Iseng 4: Pernyataan Sederhana – I Love You

14 Agustus 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Saat mereka menikah, sang suami berjanji bahwa dia akan menjadi kepala keluarga yang baik, akan menyayangi keluarganya dan akan mencukupi kebutuhan keluarganya dengan baik. Sang istri berjanji bahwa dia akan menjadi istri yang selalu mendukung suami dan ibu yang baik bagi anak-anak.

Saat bangun pagi selalu bersama dan memulai hari dengan rutinitas cium selamat pagi dan ucapan I Love You dari sang suami untuk sang istri begitupun sebaliknya, melayani kebutuhan suami sebelum bekerja, mengantar sang suami saat akan bekerja dan mendapat ciuman di dahi dari sang suami dapat terus dilakukan selama beberapa tahun kemudian.

Saat usia pernikahan memasuki tahun ke 10 dan memiliki 3 orang anak yang berbeda usia membuat rutinitas kasih sayang di pagi hari berkurang.

Saat bangun, sang istri sudah keburu-buru untuk menyiapkan kebutuhan anak-anak dan suami sebelum berangkat kerja. Karena istri bangun lebih awal, dan sang suami masih tidur, tidak ada lagi ucapan selamat pagi dan I Love You untuk memulai hari. Saat suami dan anak-anak sudah bangun, mereka sudah sibuk dengan rutinitas sebelum keluar dari rumah untuk sekolah dan bekerja. Saat mereka akan berangkat, hanya ada ucapan “Ma, pergi dulu ya” , tidak ada lagi ciuman di dahi dari sang suami.

Pernah sang istri berkata “Pa, kelihatannya sudah lama Mama nggak dapat ciuman selamat pagi dari Papa. Dan sudah lama Papa juga tidak mencium dahi Mama saat akan berangkat kerja”

Sang suami hanya menjawab “Ma, mama kan bangun lebih awal setelah itu sibuk di dapur. Bagaimana Papa bisa mengucapkan dan melakukan hal remeh seperti itu lagi? Lagipula anak-anak sudah besar, apa Mama nggak malu sama anak-anak kalau masih minta cium dahi saat Papa akan bekerja?”

Jawaban dari sang suami membuat sang istri diam dan tidak lagi mengajukan pertanyaan itu lagi. Namun dia tetap jadi istri yang baik dan setia kepada suaminya.

Tahun berlalu. Anak mulai dewasa dan akhirnya menikah. Sang Papa akhirnya pensiun dan sekarang tinggal di rumah dan menekuni hobinya, bercocok tanam. Tiap hari sang suami selalu ada di kebun dan kadang sampai lupa waktu, kalau tidak diingatkan oleh sang istri.

Suatu hari sang istri jatuh sakit dan harus opname di rumah sakit. Sang suami dengan setia dan telaten merawat sang istri.

Saat melihat istrinya terlelap, sang suami ada waktu untuk merenungkan semua hal yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Sang suami teringat oleh pertanyaan yang pernah diajukan oleh sang istri beberapa tahun lalu.

Sang suami bingung karena sudah bertahun-tahun tidak melakukan rutinitas mesra untuk sang istri dan lagi usia mereka sudah tidak muda lagi jadi sang suami berfikir apakah masih pantas mengumbar kemesraan pada sang istri.

Dulu saat dia muda, dia melihat hubungan orangtuanya baik-baik saja sampai tua walaupun mereka tidak pernah bertingkah laku mesra di hadapan anak-anak. Terutama Ayahnya yang memiliki sifat keras dan disiplin tinggi sama sekali tidak pernah menunjukkan kemesraannya terhadap Ibunya. Kadang dia bertanya-tanya, apakah Ayahnya mencintai Ibunya. Tapi dia tidak menemukan jawaban itu sampai akhirnya ibunya meninggal. Dan pertanyaan itu semakin ada dibenaknya saat melihat ekspresi wajah Ayahnya yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesedihan.

Satu bulan setelah ibunya meninggal, ayahnya jatuh sakit dan tidak tertolong. Tapi sebelum dia meninggal, ada satu nasehat yang diucapkan Ayahnya “Jangan malu untuk menunjukkan rasa sayang dan cintamu kepada wanita yang menjadi istri dan ibu dari anak-anakmu. Wanita walau terlihat tegar atau bahkan rapuh, sangat membutuhkan kata-kata sederhana “Aku mencintamu” setiap hari karena kata-kata sederhana ini akan membuat istri menjadi bahagia. Ayah menyesal sudah tidak pernah mengucapkan kata-kata itu lagi selama 14 tahun ini karena Ayah menganggap bahwa ibumu memahami bahwa tanpa kata-kata itu Ayah selalu mencintai dia. Ayah salah dan Ayah sangat menyesal. Sebelum Ibumu menutup matanya, permintaan terakhirnya hanya ingin agar Ayah mengucapkan kata-kata “Aku mencintaimu”. Jangan kau ulangi kesalahan Ayah ini”

Sekarang dia dalam posisi sang Ayah. Dia sudah melupakan kata-kata sederhana namun ajaib itu “ I Love You” kepada sang istri selama beberapa tahun ini.

Saat sang istri terbangun dari tidur siangnya, sang istri langsung melihat wajah sang suami yang duduk di sebelahnya sambil menggenggam tangan kanannya dengan erat. Sang suami tersenyum dan terkata “Sudah lama aku tidak menggenggam tangan kananmu dengan erat seperti saat tahun pertama kita menikah dulu, saat belum memiliki anak-anak dan sibuk dengan pekerjaan karena aku berfikir bahwa kenyamanan hidup akan membuatmu dan anak-anak bahagia. Aku juga tidak pernah lagi mengucapkan ‘selamat pagi dan I Love You’ saat kau bangun pagi. Aku juga tidak pernah memberikan ciuman di dahi lagi. Maukah kau memaafkan kesalahan dan kelalaianku ini dan menerima semua ungkapan cintaku setiap hari?” sambil sang suami memberikan kecupan di dahi sang istri.

Sang istri hanya bisa menangis terharu dan menganggukkan kepalanya pada sang suami.

Sore hari saat anak, menantu dan para cucu datang, suasana jadi lebih meriah dan anak-anak mengamati pacaran wajah berbeda dari kedua orang tua mereka. Ada pancaran kehangatan dan kasih sayang terlihat di mata kedua orangtua mereka. Dan wajah sang ibu terlihat lebih cerah dan bahagia.

Dua hari kemudian setelah jadwal visit dokter selesai, di luar kamar, sang suami mendekati sang dokter dan bertanya dengan lebih serius kondisi sang istri. Sang dokter berkata pada sang suami bahwa ada perubahan positif dari kesehatan sang istri. Sang dokter berkata bahwa kalau saja tidak ada perubahan seajaib ini, mungkin istrinya sudah meninggal. Jadi sebenarnya 2 hari lalu itu masa kritis sang istri dan sang dokter dilarang oleh pasien untuk mengatakan keadaan ini kepada suami pasien.

Saat mendengar perkataan sang dokter, menangislah sang suami dengan sangat sedih. Sang dokter kaget dengan berubahan suasana ini dan bertanya, ada apa. Sang suami menjelaskan apa yang dia lakukan 2 hari yang lalu kepada istrinya.

Saat sang dokter mendengar hal ini, dia berkata bahwa kata-kata ajaib dan sederhana “I Love You”  yang dia ucapkan setiap hari, setiap waktu itulah yang juga sudah menyelamatkan nyawa suaminya dan membangunkan dia dari keadaan koma selama 5 bulan.

Satu minggu kemudian, dokter menyatakan bahwa sang istri sudah sehat dan boleh pulang. Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, dengan lembut sang suami mengajukan permintaan kepada sang istri “Maukah tinggal di rumah yang lebih kecil dan sederhana sehingga kita bisa lebih sering berinteraksi dan mengulang kembali saat awal-awal kita menikah dimana kita mencari rumah kecil dan memenuhinya dengan kenangan yang menyenangkan?”

Dengan terharu, sang istri menyetujui permintaan sang suami.

Katakan kata sederhana ‘I Love You’ kepada belahan hidupmu setiap pagi dan jadikan itu sebagai kebiasaan yang menyenangkan supaya tidak ada penyesalan dikemudian.

Pertanyaan 1: Ekspresi wajah saat bangun pagi – apakah tersenyum, biasa aja, cemberut atau malah sedih?

2 Agustus 2017 in Vitamins Blog

17 votes, average: 1.00 out of 1 (17 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Bagaimana kamu memulai harimu di pagi hari? Apakah dengan wajah tersenyum, wajah biasa aja atau malah wajah cemberut karena merasa kekonstanan kegiatan harian kalian?

Saat bangun pagi, apakah kamu pernah 1 kali aja langsung menengok ke kaca (tentu saja setelah melihat jam yang ada di kamarmu ya hehehehe) dan melihat ekspresimu di pagi hari?

Kebiasaan ini pertama kali aku lakukan saat aku kehilangan orang yang amat sangat aku cintai yang tidur dalam kematian, kekasih hatiku dan itu membantu banget untuk kedua kalinya saat aku kembali harus merasakan sakitnya kehilangan orang yang aku sayangi tidur dalam kematian, papaku.  

Tersenyum di depan kaca aku lakukan bukan untuk menunjukkan sikap narsis dan mengagummi diri sendiri. Tapi untuk mempengaruhi otakku yang menggerakkan hati dan mataku supaya memulai hari dengan sebuah senyuman dari hati yang bisa kupancarkan lewat mata (lampu kaleee hahahahaha).

Aku percaya kalau kita memulai hari dengan senyuman, walaupun pada hari itu kita akan menghadapi banyak masalah, kita bisa tetap sabar dan tersenyum. Dan orang lain akan terpengaruh dengan senyuman dari kita. Percayakan kamu bahwa senyuman itu bisa menular?

Coba kamu bangun pagi dengan wajah biasa aja dan menganggap semuanya wajar saja. Pasti harimu akan terasa sama saja. Kalaupun hari itu kamu akan mendapat kebahagiaan, pasti kebahagian yang kamu rasakan nggak akan bertahan lama karena kamu menganggap hal itu sudah semestinya. Kalau kamu menghadapi masalah, pasti kamu akan merasa semakin suram. Maka, kenapa kamu nggak mencoba untuk tersenyum saat kamu bangun pagi dan melihat pantulan wajahmu di kaca?

Atau kalau kamu bangun dengan wajah cemberut karena kamu lagi ada masalah atau  dengan wajah sedih karena kamu lagi sakit. Menurutku itu hal yang wajar karena suasana hatimu lagi mendung. Cuma pernahkan kamu berfikir bahwa walaupun keadaanmu lagi mendung, tapi kalau kamu memulai dengan senyuman, walaupun itu sulit, itu bisa sedikit mengurangi bebanmu dan kamu bisa memulai hari dengan lebih baik? Smile.

Percayakah kamu bahwa Gusti Allah ingin agar kamu memulai hari selalu dengan senyuman? Buktinya, bangun pagi kamu sudah bisa melihat cahaya (aku nggak bilang mentari karena nggak setiap orang bisa melihat mentari di pagi hari karena rumah tinggal jaman sekarang itu membuat kita susah memilihat terbitnya matahari. Kecuali punya rumah lebih tinggi dibanding para tetangga dan menghadap ke barat hahahaha. Kalau untuk cahaya, pasti semua orang bisa melihat, kecuali bagi yang punya kekurangan dalam hal penglihatan. Tapi aku yakin kalau mereka bisa melihat, merekapun pasti akan bahagia). Jadi kenapa nggak bersyukur dan tersenyum karena bisa melihat cahaya di pagi hari? Bisa menikmati udara yang segar. Bisa mendengarkan suara-suara dari orang-orang yang kita sayang atau hewan peliharaan kita yang akan menyambut kita di pagi hari (menyambut karena tentu saja mereka minta jatah sarapan hahahahahaha). Smile

Kalaupun mendung atau bahkan hujan, itu bukan berarti mendukung suasana hatimu yang mendung juga lho. Mendung dan hujan bisa jadi berkat kalau kita pandang dari sisi positifnya. Coba bayangkan kalau nggak ada hujan, pasti bumi ini nggak akan hidup. Kalau kamu bilang gara-gara hujan ada banjir, becek atau bencana alam, kamu salah besar. Banjir, becek bahkan bencana alam itu ulah manusianya. Bukan ulah hujan dan Gusti Allah.

Kalau punya mobil untuk mengantarmu kemana-mana, bukankan kamu beruntung dibanding yang naik angkot atau naik motor. Kalau aktifitas naik angkot dan motor, kamu hanya tinggal bawa dan pakai payung atau jas hujan (ponco) juga sandal hehehehehe. Memang ribet, tapi bukankah semua orang juga senasib dengan kamu. Walau ada yang mengeluh, tapi aku yakin kalau pasti ada diantara mereka yang bersyukur dengan adanya hujan ini. Smile

Saat kamu bertemu dengan orang-orang yang kamu kenal, tetangga kamu, saat akan berangkat sekolah atau bekerja, apakah kamu menyapa mereka dengan senyuman? Atau malah hanya berjalan aja? Kalau jaman sekarang mungkin itulah yang terjadi hahahahaha.

Kalau aku, aku punya kebiasaan menyapa para tetangga yang aku temui saat aku berangkat kerja karena di halaman rumah tetangga, di pagi hari pasti ada diantara mereka yang lagi berjemur, olahraga atau bersih-bersih. Jadi aku terbiasa menyapa mereka. Walau hanya ucapan atau sapaan “Monggo Pak/Bu!….” “Monggo Mbah!…..” “Mari Om/Tante!…” mereka pasti akan balik menyapa kita. Awalnya mereka hanya melambaikan tangan saja. Tapi semakin hari kita terbiasa menyapa mereka, pasti ada tindakan lain selain lambaikan tangan. Ada berkat di sana. Buktinya, para Simbah yang aku sapa pasti akan menyahut “Yo. Ati-ati, Nok!” (Ya. Hati-hati, Nak), dan lain-lain.

Kalaupun mereka nggak membalas sapaan kita, kita nggak perlu kecewa. Toh kita sapa mereka karena kita ingin berbagi keceriaan di pagi hari. Kalau ingin berbagi sesuatu, apakah kita mengharapkan balasan? Pikirkan sendiri jawabannya.

Nanti saat sampai di sekolah atau tempat kerja, kita bisa berbagi senyuman dengan orang-orang yang kita temui. Ucapan selamat pagi dengan wajah ceria yang selalu berikan pasti akan selalu diingat sebagai sesuatu hal yang positif bagi orang tersebut. Kalau 1 kali aja kita nggak sapa mereka, pasti mereka akan bertanya “Dengaren kamu nggak sapa-sapa kita. Lagi suntuk ya?” atau kalau kamu sudah terbiasa menyapa satpam/OB/OG setiap paginya, aku yakin suatu saat mereka akan menyapa kamu duluan sebelum kamu menyapa mereka. Mungkin saat mereka menyapa kamu duluan, itu bisa menjadi berkat buat kamu karena mungkin saat itu kamu ada masalah dan berat untuk tersenyum kepada orang-orang di sekitar kamu. Tapi senyuman yang kamu tinggalkan/berikan setiap pagi, membekas di hati mereka dan mereka akan membalas dengan berlimpah saat kamu membutuhkan itu. Smile

Coba kamu cari di google gambar ‘ucapan selamat pagi’. Pasti yang akan kamu temui adalah ucapan selamat pagi yang penuh kebahagiaan, semangat dan doa. Dan pasti pagi harimu dimulai dengan doa-doa yang positif, bukan? Smile

Kalau kita tersenyum karena mendapat sesuatu yang menyenangkan, semoga senyuman itu berasal dari hati hati kita. Kalau kita tersenyum karena memberikan sesuatu yang menyenangkan, semoga senyuman berasal dari hati kita. Manusia nggak bisa membaca hati kita. Tapi Gusti Allah bisa. Jadi senyum kita akan menjadi berkat atau nggak, hanya kita dan Gusti Allah yang tahu.

Jadi mulailah bangun pagi, lihat pantulan wajahmu di kaca dan tersenyumlah. Walaupun wajah kita nggak cantik atau ganteng, tapi kalau kita murah senyum, orang akan suka dengan kita. Daripada punya wajah ganteng atau cantik tapi nggak pernah tersenyum hahahahaha. Smile

Ini hanya pertanyaan yang terlintas begitu saja di benakku. Kalau kamu mau, kamu juga bisa mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang aku ajukan ini untuk dirimu sendiri.

Iseng 3: Sekretaris, teori dan praktek

26 Juli 2017 in Vitamins Blog

25 votes, average: 1.00 out of 1 (25 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Waktu aku lulus kuliah, Mama tanya aku mau lanjut atau kerja? Aku hanya bilang kalau aku mau kursus aja. Mama tanya, kursus apa? Aku bilang nggak tau karena aku nggak ada bayangan apa-apa. Mama anjurkan aku untuk mencari tau apa keinginanku. Akhirnya aku bilang aku pengen kerja dikantor. Tapi aku nggak punya keahlian apa-apa. Jadi mama anjurkan aku untuk kuliah jurusan sekretaris. Aku ikutin saran mama. Aku kuliah sekretaris selama 2 tahun (tepatnya 21 bulan) tapi materi kuliahnya sama dengan materi untuk 3 tahun. Jadi sangat sibuk dan nggak bisa santai-santai atau dolan-dolan karena aku kuliah dari jam 10.00-17.00 setiap hari. Waktu aku kuliah, banyak teori diajarkan. Praktek juga sama banyaknya hahahaha. Dulu aku berfikir, emang dunia kerja sekretaris itu sesusah dan seribet teorinya ya dan aku juga berfikir nggak bakal mampu untuk menjalaninya. Banyak tugas-tugas dan pertemuan-pertemuan formal yang kudu dihadiri untuk meluweskan pergaulan. Juga ada cap buruk dari orang-orang tentang profesi sekretaris hahahahaha.

Waktu aku kuliah, para tetangga pikir aku sekolah pramugari karena seragam kuliahku seperti seragam sekolah pramugari hahahahaha. Desain seragam ini tiap tahun berubah. Bagi mereka  sekolah pramugari itu keren banget. Aku bilang kalau aku kuliah sekretaris. Komen mereka adalah: oooo sekolah sekretaris tho. Nggak enak banget sodara-sodara dengernya.

Enam bulan sebelum aku lulus kuliah (aku sudah menyelesaikan TA dan tinggal tunggu sidang), aku coba cari pengalaman kerja di salah satu Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia. Disini untuk pertama kalinya aku bekerja. Bosku seorang wanita bertangan besi hahahahaha. Dia orangnya prefectionis alias semua harus sempurna. Harapanku pertama kali dapat bos yang menyenangkan sirna dengan sempurna hiks…hiks…hiks. Beberapa teori sekretaris yang aku pelajari, bisa langsung dipraktekkan. Kabar dari orang-orang yang kantornya bersebelahan dengan kantor aku adalah, asisten si bos ini sering ganti. Paling lama ya 2 bulan. Mereka nggak tahan ama kepribadian bos yang unik. Jadi saat aku bisa bertahan lebih dari 2 bulan, mereka terheran-heran dan jadi sayang sama aku.  (sekarang aku sadar kalau mereka ini sebenernya nggak sayang sama aku, cuma kasian aja lihat aku tiap hari dimarahin karena bos sering berubah ide hahahaha). Aku bertahan di sana karena aku tahu aku butuh pengalaman kerja dan melatih diri dengan ritme dunia kerja. Aku bertahan selama 11 bulan dan akhirnya resigh karena sebelum resigh aku priksa ke dokter, dokter bilang jantung aku nggak bagus kalau dipaksa bekerja keras setiap hari hahahahaha. Jadi kesehatan lebih penting sodara-sodara dibanding kerja.

Mungkinkah ada diantara pembaca yang punya profesi sebagai seorang sekretaris? Kalau ada, berarti profesinya sama dengan aku hahahahaha. Bukan mau sombong ya. Cuma mau berbagi cerita aja tentang dunia kerja yang udah aku geluti selama hampir 13 tahun (kalau ditambah 11 bulan, ketemunya 14 tahun lebih sedikit lah). Yah cukup lama bukan. Jangan bayangkan selama ini aku berdandan kaya yang ada di novel-novel, film-film atau pun komik-komik. Aku berdandan senyaman, sesopan dan sepantasnya untuk pekerjaanku sebagai sekretaris yang membutuhkan kegesitan dan ketepatan waktu saat mengerjakan tugas ditempatku bekerja saat ini dan karena aku meladeni 4 orang pimpinan yang punya kebutuhan, kepribadian, jadwal, keinginan dan selera yang berbeda-beda.

Aku kudu tahu setiap keluarga dari masing-masing bos ku. Kudu tau no HP mereka diluar kepala karena nggak selamanya HP bisa membantu disaat batrenya dalam keadaan darurat. Kudu tau alamat dan rumah mereka. Kudu tau alergi-alergi mereka juga karena ini penting banget waktu mereka minta dicarikan makan siang. Kudu tau penyakit yang mereka derita juga karena ada 1 bosku yang diabet. Jadi aku kudu tau kapan harus ingatkan beliau untuk makan siang ditengah-tengah kesibukannya. Atau kudu cek ruangan mereka. Kadang istri bos pesen “Mbak, tar tolong sering-sering cek laci meja Bapak ya. Sapa tau Bapak sembunyikan kacang di lacinya karena Bapak nggak boleh banyak-banyak makan kacang” Para bos ku ini sudah aku anggap seperti Bapak aku sendiri. Dan mereka pun sering menggunkanakan istilah “Wes yo, aku tak balek sikek. Iki ibumu wes nelpon bola bali” saat mereka mau pulang ke rumah (“Udah ya, aku tak pulang dulu. Ini ibumu udah nelpon berulang kali). Jadi ya menyenangkan.

Tugas utama sekretaris bisa kalian tanyakan ke mbah google hehehehehe karena kalau aku tulis disini, banyak banget dan bisa ngabisin halaman. Tapi singkatnya adalah membantu pekerjaan pimpinan yang bersifat teknis. Singkat bukan. Apakah itu seserderhana seperti yang ada di novel, sinetron/film, komik? Sama sekali nggak. Nggak seserhana itu teman.

Contohnya, saat kita nerima tamu apakah sesederhana kalau kita nerima tamu di rumah? Jawabannya nggak sesederhana seperti itu. Kenapa? Kita nerima tamu orang yang nggak kita kenal hampir setiap hari (setiap hari ada puluhan mahasiswa yang mau konsultasi ke bos-bos aku. Mereka dari jenjang pendidikan S1-S3 hahahaha). Padahal jadwal bapak-bapaknya seringnya nggak sesantai kalau kita nerima tamu di rumah. Jadi pasti aku tanyakan terlebih dahulu apakah mereka sudah membuat janji temu dengan bos (waktu awal-awal kuliah, biasanya mahasiswa nggak ngerti aturan ketemu ama dosen. Dipikirnya 1 orang yang janjian, yang lain tar bisa ikut nebeng. Padahal siapa yang mau ketemu harus buat janjian via sms/wa. Nanti bos tinggal laporan berapa mahasiswa yang mau ketemu hari ini dan jam nya). Kalau belum, ya kuminta sms/wa dulu.

Awalnya ada yang nggak percaya sama omonganku. Kadang ada yang ngomel “Itu mbak nya ngalangin aku buat ketemu sama Bapak” Tapi aku cuekin aja. Mereka tetep nekat nunggu dengan harapan dosen akan kasian kalau melihat mereka udah nunggu lama. Tapi kenyataannya adalah, bosku yang merupakan dosen mereka nggak mau tahu dan nggak bakal kasihan lihat kalian yang berusaha sememelas mungkin saat nunggu tanpa buat janji dulu. Kalau nggak janjian, ya nggak bisa ketemu karena jadwal temu konsultasi dengan mahasiswa itu udah diatur sedemikian rupa diantara kesibukan ngajar dan rapat. Belum lagi kalau nanti dosen kudu menghadiri rapat di luar kampus, jadi pembicara, jadi narasumber atau mungkin seringnya tugas luar pulau.

Dosen bukannya nggak mau diajak konsultasi atau sok sibuk. Dan aku sok ngalangin. Bukan. Ini bukan mau bela para bos ku dan dirimu sendiri lho. Dosen malah sangat berharap kalian mau datang untuk konsultasi. Satu kejadian: ada 1 mahasiswi S1 datang untuk konsultasi. Dia udah buat janji dengan bosku. Waktu bosku nemui dia, kalimat pertama dari bosku adalah

“Kamu selama 2 bulan ini kemana, kok nggak pernah konsultasi ke saya? Saya beberapa kali email kamu, tanya mau konsutasi kapan tapi nggak kamu jadwal. Kamu ini niat nggak sih nyelesaikan kuliah?”

Dan jawaban si mahasiswa menurut aku jawaban yang nggak banget. Dia jawab “saya malas pak untuk buat skripsinya. Mentok. Nggak ada ide”

“Kalau kamu malas, kenapa juga dulu kamu mutusin untuk kuliah? Kalau nggak niat, mending nggak usah kuliah aja. Kamu kan juga sering bolos kuliah kan. Daripada di sini kamu hanya ngabisin uang orangtuamu untuk main dan sibuk pacara, mending berhenti aja”

Si mahasiswi hanya diam dan nggak bisa jawab apa-apa.

Ada peristiwa lain lagi. Ini juga mahasiswi S1. Dia curhat ke aku kalau dia susah mengerti arahan dari dosen pembimbingnya yang adalah salah 1 dari bos aku. Ya aku hanya bisa bilang “Kamu mungkin bisa tanya ke temen-temen kamu yang juga di bawah bimbingan pak L. Mungkin mereka bisa kasi saran. Tetep semangat ya biar lekas selesai skripsinya”

Aku nggak tahu, apakah dia akhirnya ngikutin saran aku apa nggak. Cuma belakangan asisten di kantorku yang kebanyakan adalah ex mahasiswa kampus ini dengan jurusan berbeda-beda, ada yang kenal sama ini anak. Mereka cerita kalau si anak tuh nggak suka bergaul. Bergaulnya hanya dengan pacarnya aja. Pacarnya omong apa, itu yang dilakuin. Trus anaknyapun terlalu keras dengan pemikirannya. Dia kadang ngeyel kalau diarahkan ama dosen pembimbingnya.

Satu ketika si anak datang untuk konsultasi lagi. Dari luar ruangan, aku denger komentar dari bos ku

“Kamu ini kalau saya ibaratkan itu seperti kucing yang ngejar ekornya sendiri. Pernah nggak kamu lihat kucing ngejar ekornya sendiri?”

“Pernah, Pak. Itu di youtube banyak banget”

“Kamu tau nggak kenapa saya samakan kamu dengan tingkah kucing itu?”

“Nggak ngerti, Pak”

“Kucing itu suka banget mainan. Kalau lihat sesuatu bergerak, dia pasti bereaksi. Yang jadi masalah adalah, dia lihat ekornya bergerak-gerak dan dia pikir itu mainan. Makanya dia berupaya mendapatkan mainan itu walaupun hasilnya membuat dia muter-muter, nggak rampung-rampung. Kamu juga kaya gitu. Kamu udah saya arahkan supaya skripsimu itu gampang dipahami oleh semua orang. Tapi kamu malah kaya kucing tadi, muter wae tanpa henti dengan pemikiranmu. Kalau kamu paham, apakah itu jamin orang lain paham?”

Si mahasiswi hanya diem.

“Kalau kamu tetep kukuh dengan pemikiranmu dan nggak mau diarahkan, saya nggak masalah karena saya nggak rugi. Apa perlu saya rekomendasikan dosen lain untuk jadi pembimbing pengganti saya?”

Si mahasiswa hanya diem.

Kabar terakhir adalah teman-temannya sudah yudisium dan dia sendiri masih berjuang. Akhirnya bos saya minta digantikan oleh temannya untuk membimbing si mahasiswa karena bos saya kasian lihat mahasiswanya nggak ngerti-ngerti juga dengan arahnya. Dosen pengganti juga mengeluhkan si mahasiswa. Waktu si mahasiswa datang ke tempatku untuk curhat, aku hanya bilang ke dia untuk ikutin aja arahan dosen pembimbing.

Biasanya kalau pas mahasiswa S1 lagi nunggu di ruang tunggu dan kebetulan ada mahasiswa S2 juga lagi nunggu, kadang aku denger si mahasiswa S2 akan tanya-tanya tentang skripsi mahasiswa S1. Tar kalimat terakhir yang selalu aku dengar dari mahasiswa S2 adalah : apapun yang diarahkan oleh dosen pembimbing, kudu di lakukan terutama kalau dosen pembimbingmu itu Prof L, R, G, D atau A. Kenapa karena mereka dosen-dosen paling komunikatif, paling baik, paling sabar dan paling mau diajak tukar pikiran dibanding yang lain.

Ini kalau aku nerima tamu mahasiswa yang mau konsultasi. Tapi kalau tamunya itu dari instansi pemerintahan, beda lagi. Kalau dari instansi pemerintah, kudu ada uborampainya. Kudu siapkan tempat (kalau mahasiswa kan cukup berkonsultasi di ruangan pribadi bos tentu saja dengan pintu terbuka lebar hahahahaha sehingga aku sering banget denger presentasi para mahasiswa yang lagi konsultasi), kudu siapkan perlengkapan ruang pertemuan, kudu siapkan snack, kudu ingatkan semua staf yang terlibat untuk menemui tamu. Kadang nggak cukup skill sekretaris aja, tapi juga skill pembantu karena kalau OB lagi sibuk nyiapkan minum, aku kudu turun tangan langsung untuk nyiapkan snack supaya terlihat menggoda selera, ngecek ruang pertemuan supaya tamu bisa nyaman dan selalu siap kalau tamu minta disediakan macam-macam (biasanya kalau sampai jam makan siang atau malam, tamu akan minta dibelikan makanan keinginannya. Jadi kudu punya daftar resto yang bisa delivery dengan waktu yang cepat).

Oya, jangan lupa juga dengan rapat yang selalu ada hampir setiap hari. Bahkan dalam 1 hari bisa da 4 kali rapat yang berbeda. Jadi untuk pengaturan ruangan, orang-orang yang mau mengadakan rapat biasanya tanya dulu, ruangnya ada nggak ke aku. Aku ini serasa jadi juru kunci juga hehehehe. Kalau urusan rapat itu gampang banget. Tinggal telpon staf yang terlibat dalam rapat tersebut, menginformasikan kalau tanggal sekian dan jam sekian mau ada rapat. Jadwal mereka bagaimana? Kalau mereka OK, tinggal buat undangan dan distribusikan.  Kalau jadwalnya bertubrukan, ambil waktu tengah yang nggak merugikan ke semua orang. Bisanya mereka lalu pada manut hahahahah. Pada hari H, tinggal ingatkan via wa/sms dan siapkan ruang pertemuan beserta kelengkapannya. Jangan lupa snack atau makan siangnya. Kalau ada yang nggak datang, snack atau jatah makan bisa kunikmati dan itu amat sangat jarang hiks…hiks…hiks

Kalau bos mau keluar kota, biasanya aku kudu punya iternerynya. Aku kudu carikan tiket pesawat dengan jam penerbangan yang disesuaikan dengan jadwal mengajar para bos dan staf lain yang terlibat. Pernah dalam 1 kali perjalanan, aku kudu carikan tiket untuk 60 orang dengan 10 rute yang berbeda, jadwal perjalanan yang berbeda, maskapai penerbangan yang berbeda dan tiket harus sudah dapat dalam jangka waktu 2 hari. Apalagi kalau reservasi sudah aku laporkan ke orang-orang yang mau berangkat, teryanta ada yang minta ganti waktu penerbangan. Kudu ubah lagi dan memulai booking dari awal hahahahaha. Kalau kamu dalam posisi aku, bagaimana? Aku sarankan, cukup nikmati aja dan usahakan jangan stres karena peristiwa ini nggak cuma terjadi 1 kali aja tapi hampir setiap kali bos dan rombongan mau pergi, selama kamu bekerja hahahaha. Paling nggak kudu hafal kode semua maskapai, kode semua daerah yang dituju (contoh: Halim-HLM, Palembang-PLM, Sorong-SOQ, Makassar-UPG, Kaimana-KNG, Bungo-MRB, dll), sebutan untuk kode tiket (dari A-Z ada kode sendiri untuk penyebutannya) dan sedikit info jam penerbangan di bandara yang sering dituju.

Tiket sudah beres. Tinggal cari hotel. Aku kudu punya banyak sekali pilihan hotel, homestay ataupun losmen di daerah yang akan dikunjungi dan info itu sudah lengkap dengan harga dan fasilitas yang disediakan pihak hotel, homestay atau losmen. Kalau hanya punya 1 info hotel saya di 1 tempat, bisa bahaya. Kalau hotel yang kita inginkan ternyata sudah penuh, bisa stres nyari hotel penggantinya, apalagi tugas lain menunggu. Jadi upayakan info terupdate selalu ada.

Surat-surat perjalan dinas juga sangat penting untuk disiapkan dengan baik. Kudu lengkap dan nggak boleh kurang. Kalau sampai surat tugasnya “nggak fungsi”, bisa bahaya karena nanti nggak bisa jalan ke lapangan dan yang lebih parah masyarakat yang dituju kadang jadi curiga sama orang-orang dari kantorku, terutama kalau yang ditemui di lapangan itu orang-orang dengan tingkat pendidikan yang tidak tinggi, bertemperamen keras, nggak nerima perubahan, nggak terima ada orang luar masuk ke daerah mereka, dll.

Memang pekerjaan setiap hariku nggak boleh jauh dari telpon dan persuratan. Telpon dan surat akan kangen sama keberadaanku kalau aku menghilang sesaat. Buktinya waktu aku diminta bos untuk mewakili beliau hadir di launching produk terbaru salah satu instansi, pas aku kembali kantor, di mejaku sudah bergelatakan surat-surat yang masuk hari itu termasuk memo berisi pesan dari telpon yang masuk di jam aku pergi. Juga arsip baik arsip dalam bentuk soft maupun hard. Semuanya kudu rapi dan sistematis supaya nggak membingungkan kalau tiba-tiba bos minta dicarikan surat masuk perihal tertentu dan lupa tanggal berapa. Arsiparis yang profesional itu bisa menemukan surat yang diminta dalam waktu 2 menit. Jadi aku berusaha sangat keras untuk hal ini juga hisk…hisk…hiks

Bos sering suruh buat surat. Bos hanya kasi intinya aja, aku mengembangkan inti itu jadi kalimat-kalimat formal yang singkat, jelas dan padat. Kalau bos acc dengan surat yang aku buat, bahagia. Kalau bos nggak setuju, paling koreksi sedikit lalu bisa langsung didistribusikan. Surat yang paling banyak itu surat perjalanan dinas.

Kalau kantor ada kerjasama dengan salah satu instansi, pasti butuh kontrak kerjasama. Nah ini juga jadi salah satu tugas aku. Buat draf kontrak. Sebelum buat draf kontrak ini, harus ada KAK dan RAB sebagai dasarnya karena dari sini kita bisa memasukkan UU, PerPres, PerMen, Perda dan Per…per yang lain yang dijadikan payung hukumnya. Yang terutama kudu hati-hati dan teliti kalau lagi ngerjakan kontrak kerjasama ini karena jangan sampai kalimat yang keluar itu bisa membahayakan, merugikan dan membuat kita jadi terlibat hal-hal yang melanggar hukum. Tapi sekali lagi dinikmati, jangan dibawa stres hehehehe. Jadi aku masuk ke ranah HUKOR-Hukum Organisasi- juga.

Selain itu, aku kudu ngerti bab keuangan dalam arti kudu bisa jadi wakil bos untuk menurunkan uang suatu proyek yang seringnya membutuhkan waktu yang lumayan (sampai sekarang aku masih terheran-heran tiap kali dapat tugas keuangan karena jam kerja orang-orang di daerah amat sangat santai. Seharusnya jam 08.00 sudah ada di kantor. Tapi mereka baru datang jam 09.00, malah kadang jam 11 baru datang dan nanti jam 15 mereka sudah nggak tahan untuk pulang. Bahkan setelah absen, mereka akan dolan sodara-sodara. Ini kenyataan ya. Bukan aku mau jelek-jelekkan pihak-pihak tertentu hiks…hiks…hiks), bertemu dengan orang-orang dari daerah yang menguasai uang yang menjadi hak kita. Kudu syabar…syabar….. dan syabar hahahahaha. Tapi aku bahagia karena bisa keliling Indonesia gratis, malah dapat sangu lagi.

Ini hanya hal-hal kecil yang ingin ku bagi karena aku lagi iseng nggak ada kerjaan. Maklum bos aku baru aja aku terbangkan ke Lampung dan yang satunya aku terbangkan ke Pelambang. Setelah ini aku mau siapkan perjalanan dinas lagi untuk staf kantorku dengan tujuan Maybrat, Papua Barat. Adakah yang pernah kesana? Aku pengen kesana, cuma belum di acc sama Mamaku 100%. Kalau ke wilayah Sumatera dan Kalimantan, Mamaku sudah acc. Kalau Papua, masih berat hahahaha. Cuma tak apalah. Kan doa dari Mama penting banget waktu mau menjalankan tugas luar.

Jadi teman-teman yang kesasar baca keisenganku ini, emoga tahan dan nggak bosan baca sampai ke akhirn ya. Sekali lagi ini hanya iseng dan mungkin teman-teman yang berprofesi sebagai sekretaris punya teori dan pengalaman yang berbeda, lebih OK. Maaf untuk beberapa typo yang bertebaran.

 ;-)  sekali lagi ini hanya iseng lho ya hehehehehe ;-)

Iseng 2: Komik dan novel

20 Juli 2017 in Vitamins Blog

16 votes, average: 1.00 out of 1 (16 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Loading…

Aku pertama kali baca komik saat aku SD. Bacanya kudu pinjam dan bayar. Saat itu 1 komik dihargai 50 rupiah. Murah banget kan. Kalau sekarang mau pinjam komik di rentalan, harganya bermacam-macam, dari harga Rp.500,-  s.d Rp.3000,- per buku. Kadang mikir juga, minjam aja kok mahal bingit. Cuma kalau mau beli, juga nggak ada uang. Selain itu, tar kalau udah baca dan tahu ceritanya, malas buat ngulang lagi. Tar numpuk dan akhirnya menuh-menuhin rak buku. Apalagi kalau berseri sampai puluhan dan belum tamat hehehehehehe. DILEMA……..

Komik yang aku baca pertama kali itu Pansy. Mungkin ada yang tau komik ini?? Aku terkesan banget sama komik ini, sampai-sampai waktu mau lulus SD dan kudu tandatangan Ijasah, aku pake kunci G untuk bentuk tandatanganku ini dan tandatangan ini aku pakai seumur hidup hahahahaha. Selain itu masih banyak komik-komik yang lain yang aku baca sampai aku SMU, kuliah bahkan sampai sekarang. Misalnya komik karangan Kimoko Uehara, Naoko Takeuchi (gara-gara Sailormoon, aku jadi gila. Semua yang berbau Sailormoon, aku punya. Bahkan aku jadi seneng gambar. Bahkan sampai kuliahpun, kebiasaan gambar komik nggak bisa ilang sampai-sampai temen-temen aku pada pesen buat gambarin diklat mereka supaya cover diklat mereka nggak membosankan. Cuma sekarang jari-jari udah kaku buat gambar orang komik. Bisanya gambar pemandangan yang nggak karu-karuan hahahahahaha. Sorry jadi curhat).

Lalu ada Suzue Miuchi (komik karangan dia sampai sekarang belum tamat, padahal udah 20 tahun lebih), Gosho Aoyama (ini juga sama aja. Nggak tamat-tamat sampai sekarang), Kyoko Hikawa (ini membuat aku berkhayal, suatu hari pingin punya cowok tinggi, perhatian, penyayang, dan hanya cinta sama aku hahahahaha), Yoshito Yamahara (dulu pas aku SMP, aku sampai buat game sama adekku, kapan komik ini bakal tamat. Waktu itu aku bilang, mungkin pas aku SMU. Tapi kenyataannya saudara-saudara, sampai sekarang komik ini masih gantung ceritanya karena pengarangnya ternyata sudah meninggal sebelum menyelesaikan komik ini. Sedih banget), Nabuhiro Watsuki (dari sini aku pertama kali kenal dunia samurai), Takehiko Ineoe ( suka ketama sendiri pas baca komik ini), Akimine Kamijyo (4 kali aku ngulang baca cerita ini dari awal sampai tamat. Kalau dipikir-pikir ternyata aku gila juga ya hahahahahaha), Yoshiki Nakamura (komik ini pernah dibuat film versi Taiwan. Cuma menurutku lebih keren komiknya dibanding filmnya) dan masih banyak komik-komik lain yang nggak bisa aku sebutkan satu persatu pengarangnya. Apakah dari antara kalian ada yang juga mengikuti hasil karya para komikus ini?

Dibeberapa komik yang aku baca, ada tips-tips yang dibagikan. Ada tips masak memasak, tips membuat souvenir, tips merawat tanaman, tips merawat hewan, tips otak atik mesin kendaraan, tips supaya tampil lebih modis, bahkan tips menyusun kejatan juga ada. Kalau si komikus lagi traveling, mereka akan berbagi cerita tentang perjalanan mereka. Jadi ada beberapa hal yang sebenernya bisa kita pelajari dari komik-komik yang beredar. Tapi ada juga komik yang nggak mendidik hahahahahaha.

Sampai sekarang aku masih suka baca komik. Entah komik Jepang, Taiwan, Korea, China. Memang sih tiap pengarang dan negara punya keistimewaan sendiri-sendiri dalam menciptakan kisah di komik yang mereka buat. Kalau komik Jepang – banyak percintaannya. Korea – banyak membahas kaya, miskin dan premanisme hahahahaha. China – kebanyakan ilmu beladiri dan spiritismenya.  Taiwan – beberapa yang aku baca membahas dunia showbiz.  Ini menurutku ya. Mungkin menurut kalian beda lagi hehehehehe.

Oya, baru-baru ini aku baca komik yang menurut aku bagus dan bermanfaat banget. Membahas tentang dunia memadupadankan pakaian. Cuma sayang aku cari yang bahasa Indonesia belum ada. Saking isengnya, beberapa hari ini aku coba terjemahkan komik ini ke bahasa Indonesia. Ya bentuknya bukan komik sih tapi berbentuk cerita seperti yang bertebaran di PAS. Aku tau dan menyadari keterbatasan tata bahasa dan keamburadulan bahasa Inggrisku. Mungkin kalau keisenganku udah nggak bisa aku kendalikan, aku bisa upload terjemahan komik ini di blog hehehehehe. Cuma semoga ketidaksempurnaan terjemah komik itu nggak bikin pusing orang yang kesasar untuk membacanya.

Pernah nggak kalian di protes orangtua kalian, khususnya mama, saat baca komik karena sudah saatnya dan seharusnya bacaan kalian bergeser ke novel? Aku ngalamin hal ini waktu awal kuliah. Pernah suatu ketika mamaku komentar tentang kegemaranku “Kamu ini apa nggak lihat umur. Udah setua ini masih baca komik. Kamu jadi nggak dewasa-dewasa kalau cuma baca kaya gituan. Baca tuh novel. Mama dulu itu seumuran kamu bacanya Danielle Steel sama Marga T”

Komentar mama ini sedikit membuatku berfikir, apa sih kerennya novel? Kalau komik kan nggak ngebosenin karena nggak Cuma tulisan doang. Trus banyak ceritanya yang lucu jadi menghibur. Trus rasanya bahagia banget bisa lihat cowok-cowok ganteng, walau hanya sebatas gambar.

Nah suatu hari, aku ngikutin mata Kuliah Public Relations. Dosenku nganjurin ke mahasiswinya (maklum aku kuliah dimana 100% mahasiswanya cewek), untuk membaca novel karangan Pearl S Buck. Kita diminta studi kasus dari salah satu novel yang dia sebutkan. Nggak hanya satu dosen yang nganjurin untuk baca novel. Dosen Sentence Structure, nganjurin kita buat baca novel karangan Barbara Cartland yang saat itu di perpustakaanku tersedia hampir 200 judul novel karangan BC ini, sebagian masih bahasa Inggris alias belum diterjemahkan. Lalu Dosen Spoken English-kupun nganjurkan yang sama. Yang terakhir nih, Dosen Etika Profesi malah lansung ngambilin novel-novel itu dari perpustakaan. Saat itu aku dan temen-temen hanya bisa bengong……..

Kesan pertama waktu disuguhi novel adalah……pusing. Satu buku hanya tulisan doang. Nggak ada gambarnya. Gimana bisa dinikmati kalau gini caranya. Selain itu, tuh novel terbitan 1950an, tulisannya kecil-kecil dan diketik pakai mesin ketik manual, bahas Inggrisnya masih pakem alias kuno, yang indonesia aja masih ejaan lama alias pake –dj- dan -oe-. Selain itu, aromanya …..wuih…..bikin bersin-bersin. Kertasnya udah menguning dan sebagian malah ada yang sudah dimakan rayap. Cuma masih bisa dibaca sih karena yang dimakan rayap itu bagian pinggirannya aja. Tapi karena ini tugas dari dosen, mau nggak mau harus dilakukan.

Mulai lah aku membaca buku karangan BC ini. Setiap kali aku selesai baca, komentar ku adalah….KEREN banget. Aku jadi tau sejarah Inggris, Irlandia, dan Skotlandia. Aku jadi tau kehidupan para bangsawan jaman dulu. Aku jadi tahu hirerki alias jenjang kebangsawanan di Eropa. Aku jadi tahu etika, tata krama dan sopan santun dalam pergaulan. Dan jangkauan khayalanku nggak sebatas sekolah aja (di komik kan kebakanyak bahas anak-anak sekolahan) tapi berkembang hahahahaha. Ratusan novel BC sudah aku baca dan aku masih suka membacanya sampai sekarang.  

Tahun itu, novel karangan Marga T dan Mira W lagi booming untuk di buat film. Ini membuatku penasaran novel karangan mereka. Jadi aku mulai memburu novel-novel Marga T. Untuk Mira W, terus terang aku nggak begitu tertarik karena fillingku mengatakan kalau aku bakal nyesel baca cerita dia. Jadi aku cari siapa pengarang Indonesia yang lumayan untuk dibaca ceritanya dan aku nemu 1 nama Maria A Sardjono. Aku langsung jatuh cinta sama novel-novel karangan dia. Mungkinkah ada diantara kalian yang tahu bahkan juga baca novel-novel tua ini?

Sekarang banyak sekali pengarang cerita tersebar dimana-mana. Mereka berkreasi di blog, web-site, dan media sosial lainnya. Tiap pengarang punya keistimewaan sendiri-sendiri. Ada yang spesialis action, petualangan, historical, horor, romance, fantasy, humor atau fanfiction (awalnya aku nggak ngerti novel fanfiction itu apa, kudu tanya ama mbah google baru tau maksudnya), dll.

Kalau dulu, orang bisa baca cerita hanya lewat novel cetakan ataupun majalah yang ada cerbung/cerpennya. Jadi butuh duit supaya bisa baca. Kalau sekarang, nggak perlu beli novel atau majalah supaya bisa menikmati cerita. Cukup buka peralatan elektronik yang kita punya, sambung internet, beres dah. Kita bisa baca novel dalam berbagai bahasa, tema dan genre.

Kadang kalau dipikir, novelis jaman dulu kalau hidup pada jaman sekarang sebenarnya bisa cepat kaya karena mereka bisa menjual tulisan dan jadi box office, contohnya aja pengarang Harry Potter, dll. Cuma sayang ketika dulu mereka menulis cerita, dunia tulis menulis belum modern dan berkembang. Jadi pendapatan mereka juga nggak banyak. Sekarang dunia tulis menulis sudah sangat berkembang dan modern, kira-kira daya beli masyarakat terhadap karya-karya para novelis, apakah masih sama dengan jaman dulu alias kalau mau baca, kudu beli dulu? Hanya kalian para penikmat novel yang bisa jawab.

Kalau aku secara pribadi, aku masih amat sangat suka menabung dan membeli novel paling nggak 2 atau 3 bulan 1 kali (terakhir kali beli, mamaku protes karena rak buku udah nambah lagi gara-gara nggak muat hehehehehe) ke toko buku untuk beli buku. Atau kalau nggak ada waktu, tinggal liat di wattpad atau toko buku online, cari apa ada yang jual novel yang menurut fillingku bagus, baru aku beli. Karena hanya ini yang bisa aku lakuin untuk menghargai upaya, perasan otak dan emosi mereka saat membuat novel hehehehehe.

Aku sebenernya rada kritis saat baca sebuah cerita. Cuma aku berusaha menahan diri supaya nggak mengeluarkan kalimat “wah cerita kamu ini sama ya alur dan plotnya sama cerita pengarang……” atau “apakah nggak ada ide yang lainnya nih. Kliatanne kok musiman banget. Pas musim utang piutang, banyak pengarang yang buat ide cerita ttg ini. Pas musim dijodohkan, banyak cerita yang keluar juga bab perjodohan, dll”.

TIDAK. Aku berusaha mengendalikan jari-jariku, nggak ngetik kata-kata seperti itu karena aku tahu para penulis cerita ini sudah berupaya menyuguhkan ide-ide mereka, memeras otak supaya yang mereka sajikan menarik dan yang utama mereka sudah berusaha untuk nggak terbawa arus musiman ini.

Ini hanya sebuah tulisan dari aku yang nggak ada kerjaan di kantor karena bos aku lagi sibuk nguji mahasiswa mereka dan sebentar lagi waktunya istirahat siang. Jadi nggak apa kan. Mohon maaf kalau keisenganku ini mungkin menyinggung perasaan yang kesasar membaca tulisan ini. Aku hanya berbagi keisengan. Juga typo bertebaran dimana-mana karena aku malas untuk mengkoreksi hehehehe. Ini nih yang membuat aku nggak cocok bikin cerita.

  ;-)  Sekali lagi ini hanya iseng ;-)

Iseng 1: Cinta monyet, cinta pada padangan pertama dan perkawinan

17 Juli 2017 in Vitamins Blog

21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Saat kita masih SD sampai SMU saat kita jatuh cinta pada perta ;-) ma kalinya, orang bilang itu cinta monyet. Cinta yang kalau menurut Wikipedia diartikan sebagai perasaan cinta yang terjadi antara sepasang anak muda yang masih dalam masa remaja. Istilah ini juga dapat digunakan sebagai kata sindiran, yang digunakan kepada seseorang yang kurang mencintai pasangannya atau menggambarkan sebuah cinta yang tidak akan mendapat balasan. Tapi pada kenyataannya orang yang merasakan ‘cinta monye’ pasti merasakan balasan rasa cintanya pada saat itu. Makanya banyak anak-anak SD, SMP bahkan sampai SMU punya pacar dan katanya mereka saling mencintai dan kemana-mana selalu berdua kaya perangko, nempel hahahahaha. Bahkan ada yang dengan puitisnya mengatakan kalau pasangan mereka itu adalah pasangan cinta pertama dan biasanya cinta pertama itu nggak pernah akan hilang di memory. Apakah kalian setuju dengan hal ini? Ya setuju atau nggak, itu hak masing-masing orang :mrgreen: :mrgreen: .

Sekarang membahas cinta monyet yang sudah naik tingkat menjadi cinta pada pandangan pertama. Apakah cinta pada pandangan pertama ini yang kita rasakan saat pertama kali tertarik pada seseorang ataukan sebenernya itu hanya rasa tergila-gila saja? Ada yang berkomentar seperti ini “Love at the first sight terdengar sedikit tak masuk akal bagi beberapa orang. Hal tersebut lebih kepada ketertarikan namun bukan cinta. Cinta itu timbul ketika seseorang sudah bisa mendalami karakter masing-masing dan bisa menerima pasangan apa adanya. Namun tak sedikit pula yang masih percaya dengan kata hati dan mereka menemukan pasangan mereka pada pandangan pertama” atau seperti ini “Pertama kali saat melihat seseorang dari penampilan ada kemungkinan kita tertarik namun belum mengetahui kepribadiannya. Ini lebih disebut dengan ketertarikan namun bukan cinta. Cinta tak bisa terjadi dengan begitu mudah dan dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk cinta agar berkembang. Jadi ini bisa dikategorikan sebagai perasaan tergila-gila”.

Jadi untuk definisi cinta monyet, cinta pada pandangan pertama ataupun hanya rasa tergila-gila, hanya kita sendiri yang bisa memutuskan perasaan yang mana yang kita miliki. Kalau orangtua jaman dulu bilang “wiwitaning tresno kui jalaran saka kulino yang diterjemahkan cinta yang datang karena terbiasa”. Istilah ini digunakan karena pada jaman dulu, pada simbah, eyang, nenek/kakek, oma/opa kita masih hidup dalam sistem perjodohan. Awal dijodohkan, mungkin tidak ada rasa tertarik, sayang atau bahkan cinta diantara mereka. Tapi seraya tahun-tahun kehidupan rumah tangga mereka berlalu, rasa tertarik, sayang dan cinta ini tumbuh berkembang dan akhirnya mereka bisa hidup bersama sampai maut memisahkan mereka.

Kalau dibayangkan, pasti butuh upaya keras dan pengorbanan diantara dua orang yang punya latar belakang, kepribadian, sifat dan jenis kelamin berbeda yang dijodohkan supaya bisa hidup berdampingan bersama. Kenapa kudu aku sebutin jenis kelamin yang berbeda itu karena jaman sekarang yang berkelamin sama aja bisa nikah dan jaman dulu nggak ada yang namanya pernikahan sejenis. Pernikahan sejenis baru dilegalkan oleh salah satu negara di Eropa pada tahun 1996 dan mbah buyut kita nggak akan melakukan perkawinan sesama jenis pada jaman dulu ;-) ;-) .

Tapi perjuangan mereka itu ternyata diberkati oleh Sang Pemrakarsa Perkawinan yaktu Gusti Allah. Buktinya yang tadinya dijodohkah akhirnya bisa hidup berdampingan sampai lanjut usia bahkan sampai maut memisahkanpun, pasangan yang ditinggalkan masih berusaha setia dengan tidak menikah lagi sampai kematian menjemputnya.

Sering aku mendengar “Mbah putrimu nang endhi, kok ra ketok?” (Mbah putri dimana, kok nggak kelihatan?) padahal Embah putri baru aja pergi alias nggak ketok di depan mbah kakung selama 10 menit tapi mbah kakung udah kebingungan nyariin. Demikian pula sebaliknya kalau mbak kakung nggak ketok selama beberapa menit aja di depan mbah putri, pasti mbah putri bingung nyariin. Apakah hal itu juga yang kalian lihat? ;-)

Tahun berganti dan kebiasaan perjodohan sudah nggak umum lagi karena tiap orang punya keingainan untuk memilih pasangan masing-masing sesuai dengan hati mereka. Tapi satu hal yang masih tersisa adalah saat si anak membawa calon istri atau calon suami kehadapan orangtuanya, belum tentu orangtua setuju dengan pilihan anaknya. Orang tau masih memiliki kriteria sendiri. Pertimbangan mereka adalah bobot, bibit dan bebet.  Tapi pertimbangan ini nggak selalu membuat orangtua menjadi kaku untuk merestui atau tidak merestui calon pasangan hidup pilihan anaknya itu. Walau ada yang bersikap kaku dengan masalah ini :mrgreen: Biasanya orangtua akan mengajak si anak untuk berbicara, tukar pikiran dengan si anak tentang pilihan calonnya itu. Kalau ternyata banyak hal janggal, orangtua pasti akan menyarankan untuk tidak meneruskan hubungan ini. Dan biasanya anak yang sayang, menghormati dan patuh pada orangtua, pasti mereka akan menuturuti saran orang tua walau harus mengorbankan perasaan mereka. Cuma banyak juga anak yang tetep kukuh dengan pasangan pilihannya itu. Orangtua hanya memberi saran dan anaklah yang akan menjalani kehidupan pernikahan.

Ada anak yang tetep kukuh dengan pilihannya. Mereka menikah, punya anak, dan harapannya bisa hidup berdua selamanya bersama pasangan pilihannya sampai maut memisahkan salah satu dari mereka. Demikian pula dengan akan yang memilih mengikuti saran orangtua untuk mencari pendamping lain yang dirasa orangtua, lebih baik dibanding pilihan sebelumnya. Nah saat maut memisahkan mereka, ada yang bisa bertahan dengan tidak menikah lagi tapi ada yang beralasan butuh teman dan memutuskan untuk menikah lagi. Keputusan adalah hak yang harus dihormati. Ada anak yang bisa menerima keputusan orangtuanya untuk menikah lagi saat ibu atau ayah mereka meninggal. Tapi ada anak yang tidak bisa menerima keputusan orangtuanya untuk menikah lagi dengan alasan bahwa ibu atau ayah yang meninggal tidak bisa digantikan oleh orang lain.

Saat kepentok dengan keadaan ini, bagaimana sikap orangtua yang ngebet banget untuk nikah lagi? Apakah orangtua akan tetep kukuh dengan keputusannya tanpa mempertimbangkan keadaan emosi sang anak? Dari posisi anak, apakah si anak akan mempertimbangkan keinginan orangtuanya yang mau menikah lagi tanpa menjadi emosional? Apakah orangtua dan anak akan mengupayakan menjalin hubungan yang akrab sehingga ada kata mufakat bersama tentang masalah ini? Kadang dengan berbicara dari hati ke hati tanpa dibumbui sikap emosional berlebihan, akan kata sepakat yang membawa kedamaian. Memang untuk kata sepakat ini dibutuhkan kepala dingin, kerendahan hati, empaty dan upaya dari kedua belah pihak menurunkan sikap dan sifat egois. Tapi hal ini amat sangat susah diterapkan hahahahaha. Tapi yakinlah kalau diterapkan, pasti ada banyak berkatnya.

Dalam perkawinan pasti banyak sekali masalah yang timbul. Bagaimana cara mereka menyikapi dan menyelesaikan masalah, itu yang menjadi kunci bertahan atau tidak bertahannya perkawinan. Kalau jaman dulu, bila didalam rumah tangga ada masalah, baik suami maupun istri akan berusaha menyelesaikan secara empat mata. Masalah dalam rumah tangga hanya berputar di kamar mereka saja. Diluar kamar, mereka akan menjaga sikap supaya masalah tersebut tidak terendus anak-anak.

Tapi kalau jaman sekarang, masalah rumah tangga bisa jalan-jalan sampai luar kamar—keluar rumah —bahkan bisa jadi kuda binal duluar sana. Buktinya banyak suami atau istri yang kalau berantem, bisa dengan leluasa saling bersuara keras di depan anak-anak. Selain itu, kalau yang merasa ngartis, masalah rumah tangga mereka terupdate di sosmed. Atau yang lagi butuh sandaran, langsung nyari temen buat jadi tempat sampah dari semua masalahnya. Kalau tempat sampahnya berjenis kelamin sama, alias si istri curhat ke temen perempuannya atau suami curhat ke sobat lelakinya, masalah bisa sedikit terurai. Tapi kalau tong sampahnya berjenis kelamin beda, bisa berakibat fatal karena ujung-ujungnya main perasaan, main membanding-bandingkan pasangan, main menjelek-jelekkan pasangan, dan polpolannya main tusuk dibelakang alias selingkuh hahahahahaha. Apalagi kalau pas ada masalah, ketemu sama manta cinta minyet, mantan cinta pertama, manta pacar atau mantan-mantan lainnya.

Tapi kalau ada masalah pelik dan tidak bisa diselesaikan, mungkin bisa curhat sama Gusti Allah. Kalau merasa belum lega juga, bisa curhat sama orangtua bagi yang masih punya orangtua. Kalau semisal udah nggak punya orangtua, bisa curhat ke orang yang dituakan, siapapun yang dirasa bisa memberikan nasehat yang bijaksana. Nasehat yang tidak berat sebelah. Nasehat yang diberikan berdasarkan penalaran yang tepat. Nasehat yang diberikan karena mengharapkan agar permasalahan ini terselesaikan dengan baik tanpa ada kata pisah ranjang, pisah rumah, dan finally kata cerai.

Kadang orang lupa dengan janji pernikahan yang udah diucapkan dihadapan Gusti Allah dan para saksi bahwa kedua belah pihak baik pria dan wania akan saling setia, saling melengkapi, saling mendukung dalam keadaan susah dan senang. Menerima semua sifat baik dan buruk pasangannya sebagai satu paket karena didunia ini nggak ada manusia yang punya sifat dan sikap sempuna, bukan?

Kalau semisal udah tahu kalau calon pasangan hidupnya tukang pukul, tukang selingkuh, tukang ngabisin duit, tukang omong kasar, dan keburukan lainnya, kenapa juga tetep dinikahi? Kalau udah tau calon pasangan hidupnya jorok, pemalas, nggak terampil, nggak sabaran dan keburukan lainnya, kenapa juga masih tetep dipertahankan saat masih dalam kondisi ‘calon pasangan hidup’?

Memang di dunia ini nggak ada manusia sempurna. Tapi itu bukan berarti kita jadi nggak bisa dapat pasangan yang baik walau ada kekurangannya. Taruhlah punya 8 kriteria pasangan idaman: 1. Mapan; 2. Pekerja keras; 3. Setia; 4. Baik; 5. Penyayang; 6. Rajin; 7. Sabar; 8. Ganteng/Cantik, kalau semisal ada 3 dari 8 kriteria itu nggak masuk, apakah kita bisa menerima ataukan kita akan tetap mencari sampai 8 kriteria tersebut terpenuhi semua? Kalau iya, jadilah manusia dalam dongen, novel atau cerita roman yang banyak digandrungi dewasa ini :lol: :lol: hahahahaha.

Ini pemikiran absurdku tentang dunia percintaan dan perkawinan. Ini hanya hasil sedikit pengamatan dari mengamati rumah tangga simbah, orangtuaku dan orang-orang di sosial media. Bagaimana dengan kalian? Pasti kalian punya pandangan berbeda dan mungkin lebih baik dari pandanganku. Tapi yang aku tahu adalah aku ingin meniru cara pandangan simbah dan orangtuaku dalam memandang mahligai perkawinan termasuk intrik didalamnya dimana ada kesetiaan, kerjasama, saling menghormati, menghargai dan cinta serta kasih sayang dan pengorbanan.

;-) selali lagi ini hanya iseng ;-)

 

DayNight
DayNight