Times
13 Agustus 2017 in Vitamins Blog
Mungkin bagi gadis yang baru menginjak umur yang awal 20 tahun ini. Air mata bukanlah hal yang biasa. Karena hal yang bisa dia lakukan hanyalah mengeluarkan air mata, bukan karena dia tidak bisa mengeluarkan masalah yang ada pada dirinya kepada orang lain. Hanya saja, dia tidak bisa melakukannya. Karena kehidupan yang ‘jauh’ dari keluarganya itu tidak ingin memperkeruh suasana yang ada pada saat ini.
Karena sudah terbiasa memendam apa yang ia inginkan, ia akhirnya menyadari kalau dia berada dalam keadaan yang “tidak” baik-baik saja. Ia hanya inginkan satu hal yaitu bisa hidup dengan damai dan tanpa ada yang mengusik kehidupannya.
—————————————————————————————————————-
Suara helaan nafas panjang untuk sekian kalinya terasa amat menyesakan. Bukan karena jadwal meeting yang padat, tapi karena dia melihat gadis yang sedang duduk disampingnya itu hanya diam di balkon apartementnya. “kau kenapa? apa ada masalah ‘lagi’?”
kata ‘lagi’ yang dia ucapkan bukan hal yang luar biasa. Tapi memang dia sering sekali mendapatkan masalah yang harusnya dia tidak usah pikirkan sampe begitu kerasnya. Sebagai kekasihnya dia paham kalau gadisnya itu sangatlah sensitive akan keadaaan sekitarnya. Gadis yang sendari tadi diampun menjawab “aku tidak apa-apa ”.
Tanpa mengalihkan padangannya.
“aku tau kau sedang tidak dalam keadaaan “baik”. Ceritalah! Atau paling tidak lihatlah lawan bicaramu ini!” perintahku.
Gadis itu tetap bergeming. yang dia tau, bahwa mata gadisnya itu berkaca-kaca, bibir yang bergetar dan menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.
“kau tau , saat aku membaca novel dan menemukan kalimat yang sangat menyentuh “ Bukankah hidup ini memang jelas, mana milikku, mana milikmu? Meskipun kau merasa sangat sakit karena hidup ini, tapi kehidupan akan terus berjalan” aku selalu berusaha memahami kalimat itu, tapi sampai sekarang aku tidak
bisa, aku berharap kehidupanku berakhir Secepatnya. Aku tidak mau “orang lain” mengatur kehidupanku, memang itu demi kebaikanku,tapi tidakkah
mereka memikirkan perasaanku, yang sangat tidak menyetujuinya dan haruskan aku selalu meneruti perintah mereka?sejak kecil selalu menurut dan mengalah? apa aku sekarang tidak boleh membangkang?”
Jeda sejenak untuk mengambil nafas yang memburu, sedangkan pria itu hanya mendengarkan seksama. Tatapan pria tersebut hanya tertuju pada sang gadis.
“Dan soal mereka yang ku anggap sebagai teman. Apa mereka tidak pernah berfikir kalau aku sangat merindukan mereka. Mereka hanya datang padaku saat butuh kalau tidak butuh aku di buang, apa aku boleh berfikiran seperti itu setelah apa yang mereka lakukan kepadaku?”
Dengan suara yang bergetar hebat dan sepasang netra itu berkaca-kaca, pria itu hendak membuma suara tetapi terpotong oleh kelanjutan suara sang gadis.
“apa aku sangatlah menganggu kehidupan mereka? apa aku hanyalah gadis yang tak pantas untuk mereka? apa aku hanya membuat mereka susah? pertanyaan itu selalu
menghantuiku saat ini. jadi bolehkah aku berfikiran seperti itu? ”.
Itu adalah pertanyaan gadisnya. Bukan menjawab sang pria membuka kedua lengannya dan melangkah untuk membawa ia ke tempat ternyaman. Sebuah pelukan.
“semua akan baik-baiknya, percayalah pada waktu”.
Hanya itu yang bisa ia ucapkan.