” Genjer-genjer “
25 Januari 2017 in Vitamins Blog
Keunikan tersendiri bila kita memperingati 1 oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dengan membahas lagu genjer-genjer, Namun, sebelum membahas lagunya, alangkah baiknya kita mengetahui arti dari genjer-genjer. Apa sih genjer-genjer itu? Genjer-genjer adalah sebuah nama tanaman yang terkenal dengan sebutan eceng gondok. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat dikenal tumis genjer dengan tauco atau dengan oncom merah. Selain enak, sayuran ini pun sarat nutrisi dan kaya akan serat sehingga baik untuk menjaga saluran pencernaan jika rajin mengkonsumsinya. Tak hanya itu, daun dan bunganya juga berkhasiat untuk menambah nafsu makan.
Nah, Lagu genjer-genjer diciptakan oleh Muhammad Arif, seorang seniman angklung. Berdasarkan keterangan teman sejawat almarhum Arif, lagu Genjer-Genjer diangkat dari lagu dolanan rakyat Banyuwangi yang berjudul “Tong Alak Gentak” yang diberi syair baru. Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas pendudukan jepang di indonesia. Setelah kemerdekaan, lagu “Genjer-genjer” menjadi sangat populer setelah banyak dibawakan penyanyi-penyanyi dan disiarkan di radio Indonesia. Penyanyi yang paling dikenal dalam membawakan lagu ini adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet. Saking terkenalnya kemudian muncul pengakuan dari Jawa Tengah, bahwa lagu Genjer-Genjer ciptaan Ki Narto Sabdo, seorang dalang kondang.
Sayang, kepopuleran lagu ini cukup terciderai dengan gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Yakni Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Partai Komunis Indonesia (PKI) melancarkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas. Lagu ini, yang menggambarkan penderitaan warga desa, menjadi salah satu lagu propaganda yang disukai dan dinyanyikan pada berbagai kesempatan. Akibatnya orang mulai mengasosiasikan lagu ini sebagai lagu resmi PKI. Menurut versi TNI, para anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan lagu ini ketika para jendral yang diculik diinterogasi dan disiksa. Peristiwa inilah yang digambarkan juga pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan Arifin C. Noer. Sehingga pada masa orde baru pun terdapat larangan penyebarluasan lagu genjer-genjer tersebut. Sedangkan pencipta lagu Muhammad Arief, meninggal karena dibunuh akibat dianggap terlibat dalam organisasi massa onderbouw PKI.
Dengan berakhirnya rezim orde baru tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu ini secara formal pun telah berakhir. Lagu Genjer-genjer mulai beredar secara bebas melalui media internet. Walaupun stigmatisasi lagu ini kepada PKI sulit dihapuskan dari pandangan masyarakat Indonesia. Semoga dengan tulisan sederhana ini, hal tersebut akan berhenti nantinya.
LIRIK LAGU GENJER-GENJER
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emake thulik teko-teko muputi genjer
Emake thulik teko-teko muputi genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Emake jebeng podho tuku nggowo welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas yong dienggo iwak
Setengah mateng dientas yong dienggo iwak
Sego sak piring sambel jeruk ring pelonco
Genjer-genjer dipangan musuhe sego
TERJEMAHAN LIRIK LAGU GENJER-GENJER
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Ibu si bocah datang memunguti genjer
Ibu si bocah datang memunguti genjer
Dapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihat ke belakang
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Ditata berjajar diikat dibeberkan di bawah
Ditata berjajar diikat dibeberkan di bawah
Ibu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambu
Genjer-genjer sekarang akan dimasak
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Setengah matang ditiriskan untuk lauk
Setengah matang ditiriskan untuk lauk
Nasi sepiring sambal jeruk di dipan
Genjer-genjer dimakan bersama nasi
“Clandestine Indonesia – Operasi Alpha yang disanggah”
17 Januari 2017 in Vitamins Blog
“Operasi Alpha” Saat Regim Orde Baru-Era Suharto.
“Mengecewakan! Rencana terbang yang susah payah sudah kususun rapi, langsung dibatalkan pagi-pagi. Aku mendapat perintah untuk menghadap komandan skuadron. Yang terfikir, aku tidak lulus latihan terbang di Israel dan pulang ke Indonesia sebagai pilotprisoner.
Semua bayangan buruk musnah sudah. Aku ternyata menerima perintah baru untuk terbang dalam format sama, tetapi berbeda route. Sebuah peta disodorkan lengkap dengan titik-titik route.
Ada sebuah garis merah yang wajib diterobos masuk dan dalam waktu dua belas menit harus kembali ke luar. Yang membuatku gugup, garis merah itu adalah garis perbatasan antara Israel dan Syria”.
Cerita diatas adalah sepenggal kisah dari seorang pilot yang tergabung dalam Operasi Alpha (Operation Alpha), yaitu operasi clandestine (operasi gelap, diam-diam dan sangat rahasia) terbesar yang dilakukan oleh TNI AU[Tentera Nasional Indonesia-Angkatan Udara], dimana TNI AU melatih pilot dan melakukan pembelian 32 pesawat A-4 Skyhawk dari Israel.
Berikut adalah kutipan tentang Operasi Alpha yang diambil dari buku otobiografi Djoko F Poerwoko “Menari di Angkasa”.
Operasi Alpha.
Memasuki tahun 1979, isu tentang bakal dilakukannya pergantian kekuatan pesawat-pesawat tempur TNI AU sudah mulai bergulir. Hal ini sebenarnya wajar saja, mengingat kondisi pesawat tempur F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird memang sudah tua.
pesawat tempur milik TNI- AU yang sudah tua, F86Sabre
pesawat tempur T-33 Thunderbird
Kerana kedua jenis pesawat tersebut sudah tua, sehingga kemudian pemerintah Indonesia harus mencari negara produsen yang bisa menjual pesawatnya dengan segera. Amerika Syarikat ternyata bisa memberikan 16 pesawat F-5 E/F Tiger II. Tetapi ini masih belum cukup untuk mengisi kekosongan skuadron-skuadron tempur Indonesia.
Dari penggalian intelijen, Mabes – ABRI [Markas Besar-Angkatan Bersenjata RI] ternyata kemudian mendapatkan berita bahwa Israel bermaksud akan melepaskan armada A-4 yang mereka miliki. Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik.
Tetapi pada sisi lain, pembelian armada pesawat tersebut akhirnya terus diupayakan secara klandestin (rahasia), oleh kerana pasti akan menjadi polemik dalam masyarakat apabila tersiar di media massa.
Menuju Arizona, Amerika Syarikat
Usai tugas menerbangkan F-86 Sabre aku sempat terbang lagi dengan T-33. Namun pada kenyataannya, kondisi kedua pesawat tempur tersebut sudah sangat jauh menurun. Kami semua akhirnya bersyukur, setelah dibuka dua projek besar untuk mendatangkan kekuatan baru melalui Operasi Komodo yakni pesawat Northrop F-5 E/F Tiger II, serta Operasi Alpha untuk menghadirkan pesawat A-4 Skyhawk.
Kerahasiaan tingkat tinggi sudah terlihat dari tata cara pemberangkatan personel [official–servant] Saat kami semua sudah siap untuk berangkat, tidak seorang pun tahu, kemana mereka harus pergi.
Operasi Alpha dimulai dengan memberangkatkan para teknisyen Skuadron Udara 11. Setelah tujuh gelombang teknisyen, maka berangkatlah rombongan terakhir yang terdiri dari sepuluh penerbang untuk belajar mengoperasikan pesawat.
Sebagai team terakhir, kami mendapat pembekalan secara langsung di Mabes TNI AU. Awalnya hanya mengetahui bahwa para penerbang akan berangkat ke Amerika Syarikat untuk belajar terbang disana sedangkan informasi lainnya masih sangat kabur.
Setelah mengurus segala macam surat-surat dan beragam kelengkapan berbau “Amerika”, akhirnya kami berangkat menuju Singapura, dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia dari Airport Halim Perdanakusuma Jakarta.
Kami mendarat pada senja hari di Airport Paya Lebar, Singapura, langsung diantar menuju hotel Shangrila.
Di hotel tersebut ternyata telah menunggu beberapa petugas intel dari Mabes ABRI, berikut sejumlah orang yang masih asing dan sama sekali tidak saling dikenalkan.
Kami akhirnya mulai menemukan jawaban bahwa arah sebenarnya tujuan kami bukanlah ke Amerika Syarikat melainkan ke Israel. Sebuah negara yang belum terbayangkan keadaannya dan mungkin paling dibenci oleh masyarakat Indonesia.
Saat itu salah satu perwira BIA (Badan Intelijen ABRI, BAIS sekarang) yang telah menunggu, segera mengambil semua pasport yang kami miliki dan mereka ganti dengan Surat Perintah Laksana Paspor (SPLP). Keterkejutanku semakin bertambah dengan kehadiran Mayjen Benny Moerdani, waktu itu Ketua BIA, mengajak rombongan kami makan malam.
Dalam kesempatan tersebut beliau dengan wajah dingin dan kalimat lugas, tanpa basa-basi langsung saja mengatakan:
”Misi ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu, silahkan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila ‘sang merpati ‘ (pesawat yang dibeli – pen.) telah hinggap…”
Mendengar ucapan beliau, perasaanku langsung bergetar! Wah, ini sudah menyangkut operasi rahasia beneran mirip James Bond, bahkan sekalanya lebih besar!
Bagaimana mungkin membawa satu armada pesawat tempur masuk ke Indonesia tanpa diketahui orang?
Rasa terkejut semakin besar, oleh kerana kami bersepuluh kemudian langsung berganti identiti yang mesti kuhapal diluar kepala saat itu juga.
Setelah acara makan malam di hotel, kami harus segera bergegas kembali menuju Airport Paya Lebar Singapura dan terbang menuju Frankfurt dengan menggunakan Boeing 747 Lufthansa.
Mulai sekarang, kami tidak boleh bertegur sapa, duduk saling terpisah, namun masih dalam batas jarak pandang.
Begitu mendarat di Airport Frankfurt, kami harus berganti pesawat lagi untuk menuju Airport Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Perjalanan semakin aneh, baru saja berdiri bingung kerana masih jet lag, tiba-tiba seseorang langsung menyodorkan boarding pass untuk penerbangan berikutnya tersebut, yaitu ke Tel Aviv.
Sampai di Airport Ben Gurion Tel Aviv sesudah terbang sekitar empat jam, aku pun turun bersama para penumpang lain dan teman-temanku. Saling pandang dan cuma melirik saja, harus kemana jalan, cuma mengikuti arus penumpang lain yang menuju pintu keluar.
Tetapi tanpa terduga, sebagai bagian dari operasi intelijen, kami malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Kerana kami langsung ditangkap dan digiring petugas keamanan Airport Ben Gurion!
Hanya bisa pasrah, oleh kerana memang tidak tahu senario apalagi yang harus dijalankan, yang ada hanya patuh saja dengan hati berdebar.
Tamatlah riwayatku kini. Kubayangkan, betapa hebatnya agen rahasia Mossad yang dapat dengan cepat mengendus penumpang gelap tanpa pasport yang berusaha menyelundup masuk ke negaranya.
Meski dengan sopan si Mossad memperlakukan kita, namun tetap saja kami berpikiran buruk.
Kami semua akan langsung dideportasi atau dihukum mati minimal dipenjara seumur hidup. Sebab tidak ada bukti, siapa yang memberi perintah datang ke Israel.
Sampai diruang bawah tanah, perasaan kami tenang setelah melihat para perwira BIA yang dilibatkan dalam Operasi Alpha ada disana. Kemudian baru aku tahu, kami memang sengaja di-senario-kan untuk ditangkap dan justru bisa lewat ‘jalur khusus’ guna menghindari public show apabila harus ke luar lewat jalur umum.
Kami langsung menerima brifing singkat mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan selama berada di Israel. Yang tidak enak adalah kegiatan sesudahnya yaitu sweeping segala macam barang bawaan yang berlabel made in Indonesia.
Kami juga diajarkan untuk menghapal sejumlah kalimat bahasa Ibrani, “Ani tayas mis Singapore” yang artinya aku penerbang dari Singapura. Ada sapaan “boken tof ” berarti selamat pagi dan shallom sebagai sapaan saat bertemu dengan kawan.
Eliat, Pangkalan Udara Rahasia
Semalam tidur di hotel, kami kemudian diangkut dalam satu mobil van menuju arah selatan menyusuri Laut Mati. Setelah dua hari perjalanan, kami sampai dikota Eliat.
Perjalanan dilanjutkan kembali ditengah padang pasir, setelah melewati beberapa pos jaga, akhirnya van masuk ke sebuah pangkalan tempur besar diwilayah barat kota Eliat.
Di Israel, pangkalan tidak pernah memiliki nama pasti. Nama pangkalan hanya berupa angka dan bisa berubah.
Boleh saja nama pangkalan itu adalah base number nine dihari tertentu, namun esoknya bisa diganti dengan angka lain. Sesuai kesepakatan bersama, kami menyebut tempat ini dengan ‘Arizona’ oleh kerana dalam senario awal kami memang disebutkan akan berlatih terbang di Amerika.
Total waktu rencana pelatihan selama empat bulan. Selama itu para penerbang melaksanan kegiatan pelatihan, dari ground school hingga bina terbang, agar mampu mengendalikan pesawat A-4 Skyhawk. Latihan terbang diawali dengan general flying sebanyak dua jam, ditemani instruktur Israel.
Setelah itu, kami semua sudah boleh terbang solo. Latihan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Kali ini kami harus mampu mengoperasikan pesawat A-4 sebagai alat perang.
Selama di Eliat, walau terjadi berbagai macam masalah, namun tidak sampai mengganggu kelancaran latihan. Masalah utama tentunya bahasa, sebab tidak semua penerbang Israeli Air Force (IAF) bisa berbahasa Inggris, sedangkan kami tidak diajari berbahasa Ibrani secara detail.
Masalah lain adalah telalu ketatnya pengawasan yang diberlakukan kepada para penerbang. Bahkan kami semua selalu dikawani satu flight pesawat tempur selama berlatih.
A-4 Skyhawk, Israeli Air Force (IAF) sedang bermanufer (aereo.jor.br)
Pelajaran terbang yang efektif. Misalnya terbang formasi tidak perlu jam khusus tetapi digabung latihan lain seperti saat terbang navigasi atau air to air, sehingga dengan jam yang hanya diberikan sebanyak 20 jam/20 sorti, kami semua dapat mengoperasikan A-4 sebagai alutsista.
Dalam pusingan ini pula, aku pernah menembus sistem radar Syria dengan instruktur ku!
Latihan terbang kami berakhir tanggal 20 Mei 1980 dengan dihadiri oleh beberapa petinggi militer Indonesia yang semuanya hadir dengan berpakaian sivil. Kami mendapat brevet penerbang tempur A-4 Skyhawk dari IAF. Rasanya bangga, oleh kerana kami dididik jurulatih penerbang paling jaguh di dunia.
Namun kegembiraaan selesai pendidikan segera berubah sedih, oleh kerana brevetdan ijazah langsung dibakar didepan mata kami oleh para perwira BIA yang bertindak sebagai perwira penghubung.
Kami dikumpulkan di depan mess dan barang-barang kami disita lalu segera dibakar. Termasuk brevet, peta navigasi, catatan pelajaran selama dipangkalan ini. Mereka hanya berpesan, tidak ada bekas atau bukti kalau kalian pernah kesini. Maka hafalkan saja dikepala semua pelajaran yang pernah diperoleh!
Wing Day di Amerika
Selesai pendidikan di Israel, kami tidak langsung pulang ke Indonesia, namun diterbangkan dulu ke New York. Semalam di New York, kemudian diajak ke Buffalo Hill di dekat air terjun Niagara.
Ternyata kami sengaja dikirim kesana untuk bisa melupakan kenangan tentang Israel. Kami diberi uang saku yang cukup banyak menurut hitungan seorang Leftenan Satu.
Aku juga dibelikan kamera brand Olympus F-1 lengkap dengan filmnya dan diwajibkan mengambil foto-foto dan mengirim surat atau pos-kad ke Indonesia untuk menguatkan alibi, bahwa kami semua benar-benar menjalani pendidikan terbang di AS.
Akhirnya selama ada objek yang menunjukkan tanda medan atau serba Amerika, pasti langsung dipakai sebagai background foto. Tidak terkecuali pintu gerbang hotel, nama toko bahkan sampai tong sampah bila ada tulisan United State of America pasti dijadikan sasaran foto.
Aku dibawa lagi ke New York, para penerbang kemudian diberikan program tour keliling AS selama dua minggu, mencoba tidur di sepuluh hotel yang berbeda dan mencoba semua sarana transportasi dari pesawat terbang hingga kapal, Wow!
Di Yuma, Arizona Amerika, kami telah disenariokan masuk latihan di pangkalan US Marine Corps (USMC), Yuma Air Station. Tiga hari dipangkalan tersebut, kami dibekali dengan pengetahuan penerbangan A-4 USMC, area latihan dan mengenal instrukturnya.
Kami juga wajib berfoto, seakan-akan baru digraduation sebagai penerbang A-4, sekaligus menerima ijazah versi USMC. Ini sebagai penguat kamuflase intelijen, bahwa kami memang dididik di AS. Salah satu foto wajib adalah berfoto di depan pesawat-pesawat A-4 Skyhawk USMC!
Sebelum pulang ke tanah air, aku juga mendapat perintah untuk menghafalkan hasil-hasil pertandingan badminton All England. Tambahannya, aku juga diharapkan menghafal beberapa peristiwa penting yang terjadi di dunia, selama aku diisolasi di Israel. Pelajaran mengenai situasi dunia luar tersebut terus diberikan, meskipun kami sudah berada di perut pesawat Branif Airways dengan tujuan Singapura.
Sang Merpati Hinggap
Tanggal 4 Mei 1980, persis sehari sebelum pesawat C-5 Galaxy USAF mendarat di Lapangan-Udara[LanUd] Iswahyudi Madiun yang mengangkut F-5 E/F Tiger II dan paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba Pelabuhan di Tanjung Priok.
Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, cocoon berlabel F-5. Dengan demikian, seakan-akan menjadi satu paket projek kiriman pesawat terbang, namun diangkut dengan media transportasi berbeda.
Nantinya ketika sudah kembali lagi di Madiun, kepada atasan pun kukatakan bahwa pelatihan A-4 adalah di Amerika. Sebagai bukti kuperlihatkan setumpuk fotoku selama berada di Amerika. Ingin melihat foto New York, aku punya. Mau melihat foto Akademe AU di Colorado, aku juga punya.!
Kerana percaya, atasanku di Wing-300 malah sempat berkata, “Saya kira tadinya kamu belajar A-4 di Israel, enggak tahunya malah di Amerika. Kalau begitu isu tersebut enggak benar ya?”
Last but not least, gelombang demi gelombang pesawat A-4 akhirnya datang ke Indonesia setiap lima minggu, lalu semuanya lengkap sekitar bulan September 1980.
Berprestasi Tapi Harus Menutup Diri
Saat F-5 datang ke Indonesia, ternyata masih belum dilengkapi dengan persenjataan. Sedangkan A-4 justru sudah dipersenjatai dan langsung bisa digunakan dalam tugas-tugas operasional. Sehingga apa saja kegiatan TNI AU baik operasi maupun latihan selalu identik dengan F-5, walau kadang-kadang yang melakukannya adalah pesawat A-4.
A-4 tetaplah A-4 dan samasekali bukan F-5. Kondisi serba rahasia bagi Armada A-4 bertahan sampai perayaan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1980, dimana fly passpesawat tempur ikut mewarnai acara tersebut.
Pesawat A-4 tampil bersama-sama F-5 dimana untuk pertama kalinya pesawat A-4 dipublikasikan dalam event besar. Setelah ini, sedikit demi demi sedikit mulailah keberadaan A-4 dibuka secara jelas. Tidak ada lagi tabir yang sengaja dipakai untuk menutupi keberadaan pesawat A-4 di mata rakyat Indonesia,
Mencari detail tentang Operasi Alpha susahnya minta ampun, kerana tidak ada penerbang yang berangkat ke Israel selain Djoko Poerwoko yang mau menceritakan pengalamannya. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau yang mau menceritakan pengalamannya didalam 3 buku, walaupun mencari buku tersebut juga susahnya bukan main.
Buku “My Home My Base” hanya untuk kalangan internal TNI AU, Buku “Fit Via Vi”yang merupakan otobiografi dari beliau juga masih merupakan cetakan untuk kalangan terbatas.
Buku “Menari di Angkasa” adalah buku “Fit Via Vi” yang dicetak untuk umum, walaupun begitu tetap aja susah nyarinya (saya merasa beruntung memilikinya). Bahkan dibuku otobiografinya Benny Moerdani tidak dibahas sama sekali.
Terimakasih juga untuk Metro TV yang beberapa bulan lalu juga menayangkan tentang Operasi Alpha dalam acara Special Operation (di liputan tersebut ada wawancara dengan Djoko Poerwoko dan satu orang pilot lagi, tapi lupa namanya).
Pilot tempur AURI berpose bersama dengan latar belakang pesawat tempur F-86 Sabre
Kontroversi tentang pengungkapan pembelian A-4 dari Israel ke publik juga diungkap oleh beliau dibukunya, beliau menulis:
“Saat buku ‘My Home My Base’ diluncurkan, ada polemik yang meninggalkan kenangan, yaitu cerita tentang keterlibatan ke Israel untuk mengambil A-4 Skyhawk. Banyak orang mempertanyakan, mengapa aku mengumbar rahasia negara. Dengan singkat hanya kujawab, “Siap, saya sudah minta izin KASAU dan beliau mengizinkan, kerana kita sebagai prajurit tidak boleh selamanya membohongi rakyat. Maka mereka yang bertanya pun tidak lagi berkomentar.
( KASAU-Ketua Staf Angkatan Udara)
Memang, didalam buku “My Home My Base” kutulis sedikit tentang perjalanan ke Israel untuk berlatih terbang A-4. Bukan untuk mencari sensasi, aku sudah menimbangnya masak-masak untung dan ruginya.
Namun sebelumnya. tentu saja aku minta izin KASAU sebagai salah satu senior A-4 dan pemimpin tertinggi Angkatan Udara. Beliau (pak Hanafie) ternyata mengizinkan, sehingga tulisan itu go ahead.”
Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini bahkan setelah A-4 di grounded pada tahun 2004, Mabes TNI AU tidak pernah mengakui operasi alpha pernah terjadi!
Sumber :
[1] Poerwoko, Djoko F / Menari di Angkasa / Kata Hasta Pustaka / Jakarta. 2007
[2] http://indocropcircles./pelbagai sumber.
“Indonesia dan Mujahiddin Afghanistan”
17 Januari 2017 in Vitamins Blog
Sumber: http://sejarahperang.com/2011/12/25/…-ke-mujahidin/
Adakah hubungan antara Indonesia dengan gerakan Mujahidin di Afghanistan? Tanpa diketahui banyak orang, Pemerintah RI pernah mengirim ribuan senapan AK-47 untuk mendukung gerilyawan Mujahidin dalam menghadapi mesin perang Uni Soviet.
Quote:Pesawat B707 Pelita Air Service yang digunakan dalam Operasi Babut Mabur, kemudian dihibahkan kepada TNI AU. Dalam operasi yang penuh kerahasiaan ini, Pemerintah Indonesia mengirimkan ribuan senjata AK-47 dan recoiless gun untuk digunakan pejuang Mujahidin dalam menghadapi Uni Soviet. Beberapa tahun yang lalu, pesawat ini dijual kepada salah satu negara di Afrika.
Awal tahun 1970-an dunia dan terutama negara-negara Asia Tenggara khususnya lagi Asean, dikejutkan dengan jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara menyusul terusirnya pasukan Amerika dari daratan Vietnam. Sebagai sesama negara Asean timbul kekhawatiran akan meluasnya pengaruh ideologi komunis di Asia Tenggara, yang secara langsung sekaligus membentuk adanya musuh bersama negara-negara Asean yang kemudian membentuk persepsi yang sama untuk bersama-sama menghadapinya.
Situasi dunia kala itu masih dilanda era Perang Dingin antara Amerika Serikat plus negaranegara Barat (NATO) menghadapi Uni Soviet dengan negaranegara Timur (Pakta Warsawa). Di tengah suasana yang penuh ketegangan ini, diselingi dengan gejolak-gejolak lokal dalam rangka perebutan wilayah pengaruh kekuasaan.
Quote:Atol Diego Garcia dilihat dari udara. Pulau ini dipilih sebagai tempat transit untuk mengisi bahan bakar guna menghindari wilayah udara India yang mungkin membahayakan misi.
Menjelang akhir 1970-an, dunia bebas (Non-Blok) dikejutkan dengan invasi besar-besaran kekuatan militer Uni Soviet ke Afghanistan. Pasukan pertama yang dikirim Soviet berasal dari 40th Army yang mulai memasuki Afghanistan pada 24 Desember 1979. Kedatangan pasukan Soviet ini segera mendapat reaksi keras dari rakyat Afghanistan, atau lebih tepatnya gerilyawan Mujahidin yang berjuang menghadapi Republik Demokratik Afghanistan beraliran Marxist-Leninist dan mendapat dukungan Soviet.
Quote:Diego Garcia merupakan gugusan karang di Samudera Hindia yang dimiliki oleh Inggris namun dioperasikan oleh Amerika sebagai pangkalan militer. Dengan saluran intelijenyang hebat, perizinan diperoleh dari keduanegara.
Perlawanan rakyat Afghanistan dalam melawan Soviet dilaksanakan dengan taktik perang gerilya mengandalkan jiwa turun menurun bangsa pejuang. Penuguasaan atas medan pegunungan yang berbatu dan bergua menjadi kelebihan para pejuang ini. Para pejuang yang kemudian menyebut dirinya Mujahidin ini menarik simpati negara bebas (khususnya Islam) untuk membantu dengan mengirim sukarelawan dan tentunya pula persenjataan.
Sementara Amerika Serikat yang baru saja terpukul mundur dari Vietnam nyaris tidak berdaya dan khawatir akan terjadi konfrontasi langsung mengarah kepada perang terbuka. Sehingga tidak berani melibatkan pasukan daratnya membantu para pejuang di Afghanistan. Dalam keadaan seperti ini, melalui Pakistan, Amerika memberikan bantuan persenjataan berupa peluru kendali antipesawat untuk menembak helikopter tempur dan tank Uni Soviet yang ditakuti.
Dengan sejumlah bekal persenjataan bantuan dan AS tersebut, pejuang Mujahidin bertempur mati-matian memukul mundur pasukan Soviet yang jelas-jelas lebih terlatih dan dipersenjatai lebih baik. Namun bukan berarti Mujahidin sama sekali nol besar soal kemiliteran. Sejumlah besar pejuang Mujahidin dilatih secara khusus oleh CIA pacla masa pemerintahan Presiden Jimmy Carter. CIA juga memasok senjata, amunisi, dan peralatan.
Pihak intelijen AS juga menghimbau dan melobi negara-negara dunia bebas serta Asean untuk membantu persenjataan para pejuang Mujahidin dan menyediakan diri menjadi “koordinator”. Himbauan ini dengan cepat ditanggapi sejumlah negara. Beberapa negara anggota Asean melalui AS mendahului membantu dengan mengirimkan persenjataan ringan guna mempersenjatai para Mujahidin. Bantuan perkuatan juga mengalir dalam bentuk sukarelawan dari Arab Saudi, Aljazair, Yaman, Pakistan, Filipina dan Indonesia.
Bagaimana reaksi Indonesia? “Kalau kita bisa (lakukan) sendiri, kenapa harus lewat Amerika,” pikir Letjen TNI L.B. Moerdani, Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI, seperti ditirukan Marsda (Pur) Teddy Rusdy. Akhirnya pimpinan intelijen ABRI dengan persetujuan pimpinan nasional, sepakat membantu para pejuang secara tertutup dan langsung tanpa melalui perantara AS. Maka dipersiapkanlah suatu operasi intelijen yang diberi sandi Flying Carpets (Permadani Terbang) atau disebut juga Babut Mabur. “Operasi ini sangat tertutup sehingga hanya diketahui oleh sedikit orang,” ujar Teddy lagi.
Quote:Ribuan senapan AK-47 yang dikirim Pemerintah Indonesia, kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan Mujahidin hingga berhasil memukul mundur Soviet. Selain Indonesia, Malaysia juga mengirimkan senjata namun melalui jaringan di Amerika
Jaringan intelijen ABRI mulai bekerja membuka saluran komunikasi dengan mitranya di luar negeri. Tanggal 18 Februari 1981 di Islamabad, Pakistan, diadakan pertemuan khusus antara L.B. Moerdani yang didampingi seorang perwira menengah TNI AU yang merupakan salah satu perwira staf BAIS dengan jabatan Paban VIII Staf Intel Hankam, Kolonel Udara Teddy Rusdy dengan pimpinan intelijen Pakistan (ISI, Inter-Services Intelligence). Pertemuan ini pada intinya membicarakan kesediaan Indonesia membantu dalam hal logistik, obat-obatan, dan persenjataan. Pimpinan intelijen ABRI menjelaskan bahwa jajaran ABRI masih memiliki banyak persenjataan yang bisa untuk melengkapi dua satuan setingkat batalion infanteri. Saat itu juga dijelaskan bahwa Indonesia masih menyimpan banyak persenjataan buatan Uni Soviet yang digunakan saat persiapan Tri Komando Rakyat (Trikora) dalam Operasi Pembebasan Irian Barat.
Selain menyampaikan kesediaan Indonesia memberikan bantuan, poin kedua yang tak kalah pentingnya adalah meminta peranan intelijen Pakistan membantu kelancaran misi ini. Meliputi membantu mengeluarkan izin terbang lintas (flight clearance) dan izin mendarat di Rawalpindi bagi pesawat Indonesia. Pakistan juga diminta menyediakan truk serta pengawalan sampai penyerahan ke pihak pejuang Mujahidin di Kota Badaber, sekitar 24 km dari Peshawar kota perbatasan di Pakistan. Akhirnya kedua pejabat intelijen inipun bersalaman, menandakan bahwa Pakistan siap membantu Indonesia.
Sekembalinya ke Jakarta, tim khusus yang dibentuk mulai menyusun rencana operasi Permadani Terbang secara sangat tertutup. Pertama, disiapkan rencana penerbangan dari Lanud Halim Perdanakusuma menuju sasaran (Rawalpindi) dengan menggunakan pesawat Boeing B707 milik Pertamina yang dioperasikan oleh Pelita Air Service. Untuk kesuksesan misi, dipilihlah awak yang sudah terlatih dalam melaksanakan operasi penerbangan intelijen. Mereka bertiga, yaitu Capt Arifin, Capt Abdullah, dan Capt Danur. Tim juga menyusun rencana penerbangan (flight plan) dengan beberapa batasan.
Untuk mendukung rencana ini, operasi penerbangan diberikan “cover” operasi kemanusiaan dengan membawa bantuan berupa obat-obatan untuk para korban peperangan di Afghanistan. Kemudian disusun rute penerbangan dengan rencana alternatif darurat menghindari wilayah udara India yang dinilai sebagai tidak bersahabat dengan Pakistan dan sebaliknya bersahabat dengan Uni Soviet. Selanjutnya, disusun pula rute penerbangan yang paling aman dari segi intelijen yakni melalui Samudera Hindia. Namun karena fakta keamanan terbang dan masalah logistik, diperlukan satu kali pendaratan untuk mengisi bahan bakar; dan yang paling ideal adalah sebuah technical landing di Pulau Diego Garcia, yaitu sebuah kepulauan atol di Samudera Hindia milik Inggris namun dioperasikan oleh Amerika Serikat untuk mendukung logistik Armada Ke-6 AL AS dalam mengawasi kawasan Samudera Hindia. Untuk itu diperlukan pendekatan ganda baik kepada intelijen Inggris guna mendapatkan izin mendarat dan dengan intelijen AS sebagai “penguasa” Diego Garcia.
Jarak tempuh garis lurus terpendek dari Jakarta ke Rawalpindi sekitar 5.400 mil laut, namun sepertiga perjalanan harus melintasi wilayah udara India. Karena itulah akhirnya dipilih rute penerbangan Jakarta-Diego Garcia di Samudera Hindia dengan jarak 3.000 mil laut dan dilanjutkan Diego Garcia-Rawalpindi di Pakistan utara sejauh 3.000 mil laut lagi. Alhasil total jarak yang harus ditempuh bertamabah 600 mil laut dengan total 6.000 mil laut.
Kumpulkan Senjata
Menurut catatan Mabes ABRI, persenjataan buatan Uni Soviet di lingkungan ABRI tersebar di satuan-satuan TNI AU dan AD. Tim sudah menyiapkan langkahlangkah untuk mengumpulkan dan kemudian mengondisikan agar senjata ini aman untuk dikirim. Melalui sebuah surat perintah, semua senjata ini dikumpulkan untuk kemudian didata. Memang setelah terkumpul dan dihitung, senjata ini bisa digunakan untuk melengkapi dua batalion infanteri, seperti yang dijanjikan LB Moerdani kepada mitra Pakistan-nya. Senjata-senjata ini lalu dinilai satu persatu untuk melihat serviceability-nya. Apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
Tahap selanjatnya yang melelahkan adalah menghapus semua nomor seri (serial number) setiap pucuk senjata guna menghindari identitas pemilik awal. Suatu kegiatan yang sungguh menghabiskan waktu dan tenaga demi suksesnya operasi intelijen. Kira-kira empat bulan kemudian sejak operasi Permadani Terbang digulirkan, pada akhir Juni dinyatakan bahwa seluruh persenjataan telah berhasil dikerok nomor serinya dan saat itu terkumpul di gudang khusus yang disiapkan pihak intelijen di Lanud Halim Perdanakusuma. Senjata yang berhasil dikumpulkan terdiri dari ribuan senapan serbu AK-47, senjata berat STTB (senjata tanpa tolak batik), dan mortir. Semuanya dimasukan ke dalam peti-peti dengan tanda “palang merah”, digabung dengan bantuan berupa selimut dan obat-obatan.
Quote:LB Moerdani menyambut kedatangan Paus Yohannes Paulus II dalam perjalanannya ke Timor-Timur. Peran sentral LB Moerdani sangat herpengaruh besar dalam setiap operasi intelijen di era itu.
Rencana penerbangan telah disusun dengan tujuh awak terpilih terdiri dari tiga captain pilot, dua flight engineer, dan dua cargo officers. Izin pendaratan teknis dari Inggris dan AS telah diterima. Izin terbang lintas dan izin mendarat di Rawalpindi dari Pakistan juga sudah diterima, termasuk kesiapan 20 truk untuk mengangkut bantuan dari bandara Rawalpindi ke Badaber di Afghanistan. “Tidak mudah meminta izin ke Inggris dan Amerika, namun karena jaringan intelijen Indonesia saat itu sangat bagus, izin pun akhirnya mereka keluarkan,” jelas Teddy sambil menambah bahwa nama besar LB Moerdani betul-betul jadi jaminan saat itu.
Untuk mendukung operasi di darat, telah disiapkan dua perwira menengah BAIS dilengkapi peralatan Alkomsus (Mat Komunikasi Khusus). Salah satu dari perwira ini berasal dari pasukan khusus. Kantor kedutaan Indonesia di Islamabad, Pakistan termasuk atase pertahanan di KBRI Kolonel Kay Harjanto, tidak dilibatkan untuk menghiridari kemungkinan terjadinya skandal diplomatik apabila pelaksanaan operasi bocor dan gagal.
Soal perwira penghubung ini seperti diceritakan Teddy, sengaja dipilihnya karena selain sedang penugasan di BAIS, dia adalah perwira yang menonjol dan berasal dari satuan elite. “Ketika Pak Benny tanya saya, siapa yang dipercaya, saya langsung sebut nama dia,” kata Teddy. Ada satu kejadian yang nyaris membuat cover si perwira terungkap. Satu pagi di hotel tempatnya menginap, perwira yang hobi olahraga ini melakukan senam militer. Hanya spontanitas tanpa maksud apa-apa, sebuah rutinitas yang dijalaninya puluhan tahun. Tanpa disadarinya seseorang menghampirinya sambil berucap, “Anda seorang tentara ya.” Kaget menerima pertanyaan, perwira ini hanya bersungut-sungut sambil membalas bahwa gerakan senam yang dia lakukan hanya berdasarkan kesukaann saja. “Saya bukan tentara,” ujarnya. Perwira ini diberangkatkan seorang diri dari Jakarta sambil membawa Alkomsus.
Pukul 20.00 Wib, 18 Juli 1981, dalam kesunyian malam, iringiringan truk keluar dari gudang khusus Pusat Intelijen Strategis memasuki Lanud Halim Perdanakusuma. Truk-truk ini berjalan pasti menuju titik bongkar. Setelah merapat, membongkar, dan memindahkan muatan berupa peti-peti bertanda palang merah ke dalam B707 yang telah dilepas semua kursinya sehingga menjadi pesawat kargo. Pukul 4 pagi tang-gal 19 Juli, semua muatan telah tertata rapi di sepanjang fuselage B707. Pesawat lepas landas ke arah barat menuju lautan bebas Samudera Hindia dengan sasaran kepulauan atol Diego Garcia, pangkalan logistik Armada ke-6 AL AS.
Sesuai prosedur standar yang diatur dalam dunia penerbangan internasional oleh ICAO, pilot dan kopilot tetap melapor di setiap Flight Information Region (FIR). Pimpinan operasi yang ikut dalam penerbangan mulai membuka hubungan melalui Alkomsus dengan pimpinan intelijen ABRI di Jakarta dan anggota yang ditugaskan di Rawalpindi. Dengan kata lain terjadi komunikasi segitiga di antara ketiga pelaku utama di balik operasi ini. Tugas anggota khusus di Rawalpindi ini adalah secara tertutup melaporkan dan berkoordinasi dengan pimpinan intelijen Pakistan di Rawalpindi guna menyiapkan reception party petugas penerimaan dengan menyiapkan kendaraan truk dan crane yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari pesawat ke dalam truk yang sudah disiapkan.
Setelah kurang lebih tujuh jam penerbangan, pesawat mulai membuka hubungan radio dengan Diego Garcia seraya meminta izin pendaratan (technical landing). Pesawat mendarat mulus dan dipandu menuju special apron untuk mendapatkan pengisian bahan bakar. Kecuali dua loadmaster dan seorang engineer yang akan mengawasi pelaksanaan pengisian bahan bakar, pimpinan operasi bersama para pilot dan awak pesawat lainnya dijemput petugas dari US Marine ke mess perwira untuk makan siang dan istirahat.
Diego Garcia adalah suatu gugusan kepulauan karang (atol) di Samudera Hindia, terletak sangat strategis untuk mengawasi lalu lintas kapal di Samudera Hindia meliputi kawasan Asia Tengah, Timur Tengah dan pantai Barat Afrika. Kecuali letaknya yang memiliki titik strategis secara militer, Diego Garcia adalah kepulauan yang tandus sehingga seluruh kebutuhan kehidupan harus dipasok dari luar. Sebagai tempat singgah kapal perang Armada ke-6 AL AS, Diego Garcia adalah tempat penimbunan logistik pendukung Armada baik bagi kapal (perawatan) maupun awak kapalnya untuk rest and recreation (R&R).
Bentuk bangunannya sangat fungsional seperti bentuk barak militer namun dengan kelengkapan yang mewah dilengkapi kelab malam dan toko kebutuhan prajurit serba ada (Army Navy PX). Tenaga-tenaga sipil yang dipekerjakan selain warga negara Amerika, sebagian besar berasal dari Filipina sehingga Diego Garcia dapat berfungsi dengan sangat nyaman bagi para awak yang mendarat.
Selama pengisian bahan bakar, pimpinan operasi dan kru yang tidak bertugas, berkesempatan menikmati makanan hangat ala publik Amerika di kantin yang serba lengkap. Rombongan juga diajak meninjau PX mall untuk window shopping dan keliling pulau meninjau obyek-obyek R&R awak kapal yang serba lengkap dengan nuansa pantai seperti di Hawaii atau Bali.
Sambil menunggu waktu agar dapat mendarat di Rawalpindi menjelang tengah madam, kami empat selonjor melepaskan kepenatan. Lepas maghrib ketika cakrawala mulai gelap menjelang madam, dengan bahan bakar penuh dan lunch-boxes serta snacks untuk makan di perjalanan, B707 lepas landas meninggalkan Diego Garcia, heading ke utara menuju daratan Asia Tengah dengan tujuan Rawalpindi. Duapertiga waktu perjalanan terbang di atas Samudera Hindia dan Laut Arab, akhirnya pesawat memasuki wilayah Pakistan dan mendarat di Rawalpindi menjelang tengah malam.
Kontak radio dengan menara pengawasan otoritas lalu lintas udara Pakistan terjalin dengan mulus ketika akan memasuki wilayah udara Karachi. Pesawat kemudian dipandu melintas ke utara menuju Rawalpindi.
Kurang lebih 100 nautical miles menjelang Rawalpindi, kontak radio dengan menara pengawas lapangan telah terhubung untuk dipandu melakukan pendaratan. Walaupun praktis tidak tidur nyenyak selama hampir 24 jam sejak proses pemutan peti-peti bantuan, para penerbang mendaratkan pesawat dengan mulus di lapangan udara Rawalpindi di tengah keheningan malam. Pesawat dipandu oleh mobil follow me dari otoritas bandara menuju wilayah apron yang tersembunyi serta jauh dari keramaian.
Segera setelah mesin dimatikan, seorang petugas intelijen Pakistan melapor bahwa truk-truk pengangkut dan tim telah siap untuk membongkar dan memindahkan muatan. Dengan cepat, cermat, dan efisien, tim penerima (reception party) memindahkan muatan dari pesawat ke dalam truk-truk yang disediakan. Menjelang subuh, seluruh peti-peti bertanda palang merah bantuan obat-obatan dan selimut dari pemerintah dan rakyat Indonesia, telah berjajar rapi. Setelah semua persiapan dinilai selesai, rombongan bergerak ke barat laut dalam suatu konvoi yang panjang menuju Kota Badaber untuk diserahkan kepada pimpinan Mujahidin.
Kepada awak pesawat diberikan kesempatan untuk beristirahat di hotel berbintang empat di Rawalpindi. Mereka berhak mendapatkan proses pemulihan yang mewah sebelum tugas dan misi berikutnya dijalankan. Iring-iringan konvoi 20 truk dan satu jip pembuka dan penutup bergerak menyongsong fajar pagi ke barat menuju perbatasan Pakistan-Afghanistan. Setelah menempuh perjalanan darat melalui jalur-jalur jalan berbatu, sebelum tengah hari konvoi memasuki wilayah Afghanistan yang dikuasai para Mujahidin. Secara cepat dilakukan upacara sederhana penyerahan bantuan “obat-obatan dan selimut” untuk para pengungsi korban perang di Afghanistan.
Dengan lega, setelah penyerahan, dengan jip yang sama komando pimpinan operasi memutar arah keluar untuk kernbali ke wilayah Pakistan, menuju Islamabad. Menjelang malam hari rombongan menuju hotel International di Islamabad untuk selanjutnya melapor kepada pimpinan intelijen ABRI dan istirahat.
Pagi harinya pimpinan operasi didampingi dua perwira menengah BAIS di Rawalpindi dan petugas Alkomsus melaporkan kepada pimpinan intelijen ABRI tentang pelaksanaan Operasi Babut Mabur. Pada malam harinya pimpinan ISI Pakistan menjamu makan malam seluruh rombongan termasuk awak pesawat, yang dimeriahkan dengan malam kesenian tradisional tarian Pakistan sebagai ungkapan terima kasih dan berakhirnya kerjasama Operasi Babut Mabur.
Pagi harinya pimpinan operasi didampingi dua perwira menengah BAIS di Rawalpindi dan petugas Alkomsus melaporkan kepada pimpinan intelijen ABRI tentang pelaksanaan Operasi Babut Mabur. Pada malam harinya pimpinan ISI Pakistan menjamu makan malam seluruh rombongan termasuk awak pesawat, yang dimeriahkan dengan malam kesenian tradisional tarian Pakistan sebagai ungkapan terima kasih dan berakhirnya kerjasama Operasi Babut Mabur.
Jam sepuluh pagi keesokan harinya, seluruh personel kembali ke Jakarta menumpang pesawat yang sama namun sudah dalam keadaan kosong melompong dan dijadikan tempat tidur selama perjalanan pulang langsung dari Islamabad ke Jakarta. Selain membawa seluruh personel Operasi Babut Mabur ke Jakarta, di sudut lorong badan pesawat, terdapat gulungan-gulungan karpet dari Pakistan yang terkenal mutunya sebagai kenang-kenangan sukseknya Operasi Babut Mabur.
Intelijen Itu Kepercayaan
Bangsa Afghanistan yang terdiri dari beberapa suku (tribes) dengan Pastun dan Dari sebagai suku terbesar adalah bangsa pejuang yang tidak pernah dikua sai penuh oleh bangsa manapun, termasuk Inggris ketika menjajah India dan Pakistan (Asia Tengah). Kegigihan rakyat pejuang Afghanistan, didukung oleh beratnya medan gunung dan bukit berbatu serta banyaknya gua-gua tempat persembunyian, membuat Afghanistan menjadi suatu medan perang gerilya yang ideal.
Seluruh wilayah Afghanistan ibarat suatu medan penghalang yang besar untuk menyatukan wilayah timur dan barat benua Asia. Ada dua jalan pendekat yang pada masa dahulu kala dijadikan jalur penghubung dan dikenal sebagai Jalur Sutera, yakni lembah yang memanjang dari Khyber Pass ke Kohat Pass. Melalui jalur ini seolah melalui jalur kematian karena dihadang oleh para gerilyawan dari bukit-bukit sekelilingnya. Oleh karena itu sandaran kekuatan utama pasukan Uni Soviet adalah kesatuan tank dan pesawat tempur/helikopter. Namun tekanan gerilyawan yang berkepanjangan dan banyaknya jumlah korban pasukan Uni Soviet yang tewas, pada akhirnya tahun 1992 Uni Soviet menarik mundur pasukannya dengan harus membayar mahal 13.310 anggota pasukannya terbunuh dan 35.478 anggota pasukan lukaluka serta 311 pasukannya hilang dalam tugas (missing in action).
Pengalaman pahit pasukan Uni Soviet seperti mengulangi pengalaman pahit pasukan Amerika Serikan ketika harus mundur dari Vietnam dengan kerugian nyawa, harta, dan benda yang teramat besar dan menjadi beban bangsa. Mengenang Operasi Babut Mabur, Teddy hanya bisa berucap pelan bahwa keberhasilan operasi ini tidak lepas dari kehebatan badan intelijen ABRI saat itu. Meski tidak memungkiri nama besar LB Moerdani, Teddy juga memberikan apresiasi tinggi kepada perwira-perwira BAIS yang bermain di balik layar saat itu, mempunyai integritas tinggi dalam dunia intelijen. “Dunia intelijen membutuhkan lepercayaan’, tanpa itu tidak mungkin operasi seperti ini bisa dilaksanakan,” beber mantan navigator Tu16 Badger dan pemegang Bintang Sakti ini menutup perbincangan. (ben)
“Jadilah setegar Dandelion”
17 Januari 2017 in Vitamins Blog
Dandelion itu bunga liar yang kuat
Ia bisa hidup dimana saja ditempat sulit sekalipun, ia mengajarkan apa arti tegar,kuat,mandiri dan cantik dalam kesederhanaan.
Walau dipandang rendah oleh bunga lainnya namun bunga dandelion itu sangat menikmati cara mereka hidup.
Bagaimana angin meniup kelopak putih mereka yang ringan, menceraiberaikan serpihan-serpihan putih putik mereka, lalu bulu-buku putih itu menari dengan angin walaupun mereka tak tahu kemana takdir akan membawa mereka pergi.
Mereka tidak akan pernah berhenti sebelum menemukan rintangan yang dapat menghentikan layang mereka.
ketika mereka mendarat di tanah, beradaptasi di kondisi yang ekstrim sekalipun gar membentuk koloni baru disana.
Katanya kita bisa melihat mereka bertebaran dimana-mana di penjuru bumi manapun,aku percaya karena mereka bisa terbang melintasi apapun.
Dilautan persaingan para bunga mengeluarkan aroma wangi dan kemilau warna-warni kelopaknya yang membelai mata, tersendirilah dandelion dengan segala kesederhanaanya di semak dan perdu liar.
Mereka tak keberatan jika teman teman mereka yang lain diambil dan ditaruh di vas-vas bagus seperti mawar yang elegan itu.
Mereka tak mau menukar kebebasan mereka ,layang angin mereka, atau bahkan takdir hidup mereka tidak akan mau menukar semua dengan menghabiskan sisa hidup mereka di vas mahal sekalipun.
Bunga dandelion tidak wangi tapi mereka punya kecantikan tersendiri.
“Quotes mice_Bersyukur”
12 Januari 2017 in Vitamins Blog
“Bangunlah sikap syukur dan syukurilah
atas segala sesuatu yang terjadi pada
diri Anda, melangkah ke depan untuk
menerima sesuatu yang lebih besar dan
lebih baik dari situasi Anda sekarang”
– Brian Tracy
Dear Mice,
Jika Anda sedang sulit tidur,
ingatlah pada orang-orang tunawisma
yang tidak tidur di tempat tidur
empuk dan tak berselimut.
Jika Anda terjebak dalam kemacetan,
jangan kesal. Masih banyak orang yang
terpaksa menarik gerobak sampah yang
berat dengan berjalan kaki menuju
tempat pembuangan sampah.
Jika Anda sedang mengalami hari yang
mengesalkan di kantor, pikirkanlah
orang-orang di luar sana yang masih
belum mendapatkan pekerjaan.
Jika Anda sedang sedih dan kecewa
karena hubungan cinta Anda sedang
memburuk, pikirkanlah mengenai orang
yang tidak tahu seperti apa rasanya
mencintai dan dicintai.
Jika Anda mengeluh tidak punya sepatu
baru, pikirkanlah orang-orang yang
tidak memiliki kaki.
Jika Anda menemukan uban saat Anda
bercermin, pikirkanlah pasien kanker
yang dikemoterapi yang berharap
rambutnya tetap utuh.
Jika Anda mengeluh negeri ini tidak
banyak memberi untuk Anda,
pikirkanlah negara lain yang saat ini
sedang dilanda peperangan dan
kelaparan.
Jika mobil Anda mogok dan Anda harus
berjalan berkilo-kilo untuk mencari
bantuan, pikirkanlah orang cacat yang
ingin sekali berjalan seperti Anda.
Bersyukurlah mice atas apapun situasi
yang Anda alami dan berikan makna
syukur untuk segala situasi yang Anda
hadapi.
“Clandestine Operations”
10 Januari 2017 in Vitamins Blog
Lagi penasaran banget nih sama operasi clandestine….
sadar atau tidak , dia dekat dengan kita, atau bahkan pernah memprovokasi kita secara langsung atau tidak langsung
Pengertian Operasi Clandestine
Operasi cladestine atau aktivitas subversive adalah gerakan atau kegiatan rahasia, yang juga biasa disebut gerakan atau kegiatan bawah tanah. Gerakannya merupakan suatu taktik untuk menimbulkan perpecahan politis ideologis, dan rasa tidak puas (sosial ekonomi) di dalam masyarakat dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sedang berkuasa.
Sifat Aktifitas Clandestine
- Resistance activities, yang timbul secara spontan dari masyarakat disebabkan rasa tidak puas (sosial ekonomis) terhadap pemerintahan yang telah memperlihatkan ketidakmampuannya (missmanagement)
- Subversive activities, yang digerakkan oleh sesuatu kekuasaan (politis ideologis) dari negara lain melalui oknum-oknum atau golongan yang sepaham, yang ditujukan terhadap pemerintahan yang berkuasa
- Complicated, yaitu keadaan resistance activities diambil kesempatan oleh golongan subversive activities
Unsur-unsur Dasar Aktivitas Clandestine
- Sponsor (Penggerak). Ialah organisator-penyelidik-penggerak dari suatu kegiatan clandestine, secara spontan ataupun secara terarah ke suatu negara, dan mempunyai wewenang untuk merencanakan operasi dan menentukan sasaran.
Sponsor dapat berupa individu, organisasi, suatu pemerintahan atau suatu negara. Kegiatan sponsor berbentuk organisasi intelijen yang bersifat otoriter, dengan hubungan vertikal secara berturut-turut (successive), terpisah-pisah (compartementized), mempunyai sumber support sendiri berupa material dan keuangan serta dapat bergerak lincah (fleksible). Perkembangan gerakan clandestine dapat melalui tiga tingkatan, yaitu : (1) tingkat pertumbuhan (growth); (2) tingkat bergerak (action/surprise); (3) tingkat bertahan (survival)
- Target (Sasaran). Ialah sasaran yang dituju oleh gerakan clandestine dan berbentuk : (1) concrete target, berupa individu, benda-benda (bangunan) atau dokumen-dokumen atau rencana tertulis; (2) abstract target, berupa pikiran, pendapat, rencana atau keputusan-keputusan yang belum tertulis. Sasaran menurut waktunya dapat dibagi menjadi (a) Short-term target (insidential target); (b) Long-term target (continual target)
- Opposition (Hambatan). Ialah suatu keadaan yang merupakan rintangan atau hambatan terhadap kelancaran operasi clandestine yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi. Opposition dapat berbentuk dan bersifat : (1) Basic Opposition, ialah (a) Inner obstacle atau personal obstacle (hambatan pribadi). Sifat dan kebaisaan diri pribadi seseorang dapat merupakan perintang atau penghambat (bodoh, sombong, lalai dan sebagainya); (b) Organizational obastacle, ini diantaranya dapat berupa birokrasi yang negatif, dukungan yang tidak seimbang dengan kegiatan operasional, hambatan akibat kompartementasi dan hambatan administratif; (2) Active Opposition, ialah rintangan atau hambatan yang terjadi dari laur organisasi di luar kebiasaan diri pribadi yang dilakukan secara sengaja (wittingly) atau tidak sengaja (unwittingly)
- Agent (Pembantu). Agent ialah oknum yang turut dilibatkan ke dalam suatu kegiatan intelijen dengan tugas membantu menyelenggarakan atau menyelesaikan kegiatan clandestine dan bekerja dibawah pimpinan dan pengawasan oknum lain yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan operasi tersebut. informan ialah seorang pembantu dalam rangka memberikan info. Kemampuan memberikan info itu ada padanya, karena ia berada dalam kedudukan dimana info tersebut berada. Menurut tugas dan sifatnya agent dapat di bagi menjadi (1) Managemen Section. Dalam management section ini duduk oknum-oknum yang disebut Principle Agent dengan tugas : agent recruitment, memimpin seseorang atau lebih pembantu, tetapi ia tetap berstatus pembantu dan tidak ikut diberi tanggungjawab atas jalannya operasi. Syarat-syarat menjadi PA adalah : Kewibawaan, Special detail, Qualified, Daya organisasinya kuat dan daya ciptanya banyak, Pengetahuan tentang target dan determination-nya luas; (2) Support Section. Yang termasuk dalam support section adalah (a) Technical Support Agent yaitu (i) seorang agent yang dapat membantu memberi dokumen-dokumen pribadi seperti: surat-surat pas, surat-surat jalan, pasport, visa dan sebagainya; (ii) seorang agent yang membantu memberi pakaian, dan lain-lain untuk keperluan penyamaran; (iii) seorang agent yang dapat membantu dalam kebutuhan fotografi (micro foto, foto copy dan sebagainya); (iv) seorang agent yang dapat membantu dalam urusan keuangan; (b) Communication agent, yaitu (i) seorang agent yang diberi tugas sebagai kurir, (ii) seorang agent yang diberi tugas sebagai perantara (cut-out) atau the man between; (c) Security Agent, yaitu : (i) seorang agent dibantu oleh sekelompok algojo (goon squad) (ii) internal surveillance group yang bertugas mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas; (iii) internal investigation group yang bertugas mengadakan pengawasan dan bimbingan terhadap pelaksana tugas; (d) Diversionist yaitu seorang agent yang ditempatkan sedemikian rupa, guna mengalihkan perhatian lawan dari sasaran yang sesungguhnya; (3) Action Section yang termasuk dalam action section ini adalah : (a) Spy, juga disebut info collector atau info gatherer. Dari nama-nama tersebut, dapat diketahui bahwa tugasnya adalah mencari dan mengumpulkan info; (b) Procurer, bertugas mencari dokumen atau menculik orang dari pihak lawan; (c) Saboteur, dengan tugas physical sabotage dan moral sabotage; (d) Propagandist, tugasnya agitasi-propaganda; (e) Provocateur, tugasnya menyebarkan provokasi; (f) Penetration agent, dengan jumlah yang relatif kecil, menembus pertahanan musuh; (g) Infiltration agent, dengan jumlah yang besar tersebar kedalam masyarakat pihak lawan; (h) Inside agent, seorang yang telah berada dalam masyarakat itu sendiri yang dijadikan agent; (i) Insert agent, seorang yang dididik dan dipersiapkan menjadi agent untuk dimasukkan kedalam masyarakat yang akan menjadi sasaran ; (j) Double agent, seorang agent yang bekerja untuk pihak kita terhadap juga pihak lawan; (k) Professional agent, atau freelance agent, yaitu tidak mengikatkan diri pada salah satu pihak dan sifatnya hanya berjual-beli info. Selain itu ada istilah national agent yang hakekatnya bersifat fictive hanya memberikan dorongan semangat kepada para petugas. Disamping itu informan juga diklasifikasikan menjadi (1) confidential informan, yaitu orang yang sengaja memberikan info karena perhitungan tertentu, atau memang disengaja, karena simpati atau membalas budi; (2) incidental informan, adalah seorang yang memberikan info secara tidak sadar.
- Communicatioan (Perhubungan). Yang dimaksud disini ialah segala sesuatu yang bertugas menghubungkan dengan berbagai cara dan alat antara satu bagian dengan bagian dengan bagian lainnya di dalam suatu clandestine network (jaring-jaring clandestine). (1) Kedudukan di dalam organisasi. Communication (commo) mempunyai kedudukan yang penting sehingga menjadi sasaran utama dari pihak lawan. Bagian ini memerlukan persiapan yang amat teliti, sehingga unsur security-nya sangat penting. Dalam pembentukan maupun dalam penyelenggaraannya biasanya memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan bagian-bagian lain di dalam organisasi clandestine; (2) Keperluannya. Untuk mempersatukan seluruh network sehingga tiap komponen tak akan terpencil. Selain itu commo merupakan suatu supply channel antara satu pihak dengan pihak lain menurut hierarki dalam hal pemberian dan penerimaan instructions, directions, reports dan information. (3) Pembagiannya. (a) Tugas : internal commo adalah melakukan hubungan dengan Headquarter dengan Case Officer dan antar Case Officer sedangkan external comoo, melakukan hubungan timbal balik antar Case Officer dengan Principle Agent, intranet commo, melakukan hubungan antar Principle Agent dengan Agent (b) Daerah : On the spot commo, adalah hubungan antara di dalam suatu daerah. Inter area commo adalah hubungan di dalam dua daerah tetapi masih di dalam satu negara dan Outer country commo adalah hubungan yang dilaksanakan dengan melintasi perbatasn negara (lihat gambar 7.1) (4) Unsur-unsur dalam commo. (lihat gambar 7.2) Unsur-unsur dalam commo berfungsi sebagai cut-out, yaitu pemisah atau perantara antara kompenen yang satu dengan yang lainnya, agar tidak terjadi hubungan langsung antara dua komponen. Hal itu dilakukan atas perhitungan security, jadi bukan dilihat dari segi kemanfaatannya. Dalam menggunakan cut-out diperlukan : Accomodation address, menumpang lewat; Forwarding address, alamat untuk melanjutkan. Cut-Out dapat berbentuk Letter drop, yaitu berupa tempat orang, binatang atau benda dimana dapat ditentukan berita atau supplay yang sifatnya : Dead-drop, tidak bergerak (unmobilized), Life-drop,bergerak (mobilized). Selain diperlukan adanya safe-house (yaitu suatu bangunan yang sepenuhnya ada di dalam pengawasan atau kekuasaan kita, yang dapat dipakai untuk segala keperluan kita setiap saat, dan terjamin keamanannya) juga diperlukan juga adanya safe area, yaitu suatu daerah dimana kita dapat bergerak secara leluasa tanpa dicurigai.
- R.A.E System. Dalam menggunakan commo antara dua komponen perlu diadakan dua system yang disebut R.A.E system ialah : (1) Regular contact, dilaksanakan menurut rencana yan gtelah ditentukan. Bila terjadi halangan pada salah satu komponen, sehingga tidak bisa dilakukan hubungan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan, maka dapat dilakukan; (2) Alternate contact, atau hubungan alternatif cadangan. Bila terjadi suatu keadaan yang mendadak dan membahayakan, maka dilaksanakanlah (3) Emergency contact atau hubungan darurat. Agar security terjaga dengan baik, maka selalu diadakan perubahan pola (pattern)
- Signals. (1) Recognation signal, adalah tanda pengenal antara dua komponen yang tidak saling mengenal. Tanda pengenal itu berupa: visual signal , tanda-tanda pengenal yang dapat dilihat, oral signal, tanda-tanda pengenal yang diucapkan atau dapat didengar. (2) Safety signal, adalah tanda-tanda yang diberikan setelah ternyata keadaannya aman; (3) Danger signal, adalah tanda-tanda yang diberikan untuk menyatakan adanya bahaya; (4) Message signal/no message signal, adalah tanda-tanda yang diberikan antara dua komponen yang saling mendekati untk menyatakan ada tidaknya berita yang akan disampaikan
- Cover (Penyamaran). Cover ialah suatu penyamaran dari organisasi clandestine serta bagiannya maupun segala unsur yang ada di dalam organisasi tersebut, dengan tujuan untuk menutupi dan menyembunyikan keadaan atau identitas yang sesusngguhnya. Penyamaran itu meliputi existance, Nature, Personel, Facilities, Activities. Karena itu menurut kebutuhannya, seorang petugas memerlukan ; Personal cover, Organizational cover, Operational cover. Dapat bersifat : natural cover, synthetical cover. Seorang agent yang akan diberi tugas, harus dipersiapkan terlebih dahulu, dengan persiapan yang meliputi : living cover, penghidupan (cover story); Activity cover, kegiatran (cover job); Income cover, penafkahan; Built cover, dibentuk (dibangun); Deep cover, ditempatkan disuatu derah sasaran dalam jangka waktu yang lama, agar mendapat invidual security, tanpa tugas tertentu. Di kemudian hari, baru diberikan tugas sesuai dengan tujuan dan waktu yang telah direncanakan