Kamu, Sang Bagian Mimpi

  “Apa kabar?” katamu begitu Dengan wajah semenjengkelkan dulu Dengan senyum menjengkelkan seperti beberapa tahun lalu Dasar pengganggu!   Hening di tengah keramaian, Bukan kita jika tak begitu Seolah setiap kata berbaur dengan angin Seolah saling memahami meski nyatanya ambigu Sepenglihatanku.. kamu yang duduk di sampingku tetap kamu, Tidak berubah dan masih sama seperti dulu …

Penerimaan

  Seperti langit hitam yang menahan pedih, Daun tua yang tergugurkan angin, Tepian pantai yang disinggahi lalu ditinggal pergi, Ingin marah mencaci Itu mungkin saja pasti Namun tetap diam tak berontak Lalu, benarkah memendam adalah hal yang bijak? Teruntuk kamu, Yang telah berdamai dengan luka Seseorang yang telah tabah menghapus airmata, Yang masih memupuk harapan …

Kosong

  Ketika kekosongan adalah kekejaman, Tak ada yang lebih menakutkan dari sepi Membayangkan wajahmu bagaikan siksa Mengingatmu bagaikan neraka dunia dan kamu adalah racun dalam aliran darahku ketika aku merindu Lalu, mengapa aku semakin jatuh cinta dengan rasa sakit itu? -Rhea.S.Pradana