Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Hiburan & Sharing › Forum Semua Cerita › kisah burung pipit, kerbau dan kucing
- This topic has 0 balasan, 1 suara, and was last updated 8 years, 5 months yang lalu by Anonim.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
31 Mei 2016 pada 11:49 am #59447AnonimNon-aktif
Kebaikan Tak Selalu Hadir dalam Wujud yang Indah
Alkisah ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, ia mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Ia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan-pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi. Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal.
Si burung pipit tak mampu berbuat apa-apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat. Dia merintih menyesali nasibnya.
Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau, dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya. Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut
Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si burung mengira lagi bahwa dia pasti akan mati tak bisa bernapas.
Namun perlahan-lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan pelan meleleh oleh hangatnya kotoran kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.
Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.
Namun apa yang terjadi kemudian…, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.
Apa yang kita lihat tampak lebih baik, belum tentu cocok buat kita. Baik buruknya penampilan sesuatu, jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran. Sesuatu yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, terkadang memberikan kita hikmah yang menyenangkan, demikian sebaliknya.
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.