2.26K views
0

Katanya jangan menilai buku hanya dari sampulnya saja. Tapi faktanya adalah kebanyakan orang lebih suka menghakimi tanpa mau mengenal lebih jauh. Ya seperti istilah “Tuhan yang menghendaki, kita yang menjalani, dan orang lain yang mengomentari.”

Nah pertanyaan Rina adalah andai kata kalian dalam posisi merasa tak bersalah, tapi dianggap bersalah, dan tak peduli seperti apapun kalian menjelaskan, orang-orang tetap pada pemikiran mereka. Bagaimana sikap kalian? Tetap kekeh berusaha mengklarifikasi atau bodo amat disalahkan ya terserah?

JFF gaiss.. makasih yang mau jawab. Stay safe, stay well, peace, cheers, and God bless y’all! :sopan

Aku tipe orang bodo amat orang mau komentar apa yg penting aku ga keluar dti norma dan agama

0

Kalo sama pendapat orang mah bodo amaaat. I don’t even care at all.

Tapi kalo difitnah, gue ngga terima dong.

0

Walau tipe orang yg paling gak pedulian sekalipun pasti punya dorongan untuk menyelamatkan diri sendiri,, walau dia gak peduli apa pendapat orang lain pasti dia punya orang tertentu yang pengen dia buat percaya ke dia

Klo aku sih biasanya jelasin ke diri sendiri klo bukan aku yg salah dan itu gak masalah, semacam mindset gitu,, jadi lebih tenang apapun yg terjadi

Itusih,,maaf klo ngelantur

0

Kalau Kasusnya benar kita tidak bersalah, pertama kita yakin dulu dasa dan alasan pendukung ‘kebenaran’ kita itu benar2 valid, (ada data/buki yg valid)

kalau poin pertama beres, berusaha sesabar mungkin menjelaskan kondisi kita, alasan kita sembari menunjukkan data dan bukti sbg penunjang.

Jika ternyata gagal?

Ya cuma bisa sabar sih, berharap pada waktu yg akan menunjukkan siapa yang benar/siapa yg salah.

Tapi…

Pepatah jawa bilang (saya translete ke B indo) “Tidak ada orang yg bisa melihat punggung sendiri, selain tanpa bantuan (org lain/cermin dsb)

Nah…

Relasinya dengan kasus ini, seberapa banyak prosentasi yang percaya dan tdk percaya dengan ‘kebenaran’ kita, dan seberapa kredible ereka yg menjudge (apakah mereka2 org2 yg dlm kesehariannya sll bersikap dan berpendapat secara cerdas, open minded dan obyektif, ataukah mereka org2 yg terbiasa mengembangkan asumsi negatif/baperan/mendramatisir persoalan)

faktor2 ini bisa menjadi pertimbangan kita untuk intropkesi kedalam.

Kebenaran yg kita yakini, apakah kebenaran yg bs diterima secara umum dan obyektif atau kebenaran subyektif?

Sederhananya, kalau kita yakin benar, tp ada BANYAK pihak tdk bisa menerima “kebenaran”kita, ada baiknya kita juga intropeksi kedalam diri.

0

kalau aku punya prinsip begini ada kalanya satu persoalan kita klarifikasi seperlunya saja tergantung situasi dan kondisi selebihnya kita biarkan karena terkadang seseorang yang pada awal mulanya sudah tidak menerima dengan baik atau dengan kata lain tidak menerima apapun penjelasan kita akan terasa percuma,makan ati yang ada. jadi saranku sebaiknya klarifikasi seperlunya menurutmu,mana yang dirasa “ohh ini harus diklarifikasi”, “ooh ini tidak”, kamu sendiri yang bisa menentukan, yang perlu diingat adalah seseorang yang membenci akan tetap membenci apapun yang kita lakukan terlepas itu salah atau benar karena dari awal orang yang membenci sudah menanam kebencian di hati dan pikiran mereka. lakukan yang terbaik selama itu tidak merugikan orang lain dan diri kamu sendiri dan jangan pedulikan orang yang membencimu, pedulikan orang-orang yang menyayangimu dalam kebaikan. semangat !!

0

Aku mah tipe yg bodo amat kaya’y…

Percuma kita jelasin ke mereka yg gak suka sama kita,  karena mereka gak butuh itu… Drpd kita cape jelasin satu2 mending buktiin klo kita gak seperti yg mereka nilai… Tangan kita cuma 2 gak mungkin kita pakai untuk tutup mulut dan mata orang2 yg gak suka sama kita mending tangan itu kita pakai buat tutup telinga kita .

DayNight
DayNight