1.15K views
0

Mau tanya lagi soal kepenulisan yg ke-3.

Aku ini sedang proyek novel fantasy. Nah, maunya penggambaran baik latar, suasana, maupun karakternya terasa nyata, seperti di novel harry potter gitu, (walau belom pernah baca, hihi). Jadi membawa si pembaca ikut merasakan, kyk sedang nonton film-film fantasy. Kalo mau gitu harus gimana yah?

Kasih saya batuannya, plis.

0

@aridhasalma

Pertama dan yang paling penting, genre apa pun itu kalau tidak menggunakan sinopsis dan outline terlebih dahulu sebelum menulis, hasilnya juga tidak akan sebagus yang diharapkan. Dan, ke depannya ada kemungkinan penulis mengalami “writer’s block”, cerita tidak selesei ditulis, dan akan ada kesulitan-kesulitan lain dalam proses menulis. Kenapa? Karena dasar menulisnya tidak kuat.

Agar bisa membangun rumah yang bagus dan kokoh, arsitek perlu perencanaan pembangunan terlebih dahulu, mulai dari gambar rancangan rumah, ketepatan perkiraan bangunan, kualitas bahan yang digunakan, cara memangunnya, dan lain sebagainya. Baru rumah itu bisa dibangun sesuai ekspektasi kita atau bahkan lebih dari itu.

Begitu pun, dengan karya tulis. Penulis perlu merancanakan dari dasar. Baik dari unsur intrinsiknya, maupun ekstrinsik.

Dari unsur intrinsik, penulis bisa memulai merencanakan tema cerita, detail para tokoh dalam cerita (nama, karakter, dsb),konflik, alur/plot, setting, gaya bahasa, dan sudut pandang. Untuk unsur ekstrinsiknya, penulis perlu memikirkan siapa sasaran pembacanya, genre apa yang harus diambil, situasi dan kondisi, juga nilai-nilai moral, budaya, dan sosialnya.

Jika dasar ini sudah kuat, penulis bisa membuat sinopsis cerita dengan lancar. Tulis sinopsis lengkap dari awal cerita hingga akhir.

Lalu, dari sinopsis ini, penulis bisa membuat outline. Bagi per bab cerita. Misalkan:

Bab 1 bercerita tentang karakteristik para tokoh.

Bab 2 mempertemukan dua tokoh utama

Bab 3 dan seterusnya

Yang kedua, karena yang dipilih ini adalah cerita bergenre fantasi, otomatis imajinasi penulis yang paling mendominasi di sini. Tapi, jangan lupa bahwa walaupun ini ceritanya bergenre fantasy, bukan berarti penulis melupakan begitu saja fakta-fakta di sekitarnya. Tetap pijakannya adalah riset. Kenapa? Karena riset dari fakta yang ada adalah penting sebagai pijakan untuk memperkuat unsur cerita di dalamnya. Lalu, dari riset ini bisa difantasikan ke dallam cerita.

Terakhir, saya mau tanya balik nih. Salma mau membuat cerita bergenre fantasy dengan tema yang seperti apa? Apakah kerajaan seperti EC? Atau alien seperti IW? Atau cerita masa depan seperti TGW? Tema ini harus jelas karena tiap prosesnya itu berbeda.

Makasih kak Gita buat ilmunya…Bgs bgt nih buat masukan..Ternyata hrs pake outline yah

Sama-sama, Aci. Outline itu penting banget buat cerita. :)

@kagita1 Sebelumnya makasih kak atas jawabannya.. Soal bikin ceritanya, aku mau bikin cerita, yaitu tentang seorang model cantik yg tiba2 masuk ke dunia bukan dunia manusia. Dunia tsb adalah dunia orang sdh mati atau disebut dunia arwah. Dunia arwah itu dipimpin oleh beberapa malaikat, tp kekuasaan malaikan tsb dikuasai oleh sekelompok iblis jahat. Jd intinya, tugas si model cantik ini disuruh oleh arwah yg dulunya manusia untuk mengembalikan kepemimpinan malaikat, karena di dunia itu si model-lah yg masih memiliki kehidupan. Haha, ini cerita agak aneh.

Bikin sinopsis dulu yang lengkap tentang ceritanya, Salma. Mulai dari awal cerita, konflik, hingga penyelesainnya. Lalu, baru dipikirkan beberapa detail cerita. Seperti, kenapa si model yang terpilih untuk ditarik ke dunia arwah? Alasan untuk ini harus jelas dan masuk akal. Misal, karena si model punya kemampuan melihat dan berhubungan dengan arwah yang sudah mati. Lalu, kenapa si iblis mengincar dunia arwah. Dan lain sebagainya. Matengin sinopsisnya dulu.

You are viewing 1 out of 22 answers, click here to view all answers.
DayNight
DayNight