Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Hiburan & Sharing › Catcall: musuh perempuan di jalanan
- This topic has 21 balasan, 22 suara, and was last updated 7 years, 9 months yang lalu by salsabilanurutami.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
8 Maret 2017 pada 5:16 pm #348444RositaAmalaniPeserta
Pernah mendengar istilah Catcalling?
Sebagian mungkin pernah dengar atau mengetahui tentang istilah ini. Bagi yang tidak tahu, paling tidak pernah mengalaminya disadari maupun tidak disadari. Hal ini sering terjadi, apalagi bagi kaum wanita. Catcall adalah bentuk kata kerja yang berarti ‘make a whistle, shout, or comment of a sexual nature to a woman passing by’. Ketika hal ini dilakukan oleh seseorang ke orang asing yang secara acak ditemuinya, maka tindakannya dikatakan sebagai catcalling.Dalam pendefinisian yang lebih mendalam, tindakan catcalling sebenarnya punya jangkauan dan jenis tindakan yang lebih luas. Tindakan-tindakan yang punya tendensi ke arah seksual baik secara implisit atau eksplisit seperti bersiul, berseru, memberikan komentar (yang sering disalahartikan sebagai pujian), atau menunjukkan gestur di depan publik yang bisa membuat orang (sebagai objek tindakannya) merasa tidak nyaman dapat dikatakan sebagai catcalling.
Umumnya, catcalling dialami oleh perempuan. Tapi, ada juga sih laki-laki dan transgender yang mengalami hal ini.
Berapa banyak di antara kamu yang masih sering menemukan fenomena catcalling sehari-harinya? Mungkin masih cukup banyak. Tampaknya tidak sulit menemukan hal semacam ini di sekitar kita.Celoteh spontan yang dilontarkan seseorang atau gerombolan orang kepada orang asing yang ditemuinya, memang telah menjadi penyakit sosial yang seringkali diabaikan. Bahkan tidak sedikit orang yang menganggap hal ini sebagai perilaku iseng belaka yang dikategorikan tidak menggangu dan tidak membahayakan. Padahal, kenyataannya tidak begitu.
Bentuk celetuk atau catcalling yang umum berupa, ‘Hai, cantik’, ‘Mau ke mana, Neng?’, ‘Jangan nunduk dong jalannya, Neng. Nanti kesandung’, ‘Mbak, mau kemana, Mbak? Dianter yuk sini’, ‘Berat ya belanjaannya? Sini Abang bawain’.
Ini sebenarnya sangatlah mengganggu, baik bagi mereka yang menjadi objek atas celetuk ini atau mereka yang tidak sengaja berada di dekat lokasi kejadian catcalling berlangsung.
Sebagai contoh misalnya seperti ini:
Saya seorang perempuan Indonesia, heteroseksual, cisgender, 26 tahun, lajang. Saat ini saya sedang bekerja sebagai dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di sebuah Puskesmas suatu kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Daerah ini termasuk kategori ST (Sangat Terpencil), tapi saya beruntung karena entah bagaimana sinyal internet di sini masih sanggup 3G.
Suatu malam, saya kehabisan lauk makan. Saya lalu memutuskan untuk pergi ke sebuah warung yang letaknya kurang lebih 20 meter dari rumah dinas untuk membeli mi instan. Saat itu belum terlalu larut, mungkin sekitar pukul 8 malam waktu setempat.
Secara umum, saya seorang introvert yang tidak pernah benar-benar merasa nyaman berada di ruang publik terbuka atau di antara orang asing. Saat berjalan di ruang publik, entah karena ke-introvert-an saya atau karena insting (yang menyedihkan) sebagai perempuan yang katanya jangan terlalu menarik perhatian agar aman, saya lebih sering memfokuskan pandangan pada ponsel, bintang di langit, aspal – apa pun selain bertatap muka dengan orang-orang.
Maka, berjalanlah saya. Sebenarnya jalannya cukup lebar, juga sudah beraspal. Tapi situasi jalan gelap, hanya ada penerangan dari lampu-lampu rumah warga yang agak jarang-jarang. Situasi di depan bisa dipantau, tapi bahaya menginjak tahi anjing di rerumputan tetap nyata.
Baru lima menit berjalan, dari seberang jalan – entah dari rumah yang mana atau gang yang mana, tidak kelihatan – terdengar suara-suara:
“Dok!”
“Dok! Dokter!”
“Hei, Dok!”
“Jangan malu-malu, dong, Dok!”
Saya tidak tahu suara-suara itu berasal dari remaja atau bapak-bapak atau malah opa-opa. Saya tidak tahu ada berapa orang.
Beberapa saat sebelum memutuskan keluar rumah, saya baru saja membaca artikel tentang street harrassment, yang ditulis oleh Hannah Al Rashid, aktris Indonesia blasteran Perancis-Bugis. Dia, seorang selebriti, menceritakan bagaimana ia dilecehkan secara seksual (Maaf) (dengan cara diremas payudaranya) di salah satu jalan kecil di Jakarta, dan bagaimana ia memutuskan melawan. Kejutan! Beberapa menit setelah membacanya, saya, seorang perempuan biasa yang socially awkward, langsung mengalaminya sendiri dalam bentuk catcalling, di salah satu desa kecil di ujung dunia.
Pelecehan terhadap perempuan bisa terjadi di mana saja, kapan saja, pada siapa saja. (https://putriwidisaraswati.wordpress.com/2015/11/29/catcalling-pelecehan-terhadap-perempuan/)
Bila kamu adalah perempuan dan pernah menjadi korban atas tindakan tidak menyenangkan ini, apa yang mungkin kamu rasakan? Risih? Kesal? Marah? Ya, tiga reaksi itu adalah bentuk reaksi yang wajar dirasakan perempuan manapun saat mengetahui dirinya adalah korban catcalling.
catcalling adalah suatu bentuk perendahan martabat dan pelanggaran terhadap ruang privat. Selain, tentu saja, pelecehan secara seksual (ingat, meskipun tidak tampak eksplisit) dan pelanggaran terhadap hak otoritas tubuh dari sudut pandang korban perempuan. Sesederhana apa pun bentuknya. Mengapa?
1. Pelaku catcalling merasa berhak untuk menilai, mengomentari, dan menjustifikasi penampilan serta tubuh sang korban sebagai obyek sesuai kepentingan dan seleranya, biasanya dalam konteks seksual (sesamar apa pun – seksual di sini saya artikan sebagai ketertarikan fisik).
2. Pelaku catcalling mendesakkan suatu bentuk perhatian yang tidak diinginkan, dan justru mengganggu, korbannya.
3. Pelaku catcalling memaksakan relasi yang tidak diinginkan dan tidak diterima korbannya (baca: merangsek masuk ke dalam wilayah privat korbannya) meski sang korban jelas-jelas menolak.
4. Pelaku catcalling biasanya memberikan respon negatif jika korban mengacuhkannya (kalau di Amerika, bahkan sampai ada yang bilang, “Hey, bitch, I’m talking to you!” atau “Hey, I said you’re beautiful! You should be grateful for that!”). Bagi saya, ini menunjukkan bahwa si pelaku merasa “lebih” dari korbannya.
5. belum termasuk kenyataan bahwa kelakuan ini pada dasarnya tidak sopan, norak, dan annoying.Namun yang paling umum dijumpai adalah karena sang korban punya rasa takut bahwa pelaku catcalling akan melakukan tindakan tidak menyenangkan secara lebih lanjut. Juga, karena sang korban bingung apa yang harus dilakukan untuk merespons catcalling itu sendiri. Nah, lalu apa sih yang sebenarnya bisa dilakukan perempuan sebagai korban untuk menghadapi catcalling?
Tapi, seberapa banyak sih dari kamu yang berani mengekspresikan ketidaksukaanmu dan menanggapi catcalling yang dilakukan oleh orang asing kepadamu? Pastilah tidak banyak. Alasannya tentu beragam.
Ada beberapa cara untuk menanggapi catcalling. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah memperkirakan situasi dan kondisi di sekitarmu saat tindakan catcalling ini berlangsung.
Apabila kamu mengalami hal semacam ini saat berjalan di malam hari dan di tempat yang pencahayaannya kurang, maka akan lebih baik bagimu untuk berjalan lebih cepat meninggalkan pelaku catcalling. Apalagi pelaku catcalling bergerombol, maka sebaiknya kamu sama sekali tidak berinteraksi dengan mereka.
Beranikan diri untuk melakukan kontak mata dengan pelaku. Banyak orang lebih memilih untuk diam dan berlalu begitu saja atas catcalling yang ditujukan kepada mereka. Padahal, jika mereka berani bertindak atau melakukan sesuatu, ini bisa membuat pelaku catcalling jera. Contohnya saja dengan membuat eye contact.
Menurut Holly Kearl, penulis buku Stop Street Harassment: Making Public Places Safe and Welcoming for Women, tindakan ini akan mengagetkan sang pelaku catcalling. Eye contact ini bisa membuat mereka memikirkan kembali apa yang baru saja dilakukannya atau dikatakannya kepada korban. Jika tidak dikagetkan seperti ini, para pelaku catcalling bisa saja menganggap tindakan mereka dianggap sebagai sesuatu yang tidak mengganggu.
Sebuah riset yang rilis pada 2015, menunjukkan bahwa 84 persen perempuan pernah menjadi korban catcall, dalam usia antara 11-17 tahun. Riset itu dilakukan lembaga anti-pelecehan seksual, Hollaback! yang dibantu Cornell University, dengan melibatkan 16.600 responden di 22 negara.
Selain itu, kamu juga bisa mengeluarkan suara tegas untuk menanggapi catcalling. Tentunya ini untuk menjawab jenis-jenis catcalling yang benar-benar mengganggumu.
Contohnya saja dengan mengeluarkan kalimat sederhana seperti, ‘Apa yang kamu bilang barusan?’ atau ‘Bisa tolong ulangi lagi, kamu barusan memanggil saya dengan sebutan apa?’. Jangan lupa sertakan kontak mata yang kuat ya.
Tapi kalau menurutmu celetuk pelaku sangatlah mengganggu dan tidak bisa kamu biarkan begitu saja, kamu bisa balik menyerangnya secara halus dengan memberikan komentar terhadap penampilannya.
Gunakan nada yang tegas. Namun, hindari kata-kata kasar yang bisa menyulut amarah dan membuat pelaku melakukan tindakan yang lebih mengganggu atau bahkan kekerasan. Melakukan ini akan membuat mereka terintimidasi dan tahu apa rasanya berada di posisi korban catcalling.
Jika kamu kurang nyaman untuk menyerang pelaku balik, kamu bisa melakukan cara lain seperti mengambil fotonya. Hal ini hanya jika situasi di sekitarmu relatif aman dan cukup banyak orang berlalu-lalang.
Memberanikan diri mengambil foto pelaku yang melakukan catcalling akan membuat mereka panik. Besok-besok mereka akan mengingat hal ini dan menjadikannya pertimbangan sebelum melakukan catcalling.
Nah, sekarang kamu sudah tahu beberapa cara menanggapi catcalling. Tapi, bagaimana kalau kamu melihat orang lain yang justru mendapatkan perlakukan ini? Adakah yang bisa kamu lakukan? Tentu ada!
Kamu bisa menegur pelaku dengan tegas tapi tetap sopan. Misalnya saja dengan mengatakan, ‘Barusan tadi nggak sopan, Mas’ kepada pelaku catcalling. Lalu, tunjukan gerakan tubuh seolah mengajak korban untuk segera pergi menjauh atau berjalan cepat menghindari pelaku tersebut.
Menghukum para penggoda
Pelaku kadang berdalih bahwa catcall adalah bentuk pujian terhadap perempuan.
Lembaga negara independen untuk penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia, Komnas Perempuan, punya pandangan berbeda. Mereka menggolongkan aktivitas macam catcall sebagai “Pelecehan Seksual” yang termasuk dalam 15 bentuk kekerasan seksual.
“Tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban,” demikian definisi pelecehan seksual dari Komnas Perempuan.
Mereka juga memerinci aktivitas yang termasuk pelecehan seksual itu, seperti: siulan, main mata, ucapan bernuansa seksual, hingga gerakan atau isyarat. Aktivitas macam itu bisa menjadi kesalahan bila mengakibatkan seorang perempuan menjadi tidak nyaman, tersinggung, direndahkan martabatnya, terganggu kesehatannya, hingga merasa terancam.
Direktur LBH APIK, Ratna Batara Munti juga pernah menerangkan hal senada dalam artikelnya “Kekerasan Seksual: Mitos dan Realitas” di Hukum Online (23 April 2001).
“Bisa jadi perbuatan seperti siulan, kata-kata, komentar yang menurut budaya atau sopan santun (rasa susila) setempat adalah wajar. Namun, bila itu tidak dikehendaki oleh si penerima perbuatan tersebut, maka perbuatan itu bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual,” tulis Ratna.
Merujuk argumen itu, satu artikel Klinik Hukum Online, menyatakan bahwa pelaku pelecehan seksual bisa dijerat dengan pasal-pasal pencabulan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pasal 289 – 296.
Satu praktik menarik soal penanganan catcall bisa dilihat di Nottingham, Inggris. Kepolisian Nottingham telah menambahkan kejahatan berdasar misoginis (pandangan merendahkan perempuan) dalam daftar kategori hate crime (kejahatan berdasarkan kebencian).
Definisi misoginis itu bahkan lebih luas dari sekadar catcall. Di Nottingham, seseorang juga tidak diperbolehkan mengambil foto perempuan tanpa persetujuan. Bahkan ada pula larangan untuk mengirim pesan pendek yang tidak diinginkan atau tanpa izin.
Ladies, Happy Woman’s day :LARIDEMIHIDUP
Sumber :
https://beritagar.id/artikel/berita/catcall-musuh-perempuan-di-jalanan
https://putriwidisaraswati.wordpress.com/
-
8 Maret 2017 pada 6:46 pm #348447arianee28Peserta
wah baru tahu kalo yg begini disebut cat calling :LARIDEMIHIDUP
gak pernah merespon sih yang penting gak menggangu jd dilewatin aja
makasih infonya :sopan
-
9 Maret 2017 pada 12:45 am #348462feroleePeserta
Perilaku iseng yg disebut catcall ini suka bermunculan di kota2 besar seperti Jakarta. Ane beberapa kali ngalamin hal tersebut, bahkan ngga hanya catcall aja tp ada yg sampai parah seperti scr sengaja mencolek ataupun menyentuh bagian pribadi atau juga pernah sekali ngalamin ketemu orang eksibisionis di kereta komuter jadul/nonAC (sumpah kl yg ini pelakunya pengen banget ane hajar waktu itu krn bikin emosi ?).
Reaksi ane adalah kl hanya iseng manggil2 sih pasti ane cuekin, tapi kl sampai mengganggu/melewati batas kesabaran bakal ane lawan balik, entah itu mengeluarkan makian/sumpah serapah atau kalo lagi emosi suka ane ajak ribut (kondisinya waktu itu lagi banyak orang lalu lalang jd kemungkinan kl pelakunya macem2 bakal dikeroyok orang banyak). :DOR!
Intinya selalu waspada sama perilaku tercela tersebut dimana pun kalian berada ya :owldadah
-
9 Maret 2017 pada 8:39 am #348493munshikaPeserta
biasanya saya ga peduliin kalo udah mulai goda2 dan siul2 ga jelas, tapi kalo sudah keterlaluan berisiknya ya saya pelototin aja. biasanya sih ampuh kalo dengan cara itu.
untuk menegur mungkin saya akan melihat situasi dulu, kalo wajah2 para catcall ini masih bisa diajak “ramah-ramahan” ya saya tegur tapi kalo tidak ya saya tinggal dan abaikan saja, anggep anjing yg lagi gonggong (maaf).kalo untuk memotret para catcall ini saya masih belum berani karena saya takut mereka malah tambah agresif dan tidak terima sehingga malah akan berujung jadi perkelahian dan pemukulan.
yah, mungkin untuk menghindari catcall kita sebagai wanita harus bisa menjaga diri mungkin dimulai dr pakai pakaian yg sopan dan tidak “mengundang”. jika ingin keluar pd malam hari sebaiknya ditemani oleh org lain.
-
9 Maret 2017 pada 8:43 am #348494alvinabbPeserta
Aku pernah ngalamin itu .. dan rasanya kesel aja kesan nya norak :CURIGAH godain cewek dijalanan
-
9 Maret 2017 pada 9:06 am #348504Dia_snowwhitePeserta
Sebelumnya aku gak tahu, kalo perilaku seperti ini termasuk ke dalam tindakan pelecehan juga, terima kasih banyak atas pencerahannya ya. Aku pernah beberapa kali mengalami hal seperti ini, bisa di katakan cukup sering malah. Ada yang seperti menyapa semisal, hai… halo… atau juga salam (Assalamualaikum) kalo untuk yg salam selalu ku balas karena itu wajib hukumnya bagi yang muslim dan aku tidak merasa terganggu. Tapi kalau untuk kalimat2 lainnya membuatku risih, terganggu, dan tidak nyaman biasanya aku akan langsung menghindar, menjauh secepat mungkin dan alhamdulillah selamat gak kenapa-napa, cuman aku juga pernah mengalami yg paling ekstrim itu dipaksa diajak salaman, untungnya waktu itu keadaan sekitar agak ramai dan aku langsung kabur.
-
9 Maret 2017 pada 10:08 am #348513nrlhidayahhPeserta
Aku baru tau ttg catcall serem juga ya.. aku aja yg digangguin pake kata2 aja udh risih sekali. Yaallah amit2 jgn smp dipegang2..
Makasih ka ros infonya
-
9 Maret 2017 pada 11:11 am #348530fitriartemisiaPeserta
dulu digodainnya macem suittt suiiittt gitu lah..
sekarang waktu pake jilbab (entah mendingan atau enggak, aku gak ngerti) masih digodain , tapi berubah, macem assalamualaikum kakak, gitu-gitu dah..
emang ngeri sih , aku pun tipikal yg gak suka disorot orang banyak, gak nyaman jadi pusat perhatian, pas diginiin pasti gak nyaman banget.
manusia gak ada kerjaan macem itu pasti ada aja dimanapun..dikawasan kantor juga banyak lho
-
9 Maret 2017 pada 1:26 pm #348553betalingPeserta
aku sih pernah alami cat calling,,, di siul2in ,klo leawat di tanya ‘mau kemana neng?’ ,sampe ada yg senggol2 tangan sampe beberapa kali kan arti nya ga wajar?padahal aku dah dngan sengja menjauh eh malah orang nya sengaja dekat2 lagi…ckckckck
klo yg hanya siul2 sama yg panggil2 sih aku cuekin aja, tapi klo yg senggol2 ,aku biasa nya langsung ngomong dengan tegas ke orng nya ‘klo mau selamat mending ga usah ganggu2 deh,mau aku teriakin situ cowok mesum biar di pukulin orang bnyak? ‘ abis tuh cow nya malah lari terbirit2 wkwkwkwk syukurin…. tapi untung lah yg di senggol2 hanya tangan,,,ga sampe ke hal2 yg pribadi hehehe
makasih banget kak ros atas info2 nya yg sangat berguna ini,,, sangat membantu para wanita agar lebih hati2 ketika berada di khalayak umum. :MAWARR :MAWARR
-
9 Maret 2017 pada 2:21 pm #348560farahzamani5Peserta
Aihhhh serem ya ka ros
Alhamdulillah jarang digtuin coz muka aq kan jutek bngt ni, mungkin pda takut kli ya liat aq hihi, tp klo disiul2in atau digoda2in gtu ya aq cuekin aja sambil mata aq ngelirik tajam setajam golok ke orang2 itu, langsung dah pda diem hihi
Mksh infonya ka ros -
9 Maret 2017 pada 2:38 pm #348562mymi5566Peserta
Baru tau namanya catcalling..
Klo Aku biasanya diam aj sambil jalan cepet baik kejadiannya siang maupun malam..
Merasa sangat terganggu sebenarnya, tapi yah males ngeladeninnya, yg ada nanti tambah parah digangguinnya..
-
9 Maret 2017 pada 2:43 pm #348563hazelleenPeserta
pernah alamin, tapi baru tau istilahnya catcalling. kaya manggil kucing gitu huehehee biasanya kucuekin klo ketemu yg gituan dan anggap angin lalu.
-
9 Maret 2017 pada 3:06 pm #348564nikenprabaretnaPeserta
Aq baru tau ni bisa disebut sebagai pelecehan, sering sih ngalamin tapi aq cuekin ja ,klo ditanggapi makin kurang ajar ja :LARIDEMIHIDUP
-
11 Maret 2017 pada 10:01 pm #348772acisammyPeserta
Tks Kak Ros buat infonya,, aku berapa kali aduh gak keitung deh disiulin, di panggil2 sampe yg paling serem disamperin ma tu cowo b******k, akhirnya aku jengah trus ngelawan kan eh yg malahan tangan aku ditarik2 gitu,,, makanya skr klo terpaksa jalan sendiri slalu pake masker trus pake jaket yg panjangnya sepaha nutupin lekuk tubuh……..intinya ga narik perhatian deh
-
13 Maret 2017 pada 6:07 pm #348874freebewulanPeserta
q sering jadi korban yg paling parah juga pernah untung gak kepegang tuh anggota badan :LARIDEMIHIDUP
-
14 Maret 2017 pada 1:53 pm #348944LeeyulchanPeserta
Haaaha digituin tuh antara malu, salting sama ngga enak bangetttt
-
19 Maret 2017 pada 8:06 am #349369DzalzhanfPeserta
Wah, makasih infonya kak ros.
Alhamdulillah, aku gak pernah di gituin sma orng, tpi sering bnget ngeliat. Dan aku gk ngapa²in? krna gapengen ikut campur. Mksih sekali lagi infonya ya kak, lain kali aku bakal negur orng² yg gangguin orng lain dan antisipasi klo suatu saat aku di gituin sma orng. :YUHUIII
-
19 Maret 2017 pada 8:24 am #349372ekawulanhanPeserta
Beberapa kali sihh ngalamin gitu, rasanya kesel banget, tapi aku gk pernah ngerespon sihh dan biasanya untuk ngehindari gitu aku klau keluar malam untuk ngerjain tugas atau mau nyari makan, klau keluarnya sendiri biasanya aku pake hoodie gitu jadi kan keliatan kyk cowo jadi gk ada yg gangguin di jalan, hehe
-
19 Maret 2017 pada 8:32 am #349373Sakura156Peserta
Pernah alamin catcall juga. Rasanya tuh mengganggu banget. Biasanya kalo udah di panggil2 gitu, aku cuekin aja. Jalan cepat, jangan noleh, pokoknya dicuekin aja
-
19 Maret 2017 pada 11:01 am #349376septienrianaPeserta
Oh jadi itu namanya catcall ya
Dulu sering banget ngalami kayak gini.. apalagi pas jaman masih sekolah
Tapi cuekin aja deh.. meskipun ngeselin juga tapi gak ada gunanya ditanggepin
-
20 Maret 2017 pada 10:50 am #349472orpanovitaPeserta
aku pernah di cegat cowok yg lagi pada nongkrong di gardu perumahan, aku cuma lirik sambil jalan trus di lempar batu dari belakang :MARAHNANGIS untung gak kena. mulai dari situ aku gk mau lagi pulang lewat situ :KETAWAJAHADD
thanks infonya :YUHUIII
-
23 Maret 2017 pada 11:14 am #349618salsabilanurutamiPeserta
kalo kaya gini sih biasanya cepetin jalannya, ga nengok kanan kiri lurus aja jalanya malah lebih sering nunduk jalannya , dan emang ngebuat risih ya.
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.