Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Hiburan & Sharing › Forum Semua Cerita › Racun Popularitas di Usia Dini Merusak Psikis Anak
- This topic has 16 balasan, 16 suara, and was last updated 7 years, 1 months yang lalu by Chandravilashita Evana.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
3 Agustus 2017 pada 11:49 pm #372755carijodohPeserta
CJ nemu artikel bagus ini untuk dibagikan kepada para ayah, ibu, kakak dan adik yang ada disini.
Yok! Yang sudah baca, jangan lupa sertakan pendapat kalian di forum ini.
Sumber: kompasiana .com
Penulis: Ira Oemar
“Tapi ternyata kecepatan saya bertemu dan berkumpul dengan orang-orang shaleh kalah cepat dengan ketemu pejabat, artis, selebritis…” begitu kata Aa’ Gym dalam acara Satu Jam Lebih Dekat (SJLD) di TV One, mengomentari soal popularitas yang memabukkannya dulu, yang kemudian membuat hidupnya terasa hampa. “Di rumah, anak-anak pada kabur kalo bapaknya datang. Sementara di luar ibu-ibu malah antri minta foto bareng. Padahal, yang asli mah orang-orang terdekat”, sambungnya. Aa’ Gym menyesali saat-saat yang ia sebut “mengurus anak asal-asalan” karena semua waktu sudah habis untuk tampil di televisi, memenuhi undangan ceramah dimana-mana dan bertemu sejumlah tokoh dan orang penting. Begitulah popularitas telah merampas waktu yang berharga dan menjauhkannya dari keluarga sendiri (anak-anak dan orang tua).
Kalau orang dewasa yang sudah punya banyak pengalaman, plus pemahaman agama bagus seperti Aa’ Gym saja masih bisa “limbung” dengan popularitas, apalagi seorang anak yang sejak kecil sudah hidup dalam popularitas dan sorotan media massa. Kalau orang dewasa saja bisa merasa hampa karena seluruh waktunya sudah habis terbagi untuk pihak lain, apalagi anak-anak yang dipaksa mematuhi serangkaian jadwal syuting yang padat untuk sinetron kejar tayang dan pemotretan untuk produk iklan. Belum lagi dikuntit pemburu berita infotainment. Tentu membuat mereka bukan saja kehilangan waktu belajar dan bermain, namun juga kehilangan hak untuk menjadi diri sendiri yang mungkin ingin marah, ngambek, kesal. Sesuatu yang wajar dilakukan anak seusianya, tapi jadi terlarang untuk dilakukan seorang bintang cilik yang harus selalu senyum ceria.
Tahun 2012 lalu, ada seorang anak (kalau tak salah usianya 12 th) yang jadi bintang iklan beberapa produk dan sempat membintangi sinetron meski bukan sebagai pemeran utama, yang sempat menggegerkan karena penolakannya terhadap ibu kandungnya. Gadis cilik itu menolak ibu kandungnya hanya karena ia merasa cantik dan berkulit putih sementara ibunya jelek dan berkulit hitam. Ia ragu apakah benar ia anak ibunya. Kemudian ia memilih ikut seseorang yang dipanggilnya “bunda”, yang sebetulnya bukan kerabat, hanya kenal di rumah produksi. Secara kelas sosial ekonomi, ibu kandungnya yang buruh cuci dan tinggal di rumah kontrakan di gang kampung dengan harga sewa Rp. 500 ribu, berbeda jauh dengan “bunda” yang kaya raya tapi rumahnya di Papua. Anak itu lari tanpa pamit meninggalkan ibunya hanya untuk ikut “bunda”. Bahkan ketika dipertemukan dengan ibu kandungnya oleh sebuah stasiun TV, si anak tetap ngotot benar-benar tak mau pulang ke rumah ibu kandungnya.
Anak itu yang sebenarnya (seharusnya) sudah cukup bisa mengerti, kalau ditanya apa cita-citanya, dia selalu jawab “jadi Miss Universe”. Dia tak paham bahwa Miss Universe itu cuma gelar yang disandang setahun saja, bukan sebuah profesi. Sepertinya anak itu meski di satu sisi kelihatan pintar (setidaknya mampu menghafal script dan dialog), tapi tampaknya pemikirannya jauh di bawah anak seusianya. Ironisnya lagi, si anak sudah tidak sekolah sejak umur 10 tahun. Alasannya : capek shooting! Dan si ibu menuruti saja keinginan anaknya. Setiap hari aktivitasnya hanya ke warnet, maklum shootingjuga tidak sering karena sebenarnya tak terlalu ngetop meski dia cantik. Kalau sudah begitu, hanya tinggal penyesalan ibunya. Si anak lebih suka tinggal dengan orang lain yang mampu memberikan kemewahan – meski beda agama (“bunda” yang tinggal di Papua kebetulan Muslim sedang si anak dari keluarga non Muslim) – dan dianggap mampu mewujudkan keinginannya jadi Miss Universe. Sementara, pendidikan si anak justru terbengkalai, karena sejak awal ibu kandungnya menuruti saja keinginannya untuk tidak sekolah.
Joshua Suherman yang sejak masih cadel sudah populer berkat lagu “AIR” (diobok-obok, airnya diobok-obok…), pernah bercerita betapa dia menderita di sekolah, selalu di bully teman-temannya. Sampai akhirnya memilih home schooling karena tak tahan bullying.
Dan kini…, yang sedang ramai dibincangkan publik : tragedi Marshanda, mantan “bidadari” cilik yang sudah 2 kali mengunggah video di youtube yang menunjukkan kelabilan emosinya, sekejap tertawa terbahak, sedetik kemudian menangis pilu. Sebentar menghujat, kemudian memelas. Pada 2009 lalu Marshanda juga mengunggah video di youtube yang isinya caci maki dan sumpah serapahnya untuk teman-teman SD-nya. Chacha tampaknya menyimpan dendam pada teman-teman masa kecilnya, meski kejadian itu sudah lama berlalu (saat video diunggah Chacha sudah umur 19 tahun). Dendam itu tidak tuntas, lalu dilampiaskan dalam video yang tampaknya Chacha ingin semua orang tahu. Bukankah mengunggahnya ke youtube artinya dia ingin dilihat banyak orang? Begitu pun ketika dia merasa “kesal” dan ingin “menggugat” Tuhannya, Chacha sengaja merilis sebuah video curhat, yang diatur sedemikian rupa setting lokasi dan busananya. Padahal, sebelumnya Chacha pernah membuat pengakuan betapa ia nyaman berhijab.
Bukan hanya di Indonesia, Hollywood juga mencatat beberapa bintang besar yang sudah memulai akting sejak usia 3 – 4 tahun, namun di usia menginjak dewasa mereka jadi pribadi yang bermasalah, gamang, dirusak oleh popularitas. Salah satunya adalah Macaulay Culkin yang masuk industri hiburan sejak usia 4 tahun dan sangat populer sebagai aktor film maupun serial TV. Sebuah situs http://www.boxofficescoop.com/ memuat daftar 20 bintang top anak-anak yang masa depannya dirusak oleh popularitas. Berita itu dimulai dengan kalimat : “Hollywood can be a dream maker, but more often than not, it’s a dream breaker. The pressures put on child stars are enormous, and not all child actors can handle the stress, particularly if they don’t have the loving support of a sane family. Unfortunately, bright lights, fame and fortune sometimes come at a high price for such young blood.
Ironisnya, kini justru makin banyak orang tua yang ingin anaknya populer dengan cara sedini mungkin meng-endorse anak-anaknya ikut kontes popularitas, ajang pencarian bakat yang penjuriannya tidak murni karena kehebatan talenta tapi juga karena banyaknya SMS dukungan. Banyak ortu yang mengikutkan anaknya casting untuk jadi bintang iklan dan sinetron. Mereka bangga anaknya jadi bintang tenar, selebritis. Kalau perlu, jika ada salah satu anak yang populer dan laris di dunia hiburan, segera saja kakak atau adiknya diikutkan. Aji mumpung, mumpung dekat dengan produser dan rumah produksi. Padahal, mereka tak sadar sedang menjadikan anak mereka budak industri hiburan. Yang bisa sangat kejam merampas seluruh waktu sang anak dan menjadikan mereka robot-robot bernyawa yang seluruh hidupnya diatur oleh jadwal shooting, diikuti sorot kamera dan diintip jurnalis infotaiment yang siap memberitakan gosip apa saja tanpa perasaan. Makin buruk berita tentang mereka, makin ramai dibahas.
Para orang tua yang bermimpi punya anak populer, ngetop, bisa jadi tulang punggung keluarga, sebaiknya berpikir ulang tentang kesiapan mental si anak dan masa depan psikisnya.
***
Menurut CJ:
Ini merupakan artikel yang cukup detail dan komplit dalam memberikan contoh sosok-sosok nyata yang dikenal oleh generasi kita. Memang sangat dilematis, mengingat bagaimana bermacam-macam motif penyebab terjadinya penyebaran racun popularitas ini. Ada yang murni karena desakan ekonomi, ada anak yang sekedar membutuhkan pengakuan, atau bahkan sang orangtua yang membutuhkan pengakuan masyarakat melalui anaknya. Berbagai motif, cara dan upaya untuk menjadi terkenal adalah hak setiap individu untuk dilakukan. Tapi bagi individu yang masih berusia dini, rasanya… para orangtua perlu mempertimbangkan kembali rencananya untuk menerjunkan anak mereka ke dunia entertain. Karena belum tentu anak kita bermental kuat menghadapi tekanan-tekanan yang mungkin akan dia dapatkan disana, juga secara tidak langsung kita akan merusak, mengkorup dan bahkan mengeksploitasi anak.
Ingat drama Korea My Love From The Star? (Nah! Kok ke drama!)
Cj ingat dengan jelas bagaimana hampa, kesepian dan kemarahan yang dirasakan oleh cheon song yi yang sudah dipaksa menjadi aktris oleh ibunya sejak ia remaja, dimanfaatkan dan dieksploitasi. Membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan tak memiliki banyak teman.
Maka dari itu, yuk pertimbangkan lagi rencana kita.
Yang masih muda dan berusia belasan, silahkan berfikir ulang jika ingin menjadi entertainer. Apakah kita sudah siap mental? Sudah siap tenaga? Siap waktu? Siap otak? Siap segalanya?
Bagi orangtua yang berencana menjadikan anaknya entertainer dari usia dini, yuk kaji ulang rencananya. Apakah itu perlu? Apa benar “impian” mereka lebih penting drpd kebahagian dan kesehatan mental sang anak?
Kaji ulang, jangan sampai kita merusak masa depan anak kita sendiri.
Terimakasih.
-
4 Agustus 2017 pada 12:00 am #372758Mikas4Peserta
Aku gak baca semua tapi sebagian wkwkwk
Ya ampunn aku gak tau kalo Joshua yg nyanyi di obok2 itu pernah di bully :PATAHHATI
Terus kalo masalah Chacha sih ada aku nonton di tv dan Cheon Song Yi itu beneran aslinya dingin?? Beda banget kayanya sama dia waktu lg akting yang ceria gitu yaa,
Btw, thanks ka infonyaa
-
4 Agustus 2017 pada 12:19 am #372770
-
4 Agustus 2017 pada 6:26 am #372785OveliaPeserta
Aku baru tau kalo ada anak 12 tahun yang karena cantik nggak mau ngakuin ibunya duuuuh.
Kalo kemaren banyak artis dari youtube, sekarang banyak artis dari instagram. Selama ini sering mikirin betapa enaknya ya, laku keras di endorse, di undang ke televisi, tanpa ikut2 casting. Karena udah lebih dulu terkenal, langsung bisa terseret masuk tv. Lupa tanpa memikirkan sisi negatifnya. Tapi yang pasti, saya sering percaya kalo selebgram2 yang aktif banget pasti apa-apa selalu di intilin video. Buat vlog misal, musically, jadi di video boleh aja keliatan deket. Tapi dibelakang itu belom tentu, selain sibuk dengan ponsel/ cameranya hanya untuk melihat hasil.
-
4 Agustus 2017 pada 9:17 am #372800nrlhidayahhPeserta
Itu anak yg umur 12 thn gk ngakuin ibunya parah bgt. Dia blm ngerasain jd ibu sih yaa gimana rasanya disia2in sm anak cuma karna status sosial :PATAHHATI :PATAHHATI aku miris bacanya kaa huhu. Mungkin banyak oranh awam yg gk tau kl jd orang populer itu ada nggak enaknya, selama ini yg ada di pikiran banyak orang kl jd populer: bakal dikenal banyak orang, dpt uang banyak tp aslinya gk dikit orang yg populer itu kena kasus bullying sm temen2nya :PATAHHATI :PATAHHATI
-
4 Agustus 2017 pada 1:48 pm #372818hazelleenPeserta
menurutku ngga semua manusia siap menerima popularitas mendadak dan siap melepas/move on ketika hal tersebut hilang.
Untuk yang kecil-kecil jadi artis, jujur, agak kasihan dengan mereka. Karena tidak ada yang abadi di dunia ini.
Kecil dipuja-puja, orderan banyak, hidup mewah tidak menjamin masa remaja atau usia dewasa / masa tuanya bakal tetap seperti itu. Dan seringkali post power syndrome membuat para mantan bintang cilik atau artis terjerat narkoba demi menghilangkan rasa depresi dan gagal move on dari kejayaan masa lalu.
-
5 Agustus 2017 pada 8:33 am #372911xixihanaPeserta
wah baru tau info begini, kasian ya mereka
Duh orang tua mesti ekstra hati-hati dalam bertindak untuk masa depan anak, kasian bener sampe di bully gitu apalagi sampai yang mentalnya terganggu
-
5 Agustus 2017 pada 9:07 am #372929fitriartemisiaPeserta
aku merinding sih baca ini..
karena aku punya 2 anak-anak yg menjadi tanggungjawabku untuk membangun dan membimbing mereka sampai menjadi ‘orang’.
apalah aku ini yg cuma ibu muda dan belum pengalaman, masih kagok gitu-gitu lah ya,,
tapi aku setuju, setelah liat contoh2 yg memang disebutin diatas, popularitas itu memang punya sisi positif dan sisi negatif. gak perlu jauh2, populer di sekolah pun bisa jadi ‘masalah’ kalo si anak tidak dibimbing dengan benar.
makanya aku lebih menekankan ke minat anak dan jelasin manfaat dan konsekuensi apa yg akan mereka dapet kalo mereka mau menjadi ‘cita-cita’ mereka.
nonton tv memang racun banget, makanya stop nonton tv kecuali acara memdidik (jaraaaaaaaaaaang banget) bahkan nonton upin-ipin pun harus didampingi supaya mereka gak asal nelen mentah2 isi cerita.
alhamdulillah si kaka nyeletuk dari umur 5 kalo dia mau jadi dokter gigi haha masih konsisten sampe sekarang, dan aku mulai kasih suggest kalo dia mau jd dokter gigi, dia harus rajin ini, belajar itu dll. doakan yaaaaaaa….
karena punya anak di jaman sekarang ini harus bener2 diawasi tanpa bikin mereka terkekang hehe
semoga kita2 semua jadi orangtua yg bisa membimbing anak jadi orang yg bermanfaat bagi sesama dalam kebaikan ya, aamiin :)))
-
5 Agustus 2017 pada 12:02 pm #372958nenaagustinPeserta
Wahh aku kaget banget ini pas tau joshua pernah di bully, ternyata dunia Entertain itu ga seindah kelihatannya yaa
Makasih kak infonya
-
5 Agustus 2017 pada 12:42 pm #372959dekoceriaPeserta
Kadang memang kalo liat artis itu memang enak bgt ya…tapi kalo di lihat dari segi yang lain, ternyata memang banyak yang di korbankan untuk mencapai itu semua…hidup iti memang pilihan cj, nah mereka itu memilih ketenaran sebagai jalan hidupnya…padahal khan jadi bintang ga harus jadi artis ya cj…
masasih banyak ya buat infonya..
-
5 Agustus 2017 pada 7:00 pm #372994mithaprtwiPeserta
Duh.. Jangan sampe deh aku nanti jadi orang tua yang haus popularitas :bebekcemas
-
5 Agustus 2017 pada 9:08 pm #373043syj_maomaoPeserta
Aihh emang dunia hiburan itu jarang yang benar-benar ‘pure’ dan ‘menyehatkan’. Tergantung bagaimana pandangan orang itu terhadap dunia hiburan. Jika hanya selingan, mungkin menurut aku oke-oke aja. Tapi kalau memandangnya karna ingin dikenal atau obsesi belaka, biasanya gak akan berakhir bagus :LARIDEMIHIDUP
-
5 Agustus 2017 pada 9:20 pm #373049ekawulanhanPeserta
Wahh baru tau klau ada anak yg gak mau ngakui ibunya cuma karna masalah sepele gitu, sadis banget ya tu anakk
Aku juga sebagai anak pisah dari ibu 10 hari aja rasanya ud kangen berat lahh dia malah gk mau ngakui,, herann sama pemikirannya
-
6 Agustus 2017 pada 5:42 am #373106Cookies_kissPeserta
Wah kasian ya, trnyta dibalik keglamoutan yang kita lihat melekat pd artis menyimpan bnyak duka.
-
6 Agustus 2017 pada 5:56 am #373112AshyafdllhPeserta
CHEON SONG YI, JUN JI HYUN ???
Emang gak seharusnya ya buat menekan anak apalagu sampai eksploitasi kayak gitu, walau dilingkungan kerjanua nyaman belom tentu di lingkungan sosial terdekatnya dia juga bakal nyaman, hidup di dunia entertain itu gak mudah harus bersaing kalo nggak bakal dilupain, kadang aku sedih ngeliat artis yang pada di bully, emang dia punya salah apa? Apapun kegiatannya selalu diawasin gak bisa bebas kayak kekurung dalam sangkar emas?
-
10 Agustus 2017 pada 12:12 am #373482ChrisPeserta
Aku merinding yaaa bacanya.. Speechless ?
-
2 November 2017 pada 12:51 am #377210Chandravilashita EvanaPeserta
Duh somehow jadi sedih gitu liat anak-anak kecil jaman sekarang, bener-bener beda dengan dulu :’)
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.