Ruh dan Jiwa
Dua-duanya sama-sama tidak terlihat, dua-duanya ada di dalam hati manusia, dan menggerakkan manusia hingga dia tidak menjadi jasad kosong.
Manusia kadang mengira ruh dan jiwa itu satu, ada pula yang meyakini kalo itu berbeda
Jadi menurut kalian, kalau memang ruh dan jiwa itu berbeda, apa sebenarnya perbedaan Ruh dan jiwa manusia itu?
Perbedaan Jiwa dengan Ruh
Jiwa dan ruh itu berbeda. Namun keduanya memiliki hubungan yang terikat satu dengan yang lain. Tidak akan ‘berfungsi’ dengan baik seorang manusia apabila jiwa dan ruhnya tidak saling berinteraksi dengan baik. Jiwa ada sebagai akibat bersatunya ruh dengan badan, sebab ruhlah yang menjadikan manusia hidup, dan selama manusia itu hidup, mereka dapat menentukan pilihan hidupnya karena ada peranan jiwa di dalam tubuh manusia.
1. Berdasarkan subtansi
Dalam QS. A Nahl (16) : 78, QS. Yusuf : 22, QS. Al Insaan (76) : 1, dan QS. Asy Syam (91) : 7-10 dijelaskan bahwa jiwa merupakan dzat yang labil kualitasnya. Bisa naik, turun, kotor, bersih, dst. Perkembangan kualitas jiwa seseorang terjadi seiring dengan pengalaman hidup, ilmu, dan umurnnya.
Sementara, ruh dalam QS. Al Hijr (15) : 29, QS. Tahrim (66) : 12, QS. As Sajdah (32) : 9 digambarkan sebagai dzat yang selalu baik, suci, dan berkualitas tinggi. Bahkan merupakan ‘turunan’ dari Dzat Ketuhanan.
2. Berdasarkan fungsi
Jiwa adalah ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiannya. Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan dalam hidupnya yaitu sebagai amal (baik amal baik ataupun amal buruk).
Pertanggungjawaban itu akan dipikul oleh jiwa ketika ia dikembalikan ke badannya pada hari kebangkitan kelak. Berbeda dengan jiwa, ruh merupakan anugerah Allah yang menularkan sebagian sifat-sifat Allah. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah manusia dapat bernafas.
Intinya, ruh berfungsi sebagai ‘sesuatu’ yang menjadikan manusia itu hidup dan jiwa merupakan ‘sosok’ penentu setiap pilihan dalam kehidupan.
Perbedaan makna jiwa dengan ruh dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari. Tatkala seseorang terlelap dalam tidur, hembusan nafas dan detak jantungnya masih terdengar karena yang ditahan oleh Allah adalah jiwanya, bukan ruhnya. [QS. Az Zumar (39):42]
3. Berdasarkan sifat
Jiwa berpotensi dapat merasakan kemarahan, kesedihan, kegembiraan, ketenangan, dll. Sedangkan ruh bersifat stabil. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan sebagai lawan dari sifat setan yang negatif.
Keberadaan jiwa dan ruh
Ruh terbuat dari cahaya
Secara substansi sifat ruh digambarkan adalah sbg dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi.
Dengan ruh itulah manusia menjadi memiliki kehendak. Dengan ruh itu pula manusia bisa berilmu pengetahuan. Dengan Ruh itu pula ia menjadi bijaksana, memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, serta berbagai bagai sifat ketuhanan, dalam skala manusia.
Ruh adalah dzat yang menjadi media penyampai Sifat-sifat Ketuhanan di dalam kehidupan manusia.
Dalam kaitannya dengan jasmani, Allah menjelaskan bahwa ruh tersebutlah yang menjadikan fungsi-fungsi kehidupan seperti penglihatan, pendengaran dan hati seorang manusia bisa dipahami oleh jiwa. Jika tidak karena ruh, maka fungsi penglihatan, pendengaran dan ‘hati’ tidak menghasilkan kefahaman sebagaimana seorang manusia.
Secara fungsinya ruh adalah dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Ruh, selalu ‘mengajak’ kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Ruh mewakili sifat-sifat malaikat yang penuh dengan ketaatan, keikhlasan, akal sehat, kesucian, cinta kasih dan kesempurnaan.
Dan kalau secara sifat ruh bersifat stabil dan merupakan kutub positif dari sifat kemanusiaan. Ruh juga digambarkan bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari dunia kegelapan hawa nafsu.
Jiwa (Nafs) juga terbuat dari cahaya, tetapi jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitas: naik dan turun, jelek dan baik, kotor dan bersih, dst.
Jiwa (nafs) didalam tubuh manusia bersemayam di tiga tempat yaitu
1. Yang memerintah/bersemayam di otak ini yang disebut dengan akal atau pikiran atau logika sehingga manusia berilmu pengetahuan
2. Yang merasakan baik dan buruk/berkaitan dengan kejiwaan/mampu membedakan baik dan buruk) ini tempat bersemayam Qalbu yang memiliki rasa diantaranya perasaan cinta dan kasih sayang, sabar, ikhlas, tawakal, syukur, benci, iri, dengki, tamak, pelit dll
3. Yang menjalankan perintah, bersemayam diseluruh sela-sela antara daging dan darah dan bersemayam pula di urat nadi dan syaraf-syaraf ini yang disebut dengan keinginan atau kehendak atau nafsu
Lantas dimanakah posisi Ruh? Sebagaiman kita ketahui bahwa sel merupakan unit terkecil kehidupan. Setiap sel mampu melaksanakan aktifitas kehidupan, seperti respirasi oleh mitokondria, sekresi oleh kompleks golgi, serta proses pencernaan oleh lisosom. Selanjutnya sel-sel itu bersatu membentuk jaringan-organ-sistem organ-organisme, yaitu manusia, alias kita. Secara tidak langsung kita telah menemukan jawaban bahwa ternyata ruh itu bersemayam di setiap sel tubuh.
Jadi jiwa adalah ‘akibat’. Jiwa muncul akibat interaksi antara ruh dengan jasmani. Jiwa dapat mengikuti petunjuk ruh lantas menuju pada kebaikan atau justru tertarik pada jasmani yang cenderung mengtuhankan hawa nafsu dan menggiring manusia pada keburukan. (Yahoo)