Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 10

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

BAB 10

PERTARUNGAN

 

BOOM …

Kaca-kaca jendela pecah, lima agen Paladine menerobos masuk, menembak para ksatria tanpa henti. Dari pintu masuk sepuluh agen mendekat. Priam melesat maju, menghindari tembakan. Dia mengacungkan pistolnya sendiri, menembak seorang agen tepat dikepalanya. Erinyes bersenandung puas. Adrenalinnya terlalu tinggi untuk bisa berhenti.
Zale menghabisi tiga agen yang masuk melewati jendela, sebutir pelur menembus bahunya, dia menggeram lalu menancapkan sebuah belati tepat di jantung agen ke empat.
“Iblis sialan” teriak seorang perempuan mungil, baju putihnya terkena percikan darah. Sekuat tenaga perempuan itu menyerang Zale meskipun hal itu sia-sia. Zale terpesona dengan rambut merah batanya tetapi Stxy meraung marah dipikiriannya. Zale tersentak ketika lengannya ditikam. Zale menatap kejam kearah perempuan mungil itu, napas perempuan itu tersengal, keringat membasahi tubuhnya menampakan dalaman hitam yang menggoda. Zale mencekiknya menariknya mendekat. Ada pancaran kebencian dari mata hijau perempuan itu. Stxy kembali berteriak marah “pengkhianat” menampilkan kilasan mimpi buruk zale yang telah lama dirinya lupakan.

Argghhhh…

Zale jatuh kelantai, melepas genggamannya dari perempuan itu. Kedua tangannya memegang kepala.

***

Eowyn menghirup udara rakus sambil terbatuk, lehernya hampir remuk. Dirinya terlentang dilantai yang dipenuhi serpihan kaca, pergelangan kirinya sakit lagi. Seakan ada orang mengiris tepat disana. Dia merayap kearah belati yang tertancap ditubuh Jake, temannya. Pria itu baik dan murah senyum. Tangan Eowyn gemetaran. iblis yang mencekiknya tadi masih mengeliat kesakitan dihadapannya, bau belerang tercium jelas. Sambil bertumpu dengan kedua lututnya dia melompat maju tetapi iblis itu menghindar, lengannya ditarik hingga tubuhnya terbanting dilantai marmer dengan kuat.
Mata iblis itu semerah darah, bibirnya hitam pekat menyunggingkan senyuman keji “kau mengkhianatiku lagi, Tinuviel” rasa panik menyerang Eowyn ketika iblis dihadapannya mengarahkan belati kearah pergelangan kirinya. Dia tidak bisa bergerak seinchipun, tubuhnya dikunci dengan kuat. “mungkin ini bisa mengingatkanmu”. Eowyn menggelengkan kepala ketakutan, ya tuhan jangan disana permukaan lengan kulit eowyn masih terasa terbakar.
Sreeettt..

belati dingin menembus kulit Eowyn cepat lalu ditarik memanjang kearah sikunya. Dirinya meronta kesakitan, darah segar merembes keluar dari luka yang terbuka.
“Ya, seperti itu” bisik sang iblis ditelinganya, “aku suka mendengar jeritan kesakitanmu” jarak mereka sangat dekat. Senyum liciknya membuat Eowyn muak tetapi dirinya tidak berdaya.
Perlahan matanya tertutup tidak mampu mempertahankan kesadarannya.

***

Rivan memukul menendang seorang agen hingga membentur dinding, lalu tangannya menangkap tenggorokan agen lain. Menyayatnya hingga tidak bernyawa.
Wusss..

tiga tembakan mengenai livernya, tubuh rivan berdarah tetapi dirinya tidak memperlambat serangannya. Tubuh para ksatria immortal bisa pulih dengan cepat tetapi kehilangan banyak darah akan melemahkan mereka. dua korban jatuh.
Estel berlari keluar kastil, dua agen telah menunggunya disana. Menembaknya dengan jarak yang bergitu dekat. Dua peluru menembus bahu kanan serta kakinya. Estel memotong senjata api dengan sekali tebasan, dirinya tidak ingin membunuh manusia. Para mortal tidak mengerti, mereka hanya dimanfaatkan.
Dia menarik kerah baju seorang pria kasar “siapa pemimpin kalian” salah satu agen mencoba menikamnya dengan lincah Estel menendang tekuk pria itu hingga tersungkur “katakan” bentak Estel.
Pria itu gemetaran, wajahnya pucat basi “A Arvedui” jawabnya terbata-bata.
“Jangan memberitahu iblis itu brengsek”. Seorang pria tinggi menerjang Estel hingga mereka terguling di lantai. Folcwine membenturkan kepala Estel ke lantai batu dengan keras. Dua lainnya mencoba mengikat kaki estel. Sebuah jarum suntik menancap di bahunya kuat.
Estel menyikut pria kekar diatasnya kuat hingga pria itu tersungkur. Dua lainnya ditendang. Mortal kapan mereka akan pahan bahwa kekuatan mereka tidak sebanding dengan para immortal.
Terengah-engah, terhuyung Estel berusaha berdiri. Folcwine mengusap bibirnya bersiap untuk menyerang. Sebuah letusan menggema, peluru berdesing menyengat perut Estel, sebelum lawannya kembali menembak Estel maju menutup jarak antara, meninju perut Folcwine hingga pria itu terjatuh dengan keras ke lantai. Estel menyingkirkan senjatanya
“aku bukan iblis,mortal. sebaiknya kau bicara sebelum aku sendiri yang akan membuatmu bicara” Estel menginjak leher pria itu kuat.
Pria itu tersenyum mengejek “kau bahkan sudah tidak punya kekuatan lagi iblis” pria itu menikam kaki kiri Estel.
Argghhh … ringis Estel, pria itu bergegas berdiri menghindari serangan balik Estel. Kekuatannya telah terkuras habis. Kepalanya pusing dan otot-ototnya kaku hingga dirinya tidak mampu bergerak. Obat bius telah bekerja. Folcwine menyeringai puas.
“Estel” panggi Priam panik ketika melihat wanita itu mulai kehilangan kesadaran, Priam melompat kearah estel memeluknya erat. Menggunakan tubuhnya sebagai tameng.

Dor dor …

Rivan berteleportasi dan terus menembak kearah para agen Paladine. Banyak tubuh jatuh tanpa nyawa. Folcwine berdecak lalu berlari ke luar kastil menyelamatkan diri.
Estel berkedip hingga matanya melihat dengan jelas loki, berdiri diatas atap kastil santai. Loki menyeringai “sekarang kesenangan yang sebenarnya dimulai” suaranya sarat akan kepuasan yang memuakkan.
Dengan sisa kekuatannya Estel melempar pedangnya tepat kearah Loki, keistimewaan pedang Estel adalah bisa menjangkai lawannya meskipun dari jarak jauh. Estel tidak tahu apakah loki terluka atau tidak dirinya sudah kehilangan kesadaran.

***

Wanita itu berdarah, bajunya digenangi darah segar Priam menatap syok, Erinyes merintih sedih. Priam masih merasakan hembusan nafas lemah estel. Dirinya dibanjiri kelagaan.
Zale keluar menggendong seorang wanita pingsan berambut merah. Wajahnya kaku dan dingin. “sebaiknya kita pergi sebelum Paladine kembali, aku mendengar helikopter mendekat” Rivan menatap wanita mungil di gendongan Zale curiga. Ksatria itu berdarah, kelelahan dan marah. Rivan bisa melihat amarah dimata ksatria itu. “aku akan mengurus tawanan kita” mata Zale menulusuri wajah mungil dipelukkannya. Rivan hanya menghela nafas pasrah. Kenapa akhir-akhir ini banyak wanita terlibat dikehidupan mereka. Demi zeus dirinya terus berdoa agar tidak ada wanita yang dikirim dikehidupannya. Hidupnya sudah cukup rumit dan wanita tidak ada didaftarnya.

 

 

 

Akhirnya ngepost juga ?? ..

Siapa yah eowyn ? …

ryindini

i love reading

9 Komentar

  1. Linda Sunarti menulis:

    :gulungguling

  2. ?

  3. Mungkin masa lalu zale

  4. :DOR! :DOR!

  5. nandyguest704 menulis:

    :inlovebabe

  6. ahmada rana menulis:

    :NYAMAN :ELUSELUS

  7. :sangatterpesona

  8. Terpesona :berikamiadegankiss!