Halo. Sudah pernah nerbitin buku di penerbit indie maupun mayor?
Atau kamu suka banget dan ngehobiin nulis?
I just want to ask you something, pernah nggak, sih, ngalamin writer’s block?
You knowlah, itu penyakit akut bagi kaum penulis, sekaligus kronis.
Kita nulis, dan stuck di tengah jalan. Beberapa ada yang idenya sudah menggeliat-liat, but cann’t write it karena tiba-tiba melongo, “Lho, kok cara nulisku gini? Kok jelek? Kok yada-yada-yada.”
Dan hal lain yang lebih parah, ide kita buntu di tengah jalan…
… dan saya sering mengalami ini. Pun, postinganku yang di PSA ini juga.
So, I deleted my stories.
Kita semua tahu bahwa nulis nggak mudah. Pas baca aja kaya mudah, tapi pas ngelakuin? Wehehe.
Ambil satu contoh terdekat. Saira dan Akira ini.
Aku pribadi suka cara nulisnya, alurnya yang nggak ketebak, twist, dan tiap tokohnya itu punya ciri khas kuat.
Dan, penulis-penulis lain yang udah mejengin bukunya di toko buku.
Ada yang bilang: “Everyone who writes, feel stuck.”
Mereka pasti punya cara ngemusnahin.
Dan apakah kamu punya? Bagaimana caramu ngemusnahinnya?
Terima kasih.
Aduuh pengalamannya kakak jadi ngebantuku. No problem, lah, curhat. Komentarnya panjaaang banget. Responsive sekali. Omong-omong, maaf baru reply. ?
Alhamdulillah… it’s ok ?
Hai, @prinsiawahyuk . Aku nambahin tips dari Kak @author4 ya. Aku bukan penulis. Tapi, aku satpamnya para penulis yang hobi bongkar naskah sampai ke akarnya dan pasang lagi sampai bisa jadi lebih sempurna. Hihihih.
Kalau menurut pendangan kami as writer’s security (?), writer’s block itu sebenernya nggak ada. Kenapa begitu?
Pertama (dan yang paling utama), seperti kata kamu yang tiba-tiba mengalami stuck di tengah jalan. Nah, ini penulis perlu tahu nih, menulis memang butuh proses. Tidak bisa kita duduk begitu saja di depan laptop terus ngetik apa pun di pikiran langsung ke inti cerita. Memang cara itu membantu di awal. Tapi, di tengah jalan, seringnya kita jadi stuck. Solusinya, penulis sebenernya wajib untuk buat kerangka dulu. Dipikirkan konsep cerita yang mau dibuat seperti apa. Idenya. Terus karakternya, konflik, penyelesaian, alur, dsb. Ini perlu dipikirkan matang-matang dulu. Baru, sinopsis dan outline (gambaran perbab singkat) dibikin. Sinopsis di sini bukan ulasan singkat seperti yang di belakang buku ya (yang aslinya itu disebut blurb). Aku pernah bikin penjelasan di Vitamins blog soal beda sinopsis dan blurb. Silakan dibaca kalau sempat.
Kedua, penulis yang udah megang sinopsis dan outline ceritanya aja masih bisa stuck, apalagi yang nggak punya? Kalau penulis udah punya sinopsis dan ouline, bangun emosi untuk menunjang menulis. Saranku, pergi ke tempat yang membuat kamu rileks. Lebih bagus kalau tempat itu menunjang genre yang kamu tulis. Misal, kamu nulis genre romantis, pergi ke taman di sabtu malam minggu. Selain untuk bangun emosi, di sana juga kamu bisa dapat inspirasi di antara para pengunjung. Bisa merasakan langsung feeling karakternya di antara mereka.
Ketiga, waktu menulis harus konsisten. Pilih waktu yang paling pas buat kamu menulis. Misal, pikiran kamu bisa refresh hanya saat tengah malam. Menulislah saat tengah malam.
Keempat, buat target menulism. Misal, kamu harus bisa selesein cerita itu kapan.
Kelima (yang terakhir dan ngga kalah penting), luruskan niat. Apaah udah bener niat kamu menulis cerita itu. Karena kalau hanya setengah-setengah, hasilnya pun nggak akan maksimal. Seperti kata Kak @author4 menulis itu nggak bisa dipaksakan karena emosi yang kamu punya akan berpengaruh pada tulisanmu.
Semoga jawabanku bisa mencerahkanmuuuuu. Semangaaaatt. :semangatyangmembara
Big thanks to you, Kak Kagita! Masalah outline sama kerangka, aku udah bikin dan emang, di tengah jalan tetep stuck. Kadang-kadang kegiur sama ide lain, dan dalam hal ini, aku bukan penulis yang setiaT_T Untuk masalah pergi ke tempat yang sesuai sama genre, please help me. Aku ini sebetulnya nggak bisa nulis romance. Sasaranku ke action/mystery sama fantasi. So, aku harus pergi ke… (haha, bercanda). Lagi, makasih banyak. Komentarmu super panjang dan super membangun. ?
Nah, kalau stuck berarti outline-nya kurang mateng. Masih perlu cek dan diperbaiki apa yang kurang sampe bikin stuck. Ide lainnya itu masih dalam lingkup cerita yang kamu tuliskah? Kalau nggak, ide lainnya dinote dulu. Aku ke mana-mana bawa note kecil sih. Jadi, kalau ada yang mampir di pikiran bisa langsung dicatet. Kalau masalah tempat, nggak perlu spesifik juga. Misal kalau action, dateng ke tempat latihan beladiri (ini untuk riset juga). Atau kalau mistery cukup pergi le tempat bersejarah macem Lawang Sewu? Tempat yang sekiranya menunjang buat bangun feeling horor. Atau kalau fantasi bisa pergi ke museum (banyak pengetahuan yang bisa kamu gunakan untuk berfantasi). Ada loh penulis yang bener-bener totalitas sampai melakukan hal-hal ekstrem demi riset untuk tulisannya. Tapi, yang paling utama (apalagi untuk penulis yang baru memulai), bikinlah cerita yang ada dalam lingkupmu. Selain untuk membiasakan diri terlebih dulu, juga membuka dan meraba kemampuan menulismu sampai sebatas apa.
tips yang sangat bagus kak gita. klo kendala di aku, suka galau harus memilih salah satu dari dua adegan yang berbeda dan bisa berjalan paralel sesuai konsekwensi pilihan alur masing-masing.
Hazelleen: Saat memilih, pikirkan dampak setelahnya. Kalau kamu pilih adegan A, apakah adegan A ini sudah cocok dengan konflik, penyelesaian, dan ending yang sudah kamu tentukan. Terus, sesuai nggak dengan alur yang dibangun. Terakhir, sesuai nggak adegan itu dengan karakter tokoh yang kamu buat. Misal, karakter si tokoh pria ini punya klaustrofobia (fobia pada tempat yang sempit dan tertutup), lalu ada adegan si cewek (pacarnya) terjebak dalam lift yang tiba-tiba mati. Kamu punya dua adegan. Adegan A si pria saking cintanya pada si cewek dia dengan tekad melawan fobianya dan menyelamatkan sendiri pacarnya yang ketakutan. Adegan B si pria bertekad menyelamatkan pacarnya, tapi ternyata nggak muncul-muncul juga. Pacarnya mengira si pria ini nggak cinta sama dia karena nggak mau ngelawan fobianya demi menyelamatkan dia. Padahal, kenyataannya si pria ini pingsan duluan karena fobianya yang udah taraf mengkhawatirkan yang memang ada kaitan dengan trauma masa lalunya. Nah, dua adegan ini otomatis memiliki dampak setelahnya yang berbeda terhadap konflik, penyelesaian, atau alur yang kamu susun. Jadi, perlu dipikirkan keseluruhannya matang-matang sebelum memilih adegan yang mau dimasukkan ke dalam cerita.
Thanks for everything! Ini ngebantuuu bangeeet.
Kalo dulu pas nulis ff lancar banget soalnya menurutku nggak ada peraturan ketat gitu.. jadi pas stuck yah ngedengerin lagu entah random atau sesuai feel tulisan yang dikerjain Tapi semenjak pengen nulis kek Ilana Tan dan Meg Cabot (padahal buku terjemahan yang isinya curhat hehehe) dan pengen berkarya sendiri tentunya dengan logo GM jadinya yah sadar bahwa harus upgrade diri. So, mulai nyari tips dari mbah google dan booklover. Pernah baca sih, “… sebenernya writer’s block itu nggak ada tapi penulisnya aja yang males…” Tapi setelah direnungkan iya juga. Semenjak nggak nulis ff banyak draf yang medak. Ide2 pada ribut pengen direalisasikan tapi yah bingung dan kewalahan. Kadang mah setelah disadari itu cuma nafsu aja… Jadi, daripada ketik hapus mending ditinggal dan buat baru lagi siapa tau sampah itu bisa di daur ulang di kemudian hari.. Dan ada yang banyak ngelakuin nyatet ide di note kecil. Pernah ngelakuin tapi aku masih teledor dan kurang primpen jadi berantakan. Yaudah nyoba nulis di note hp dan nyatanya jarang kebuka hahaha…. ?? Setelah semuanya mandeg. Niatan dan keinginan menulis itu masih tetep ada tapi bingung milih yang mana. Tapi pengalamanku akhir2 ini aku kayak apa ya semacam ada hubungan gitu sama tokoh cerita yang kutulis jadi yah pengen ngerjain sebaik mungkin. Dan itu ngebikin aku mulai mengasah otak sedikit demi sedikit buat nuangin dalam bentuk untaian kata. Aduh, maap jadi curcol ? Intinya berkenalan dengan para tokoh terutama hero/heroine, terus mulai baca tips penulis yang karyanya sesuai sama selera kita, baca ulasan novel yang udah terbit di goodreads jadi kita tau apa yang harus dilakukan dan dihindari, kadang lewat dengerin lagu atau video juga bisa, dan berdo’a sama Allah, minta ridlo dan petunjuk. Mungkin ada yg salah dari niat atau cerita kita jadinya yah nggak dapet ilham…