan mencintainya” sambung Aidan hingga membuat Shan terperangah kaget, gadis itu terdiam menatap wajah Aidan yang tiba tiba mendekat dan mempersempit jarak diantara mereka.
Cup~
Satu kecupan mulus mendarat dibibir Shan semakin membuat gadis itu melebarkan matanya bulat-bulat.
“aku tidak tau kenapa aku sangat kesal melihat mu bersama pria itu” oceh Aidan, ia meraih kepala Shan dan menahan tengkuk gadis itu kemudian mengecup lagi bibir Shan. Tidak ada balasan dari Shan, gadis itu hanya terdiam dengan tubuh kaku.
“Aku sangat kesal pada si David itu, bisakah kau hanya untuku”
“A..idan!” Shan berusaha menolak ketika pria itu membaringkannya di sofa, membelai pipi merona Shan yang lembut seperti bayi.
“ssttt.. aku tidak akan menyakitimu” Malam itu mereka tidak tau jika tindakan yang mereka lakukan akan merubah segalanya!
***
Shan mengerjapkan matanya merasakan sinar matahari menembus melalui celah-celah gordennya yang tertutup, tubuhnya luas biasa pegal dan kakinya terasa lemas, juga… sakit.
ia membalikkan tubuhnya ingin melihat sosok Aidan, keningnya berkerut mendapati tidak ada siapapun disampingnya. Shan menegakkan tidurnya, apa pria itu sudah pulang.. tapi..
pandangan matanya menangkap roti bakar, jus buah dan juga pil obat di atas laci samping tempat tidurnya. Juga terdapat note kecil.
Maafkan aku harus pulang, aku sungguh minta maaf. Minum obat itu untuk mengurangi sakitnya. nanti siang aku akan datang lagi, aku janji. dan juga aku ingin mengatakan sesuatu padamu. apapun yang terjadi, percaya padaku.
Kalimat pendek yang mampu membuat Shan tersenyum dengan pipi merona. Tidak kata yang special atau kata romantis. Tapi kata ‘Percaya padaku dan aku janji’ sungguh membuah hatinya tenang.
***
Bisakah dia masih tetap percaya dengan Aidan disaat pria itu sudah menjadi milik orang lain, meninggalkan hasil yang saat ini dikandungnya. Pria itu tidak pernah datang lagi setelahnya. Pria itu seolah menghilang ditelan bumi. Berkali-kali Shan menghampiri tempat kerja Aidan tapi satpam selalu melarangnya masuk kedalam gedung kantor.
hampir tiga bulan Aidan tidak lagi menghubunginya, bahkan ponsel pria itu tidak aktif. Shan masih tetap percaya jadi ia harus tetap menunggu dan tetap percaya.
Shan meraba perutnya yang sedikit membuncit. Saat mengetahuinya, saat itu dia sudah 2 minggu tidak datang bulan. Dengan perasaan campur aduk Shan membeli test pack dan hasilnya benar-benar membuatnya terkejut. dia hamil.
Shan bertekat dia akan menemui Aidan dan memberi tau jika dirinya hamil saat ini, dia harus datang kerumah pria itu. tidak peduli jika Ibu Aidan memakinya atau satpam mengusirnya, dia harus memberitau Aidan jika dia tengah hamil anak pria itu.
Entah kenapa sebelum Shan tiba dirumah Aidan ada perasaan takut yang tiba-tiba menjalar dihatinya dan perasaan takut itu semakin menjadi ketika melihat dari kejauhan rumah megah itu terlihat ramai didatangi oleh orang-orang kaya. Didepan terdapat rangkaian bunga dengan ucapan selamat pertunangan kepada Aidan dan Jessica. Shan meremas kuat kuat jemarinya hingga buku buku jemarinya memutih, satu tetes air mata lolos dari mata cantik berwarna zamrud itu. Shan menutup mulutnya menahan isak tangis.. dia berbalik, melangkah pergi.. dengan tangis yang tiba-tiba pecah tanpa bisa ditahan lagi. Dia menangis.. untuk kedua kalinya setelah kepergian Milo. dia tidak bisa mempercayai pria itu lagi.. tidak.
Tokyo 30-12-2016
“Harapanku ditahun baru ini, semoga Ibu dan Kak Shan bahagia, sehat selalu” ucap Miki berdoa, sembari menatap lagit malam yang dihiasi oleh bintang juga kembang api yang begitu indah.
“aku juga.. harapanku semoga bibi, kau dan anakku sehat.. aku sangat berterima kasih pada kalian” Shan tersenyum tulus sembari mengelus perutnya yang satu bulan lagi akan lahir seorang bayi mungil.
“harapan ibu, semoga Miki selalu sehat dan semoga kau dan bayimu sehat selalu Shan” wanita paruh baya itu megelus kepala Miki dan satu tanganya yang lain mengelus perut Shan dengan sayang.
“terima kasih ibu, bibi..” sahut keduanya bersamaan. Ketiga wanita ini berjalan-jalan mengelilingin pasar untuk berjalan-jalan, karna dimalam taun baru ini pameran sangat ramai.
sesekali Shan berhenti untuk duduk karna lelah, ia mengelus perutnya. Jauh dilubuk hatinya ia selalu mendoakan Aidan selalu sehat. Karna saat lahir nanti orang pertama yang akan ia beritau nama bayinya adalah Aidan. apapun yang terjadi Aidan harus mengetahuinya.
“semoga kau selalu bahagia Aidan, aku sangat mencintai mu” gumam Shan pelan.
**
Kalian tidak pernah tau apa yang dialami Aidan selama hapir 7 bulan ini, pria itu nyaris gila. Temprament pria itu tinggi, kesalahan sedikitpun yang dilakukan karyawannya pria itu tidak segan segan memecatnya.
ia tidak bisa menepati janjinya untuk datang lagi pada Shan karna ibunya melarangnya. Jika sampai ia menemui Shan ibunya itu akan bunuh diri. Tentu saja Aidan tidak bisa kehilangan ibunya, jadi Aidan tidak bisa melakukan apapun.
4 bulan setelahnya akhirnya ia dapat melakukan aktifitas tanpa mata-mata ibunya. Saat ingin memgunjungi Shanon, apartemen gadis itu kosong. Aidan menanyakannya pada pemilik apartemen dan mengatakan jika Shan sudah lama pindah. Aidan menggeram merutuki kebodohannya, pasti gadis itu marah dan meninggalkannya. Akhirnya tujuan Aidan selanjutnya adalah restoran tempat Shan bekerja. Berharap menemukan gadis itu disana, dia melihat David yang tengah melayani pesanan. Tapi ia tidak menemukan keberadaan Shan diantara 10 karyawan berseragam itu.
Dengan tidak sabaran Aidan berjalan kearah David dan langsung menanyakan Shan. Tapi pria imut itu hanya menatapnya datar dan berlalu begitu saja. Tidak menyerah Aidan memaksa David hingga akhirnya membuat pria itu geram dan langsung melayangkan tinju telak pada Aidan. tidak memperdulikan jika semua orang tengah menatap kearah mereka dan menjadikan mereka bahan tontonan.
“Shan hamil brengsek!” maki David marah, menatap jijik kearah Aidan. ucapa David seperti sebuah bom yang meledak tepat dikepalanya, membuat dadanya sakit. Aidan memejamkan matanya, tangannya mengepal kuat. Bodoh! Pasti gadis itu menderita, kau memang bajingan brengsek Aidan.
“Dimana dia” lirih Aidan sedih dan penuh penyesalan. Ia sudah membuat kesalahan besar.
“Cari sendiri, pergilah aku muak melihatmu” usir David.
“dimana Shan, kumohon!”
“pergi atau kupanggil polisi!” bentak David. Aidan mengusap wajahnya kasar kemudian berlalu pergi dari restoran dengan wajah lesu.
pria itu menyewa jasa detektif terkenal untuk mencari keberadaan Shan, setiap kali para detektif itu gagal Aidan langsung marah menyumpah serapahi mereka. Akhirnya pencariannya selama 3 bulan ini membuahkan hasil. Shan berada di Tokyo jepang. Dirumah ibu baptis David. Salah satu detektif yang mengikuti David pernah tidak sengaja melihat bungkusan berisi pakaian hangat bayi yang dimasukkan kedalam kotak kayu dan kemudian terdapat tujuan pengiriman yang ternyata ke Tokyo jepang.
****
Tokyo 02-01-2017
Berkali kali Shan menghembuskan nafasnya, entah kenapa jantungnya berdetak sangat cepat. Miki membuka pintu rumah mereka, saat sampai diruang tamu langkah Shan terhenti, nafas wanita itu memburu. Matanya membulat tak percaya. Sosok didepannya itu terlihat berantakan. Aidan jatuh terduduk menatap Shan terutama perut buncit Shan. Miki sudah pergi bersama bibi untuk memberi kesempatan mereka berbicara.
“Shan..” gumam Aidan Serak, menatap nanar kearah sosok Shan dengan perutnya yang membuncit.
“Kenapa kau terlihat begitu kacau?” tanya Shan berusaha menahan air matanya, mempertanyakan keadaan pria itu yang terlihat begitu kacau.
“Maaf Shan.. maafkan aku” air mata pria itu jatuh, pria itu terisak. Shan terdiam ditempat, air matanya juga pecah.
“Aku tidak berniat menutupinya darimu, aku ingin mengatakan jika aku hamil.. Tapi saat aku datang kerumahmu, disana acara pertunanganmu dengan wanita bernama Jessica. Aku marah padamu! Aku kesal, benci.. Rasanya aku ingin mati.. Kau melanggar janjimu dan aku tidak bisa mempercayaimu lagi..” isak Shan sejadi jadinya.
“Maaf Shan, maafkan aku karna membiarkanmu sendiri selama 8 bulan ini, maafkan aku karna memberimu luka.. Maafkan aku Shan, saat itu ibu ingin bunuh diri jika aku menemuimu.. maaf Shan!” Aidan terus mengucapkan maaf.
“Lalu kenapa kau kemari?” tanya Shan masih dengan terisak, meluapkan semua emosi yang selama ini terpendam dihatinya.
“Aku sudah memutuskan pertunanganku 3 bulan yang lalu setelah aku mengetahui jika kau hamil.. Aku bilang pada Ibu jika kau hamil anakku” Perlahan Shan menghampiri Aidan dan langsung memeluk pria itu. Menenggelamkan kepalanya didada bidang pria itu. menangis sejadinya..
“aku sangat membencimu.. aku benci..Kenapa kau baru datang.. Aku sangat menderita Aidan!” isak Shan memukuli dada Aidan, ingin rasanya dia menghukum pria ini karna sudah menyakitinya, membuatnya menderit hingga seperti ini.
“Maaf shan..” hanya itu yang bisa di ucapkan Aidan sembari memeluk Shan dengan era.
***
Aidan mengelus perut Shan, saat ini mereka sedang berbaring dikamar Shan. Aidan terus mencium perut Shan dan juga sesekali mengecup bibir Shan membuat pipi perempuan itu merona.
“Apa kau melakukan ini karna merasa bersalah” tanya Shan.
Tentu saja idak! apa kau masih ingat dengan note yang ku tulis waktu itu ‘aku akan datang siang ini dan ingin mengatakan sesuatu’ waktu itu aku ingin mengatakan perasaanku padamu..”
“Apa itu?” tanya Shan dengan mata berkaca kaca.
“Aku mencintai mu Shan ,ternyata selama ini aku tidak sadar jika sudah mencintai mu” satu tetes air mata Shan jatuh, inilah kalimat paling indah yang pernah dia dengar. Shan menganggukkan kepalanya. Jemarinya menyentuh pipi Aidan.
“Aku juga…” Aidan memeluk tubuh Shan dan tersenyum bahagia, ternyata Shan juga mencintainya.
“Terima kasih Shan.. Maaf sudah membuat mu menderita selama ini”
“Dimaafkan..” balas Shan, semakin menenggelamkan kepalanya didada bidang Aidan.
“Bagaimana kau bisa berada disini?”
“Waktu itu aku datang pada David dan bilang ingin menghilang, tidak ingin di temukan oleh mu.. Lalu David membawaku ke Jepang.. Dia menitipkan ku pada bibi Ayako.. Dia ibu baptis David sekaligus sahabat ibu David..”
Aidan memejamkan matanya.. Gadisnya ini selama ini begitu menderita, menanggung beban karna kesalahannya.
“Aku harus berterima kasih pada mantan Bos mu dan juga bibi Ayako” ucap Aidan di balas anggukan oleh Shan.
Tapi kali ini Aidan berjanji.. Dia tidak akan membiarkan Shan menderita, dia akan melawan semuanya untuk Shan juga calon anak mereka nantinya.
TAMAT!!
:TERHARUBIRU akhirnya mereka nikah ya??
Bagus
Akhirnya mereka bersama lg
Akhirnya happy ending, dah sebel bngt ini ama Aidan hihi
Oia ada typo sedikit kykny dah ka, ada penulisan kta Minhyuk, mungkin ini cerita dngn cast Korea kli ya awalny, trs diganti cast barat, ga apa2, cuma itu aja kok hihi
Ditunggu karya2ny yg lain
Semangat trs ka
Akhirnya mereka bersama ya..
tapi nasib ibunya gimana,, sama tunangannya..
pasti penasaranku meluber kemana2
Cepeet bangeet.. Masih asik baca udah tamat :TERHARUBIRU lagi doonk :BAAAAAA
sweet,,
:HULAHULA akhir yang bahagia
Akhirnyaaaa :PATAHHATI
whoaaa, yeayyy happy ending :YUHUIII :TERHARUBIRU
Gabisa di vote yaakkk :ragunih
Nah sama sel
Aku kok ngk bisa kasih vote ya?
Tulisan ratings nya tulis ulang aja say
Kalo hasil copas biasanya jd ngk bisa dikasih vote sama yg lain
Coba kamu edit dan tulis ulang tulisan ratings nya
Yeayyyy, yeayyyy, happy ending
Akhirnya mereka bersama juga :YUHUIII