Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Hiburan & Sharing › Forum Semua Cerita › BU, CALON ISTRIKU GAK BISA MASAK
- This topic has 17 balasan, 18 suara, and was last updated 8 years, 5 months yang lalu by carijodoh.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
10 Juni 2016 pada 11:10 am #72039kagita1Moderator
Dear, future husband….
***
Di Subuh yang dingin, kudapati ibu sudah sibuk memasak di dapur.
“Ibu masak apa? Bisa ku bantu?”
“Ini masak gurame goreng sama sambal tomat kesukaan Bapak,” sahutnya.
“Alhamdulillah…mantap pasti. Eh, Bu, calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh…”
“Iya, terus kenapa?” sahut Ibu.
“Ya…tidak kenapa-kenapa sih, Bu. Hanya cerita saja biar Ibu tak kecewa. Hehehe.”
“Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban wanita?”
Aku menatap Ibu dengan tak paham.
Lalu, beliau melanjutkan, “Ketahuilah, Nak, itu semua adalah kewajiban lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sudah beristri,” katanya sambil menyentil hidungku.
“Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?” Aku masih tak paham juga.
“Kewajiban istri adalah taat dan mencari ridho suami,” kata Ibu.
“Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud istri yang mencari ridho suaminya”
“Saya makin bingung, Bu.”
“Baik, Anandaku Sayang. Ini ilmu buat kamu yang mau menikah.”
Beliau berbalik menatap mataku.
“Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa? Bukankah kewajiban lelaki untuk menafkahi istri? Baik itu sandang, pangan, dan papan?” tanya Ibu.
“Iya. Tentu saja Bu..”
“Pakaian yang bersih adalah nafkah, sehingga mencuci adalah kewajiban suami. Makanan adalah nafkah. Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah karena belum bisa di makan, sehingga memasak adalah kewajiban suami. Lalu, menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban suami, sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban suami.”
Mataku membelalak mendengar uraian bundaku yang cerdas dan kebanggaanku ini.
“Waaaaah, sampai segitunya, Bu? Lalu, jika itu semua kewajiban suami, kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekali pun?”
“Karena Ibu juga seorang istri yang mencari ridho dari suaminya. Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena Ibu mencintai Ayahmu. Mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya. Jika Ayahmu berpunya, mungkin pembantu bisa jadi solusi. Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu.”
Aku hanya diam terpesona.
“Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam menumbuk tepung? Tapi Nabi tidak memberinya. Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya? Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam-macam yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri.”
“Iya, Buu…” Aku mulai paham,
“Jadi, laki-laki selama ini salah sangka ya, Bu? Seharusnya, setiap lelaki berterima kasih pada istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah istri.”
Ibuku tersenyum.
“Eh. Pertanyaanku lagi, Bu. Kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?”
“Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak. Istri menuntut suami atau sebaliknya. Tapi, banyak hal lain. Menurunkan ego. Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah. Kerja sama. Kasih sayang. Cinta. Dan Persahabatan. Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain. Yang wanita sebaik mungkin membantu suaminya. Yang lelaki sebaik mungkin membantu istrinya. Toh impiannya rumah tangga sampai Surga”
“Masya Allah. Eeh, kalo calon istriku tahu hal ini, lalu dia jadi malas ngapa-ngapain, gimana Bu?”
“Wanita beragama yang baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan suaminya, sehingga tidak mungkin setega itu. Sedang, lelaki beragama yang baik tentu juga tahu bahwa istrinya telah banyak membantu, sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya.”
***
Jadi, apa selama ini kita salah persepsi? :MIKIR
-
10 Juni 2016 pada 11:17 am #72049AlicePeserta
Tergantung sudut pandangan masing2..Thor. :ASIA
-
10 Juni 2016 pada 11:19 am #72052MichikaLeePeserta
Chika dulu pernah baca tentang artikel ini dan sempat dibuat bingung juga :MIKIR intinya sih… tergantung invidu masing-masing , tapi yang pasti keridhoan itu yang dicari bukan ? hmm..
wallahua’lam :ASIA :ASIA
-
10 Juni 2016 pada 11:42 am #72086yoonnee88Peserta
ternyata slama ini saya salah persepsi, mengurus / mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu untuk mencari keridhaan suami , rasa sayang kepada suami :AZHURAKAHN :AZHURAKAHN
-
10 Juni 2016 pada 11:52 am #72089AsadeaPeserta
Guruku agama juga pernah bilang kok, sebenernya tugas wanita cuman mendidik anaknya. Sisanya seharusnya dilakukan suami. Guruku sendiri bilang kalo dia msh belum bisa melakukan itu :ASIA
-
10 Juni 2016 pada 12:03 pm #72101choniAhshofaPeserta
Cho juga pernah baca artikel ini, waktu itu juga kaget banget, tapi artikel diatas juga ada benarnya,,,
Surga seorang wanita setelah menikah adalah suami, jadi jika seorang wanita yang melakukan pekerjaan rumah, termasuk mendidik anak adalah baktinya kepada sang suami untuk menggapai surganya!
-
10 Juni 2016 pada 1:46 pm #72194ImsiimsPeserta
Kalo saya, disuruh harus bisa ngelakuin apa yg semestinya seorang istri lakuin saat udh berumah tangga. Tp, eh itu tugas lelaki, tp kebanyakan yg saya tau hal itu dilakuin oleh seorang istri n suami mencari nafkah buat menghidupi kebutuhan rumah tangga. :MIKIR
-
10 Juni 2016 pada 2:40 pm #72264nurullchanPeserta
Ternyata begitu :JENDAKIRA
Aku kira selama ini itu adalah kewajiban wanita,ternyata sebaliknya, tetapi kita sbg wanita yg ingin memperoleh keridhoan sebisa mungkin meringankan kan kewajiban suami :ASIA
-
10 Juni 2016 pada 2:47 pm #72273Novnov16Peserta
Hemmmm ternyata begitu..
Semuanya tergandung individu masing – masing :AYO
Terima kasih udah share kakgit :AIKO
-
10 Juni 2016 pada 3:00 pm #72286lanasalwaPeserta
jadi kita melakukan semuanya karena mencari ridho suami yaa :) hmm
-
10 Juni 2016 pada 5:13 pm #72375KIRANIA98Peserta
sudut pandang orang berbeda beda,tergantung bagaimana kita menyikapinya aja
-
10 Juni 2016 pada 5:46 pm #72383cybermoonPeserta
Tapi kalo pihak laki2 yang baca ini, gimana kira2 tanggapan mereka ya?
-
10 Juni 2016 pada 6:24 pm #72407AnonimNon-aktif
Ini dulu pernah di bahas di pengajian di tempat ku dulu. Kalo sbnrnya pekerjaan rmh tangga itu bukan kewajiban istri. Tapi yah balik lagi, masak iya kita tega lihat suami banting tulang kita nya cm drmh g ngapa2in cm ngurus ank aj. Kan suami jg pgn dibuatin makan sm kita :ASIA
Lagian jaman sekarang cari prmbantu yg bnr2 jujur n mau kerja tuh susah. Udah bayar mahal2 ke jasa pembantu eh orangnya cm kerja 1 bulan trz g balik. Trz ke jasa pembantu lagi gitu lagi :OMG
Lagian melayani suami tuh pahala kok :ASIA
-
10 Juni 2016 pada 6:45 pm #72429nikenprabaretnaPeserta
Udah tau kok,semua itu kewajiban suami dan tergantung pd diri sendiri mau meringankan beban suami atau enggak
-
10 Juni 2016 pada 8:50 pm #72507yanayulianti6Peserta
hebatttt saya ga kepikiran kesitu mba tadinya, saya selalu menira itu adalah kewajiban istri… ternyata kewajiban istri hanya taat dan mengharap ridho suami dalam segala hal. pelajaran yang sangat berarti mba. terima kasih atas ilmu yang telah diberi :AYO :AYO
-
11 Juni 2016 pada 4:42 am #72696Lian-LyanPeserta
Bahasan yang sedang trending topic belakangan ini, mencounter missunderstanding soal hak & kewajiban pasutri. Karena beberapa suami masih enggan dan menganggap pekerjaan RT adalah pekerjaan wanita (istri) jd di benaknya melakukan hal-hal teknis kerumahtanggan akan menurunkan kewibawaan dan imej kelelakiannya.
Bagus sebagai bahan renungan para pasutri.
-
11 Juni 2016 pada 4:46 am #72698Praptini nuraniPeserta
:AIKO :ARMENIA
-
11 Juni 2016 pada 5:23 am #72725carijodohPeserta
Tugas utama seorang istri adalah patuh terhadap suaminya, patuhnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam, tergantung bagaimana keinginan suami.
memasak, mencuci, dll memang bukan Tugas utama wanita. malah SUAMI adalah yang wajib menyediakan sandang pangan papan bagi istrinya, yang perlu dicatat adalah ketiga hal tersebut jika hanya diberikan bahan mentahnya, misal pangan: jika hanya diberikan sejumlah uang untuk membeli bahan pangan kepada istri, maka Suami hanya menjalankan Setengah tanggung jawabnya, yaitu menyediakan uang, sedangkan untuk bisa dikonsumsi hal tersebut harus diolah dulu. agar suami bisa sepenuhnya menjalankan tanggung jawabnya maka menyediakan pangan yang sudah siap di konsumsi oleh sang istri, itu baru yang namanya disebut dengan Tanggung jawab penuh.
tapi kan dalam rumah tangga, disarankan berbagi Tugas untuk urusan tersebut, saling membantu dalam rumah tangga. (ini cj ngomongin apa sih? kwkww)
hihihi ini bermanfaat, terimakasih sharingnya~
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.