Malu deh Aku….

22 Februari 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Salah satu hobi aku jalan-jalan ke mall, baik hanya untuk sekedar cuci mata tanpa harus ada tujuan atau barang yang hendak dibeli. Banyak hal yang bisa aku jadikan pelajaran, salah satunya ketika aku dan sahabatku Tya, pada waktu akan membeli alat tulis di sebuah mall yang baru dibuka di kota ku ini.

Sudah menjadi peraturan pihak mall untuk tidak mengizinkan anak-anak berseragam sekolah dibawah jam 12 siang, tetapi aku dan Tya bisa tetap masuk ke dalam mall tersebut karena atasan seragam kami ganti dengan kaos bebas yang sudah kami bawa dari rumah dan memulai perburuan alat-alat tulis yang memang sedang kami incar, karena selain harga nya diskon di mall baru tersebut biasanya corak ragam jenis peralatan tulisnya akan berbeda dibandingkan dengan toko-toko alat tulis lain yang sudah ada.

Segera setelah kami masuk kebagian alat-alat tulis, aku dan Tya sepakat memilih masing-masing dan tidak harus terus menerus beriringan berdua, kami pun terpisah menurut pencarian prioritas kami masing-masing. Walaupun aku berusaha untuk cuek, tetapi rupanya ada pramuniaga yang sangat teliti dan sejak aku mulai berputar-putar dibagian alat tulis/stationary, dia terus menerus memperhatikan dan seperti mengawasiku, mungkin mau menegur tidak enak karena aku kan tidak terlihat memaki seragam putih biru, tetapi rok biru, sepatu kest dan tas ranselku mencirikan aku masih anak sekolahan. Jadi mungkin pramuniaga tersebut hanya merasa perlu lebih memperhatikan aku. Sebenarnya aku juga jika sudah memilih-milih barang biasanya suka lupa waktu dan tidak begitu memperhatikan sekelilingku, yah saat itu merasa diawal saja aku diperhatikan, ketika sedang asyik memilih, aku mendapatkan apa yang aku sukai, tetapi tidak ada label harga pada buku yang aku pilih itu. Sejenak aku bingung, dan setelah berusaha mencari ditumpukan buku lain yang sejenis, rupanya pihak mall bagian stationary ini melewatkan pemberian label harga pada beberapa jenis barang, karena ternyata bukan hanya buku yang aku ingin beli saja yang tidak berlabel harga. Karena aku berniat membeli, maka agar aku mengetahui berapa harganya mau tidak mau aku harus bertanya pada pramuniaga yang ada.

Ehm…aku merasa harus menambah rasa cuekku berhadapan dengan pramuniaga tadi yang aku rasa terus menerus memperhatikan dan mengikutiku. Maka aku pun bertanya pada orang yang berseragam hitam putih yang ada didekatku “mbak, kalau buku ini harganya berapa ya?” kataku sambil menunjuk buku warna pink bergambar tokoh kartun sailormoon yang aku suka.

Tapi kemudian mbak itu bukannya melihat pada buku yang aku sodorkan, tetapi sambil menyengitkan matanya dan sedikit tersenyum dia menjawab “ maaf dik, saya juga pengunjung toko, bukan pramuniaga toko ini, jadi saya juga tidak tahu berapa harga buku itu atau harga barang yang lain juga, Tanya saja pada pada pramuniaga toko yang ada diujung sana, “ mbak berbaju hitam putih itu sambil menunjuk kearah depan.

Opsssss, wow….aduh malunya aku, sampai terasa muka ku panas dan memerah, sambil menahan malu aku dengan gugup berucap “ aduh, maaf-maaf, maaf yah mbak? Saya kirain mbak….habis baju seragam hitam putihnya seperti…ehm..sama dengan pramuniaga yang di toko ini.” Untung nya si mbak itu cuma senyam senyum saja dan tidak tersinggung, maka aku pun segera berlalu dari hadapan di mba berseragam hitam putih itu yang mulai di datangi oleh teman-temannya sambil bertanya ada apa.

Kontan aku juga kemudian melihat Tya yang juga terlihat bingung karena tadi dia melihat aku bicara pada orang yang tidak kami kenal, maka aku segera menarik tangannya sambil menyimpan kembali buku yang sudah aku pegang dengan terburu-buru.

“ayo keluar dulu aja yah? Please” kataku pada protes Tya yang setengah tidak rela aku pegang tangannya. “hai, mau kenapa? Kenapa cepat-cepat? Jawab Tya dengan pertanyaan. “ stttttt, nanti saja ceritanya ya, ayo keluar dulu saja,” jawabku, sambil samar-samar mendengar suara tawa dari si Mbak berseragam putih hitam dan teman-temannya.

Setelah keluar dari bagian stationary itu aku ceritakan pada Tya yang terus menerus berusaha menarik tangannya yang aku tarik. Barulah setelah aku selesai bercerita kejadian tadi dengan nikmatnya Tya tertawa terpingkal-pingkal, “ha..ha..ha..ha.., emang enak ya kena malu begitu!”

Sejak kejadian tersebut, aku jadi semakin berhati-hati dan lebih teliti dalam menilai penampilan orang lain, ternyata tidak semua seperti yang terlihat.

 

notes :

ikutan neh postingan cerpen alakadarnya….pernah dipublikasi disalahsatu majalah sekolahan…xexexe…semoga cukup bisa meramaikan PSA yaaa…

DayNight
DayNight