Ruka begitu terkejut dengan apa dilihatnya, tak mengira akan melihat sosok gadis itu. Gadis yang bukannya bersikap histeris dengannya tetapi malah membantunya menyembunyikan diri dari kejaran penggemar. Tapi, bukankah dia bilang tidak mengidolakan dirinya? Atau mungkin matanya keliru tadi?
“tolong mundurkan mobilnya sebentar!” Ujar Ruka pada supir. Ia ingin memastikannya.
“Hah! Di luar sudah penuh dengan penggemar. Kau mau apa Ruka?” Seru Callisto.
“Ada yang ingin kupastikan.”
Callisto mendesah, lalu memberi isyarat kecil pada supir mereka, akhirnya mobil yang hampir masuk ke tempat parkir vip sedikit mundur perlahan. Dari balik jendela hitam Ruka bisa mengamati kerumunan di luar. Tapi… nihil. Gadis itu tidak ada. Hanya lautan fans yang hampir memenuhi pelataran. Apa dia tadi berhalusinasi?
“Kau mencari siapa?” Callisto penasaran.
“Bukan apa-apa” gumam Ruka kecewa. Mungkin, dia memang salah mengenali orang. Tidak mungkin gadis yang menolak mentah-mentah berfoto dengannya ,datang ke acara seperti ini.
***
Acara akan dimulai satu jam lagi ,tetapi Cessy yang bersemangat menyeretnya pergi lebih awal. Dan disinilah mereka sekarang di loby gedung menunggu aula dibuka. Menunggu bersama lainnya , bisa dibayangkan bagaimana hebohnya jika sesama penggemar berkumpul. Glorya memandangi sekeliling hampir dari mereka memakai pernak pernik yang berkaitan dengan sang bintang. Entah kaos bergambar ,bandana ,lightstick, dan banner.
Sementara itu, Glorya berdiri canggung di dekat dinding. Dia bukan introvet, dia suka pergi jalan -jalan keluar tapi ia merasa seperti biarawati yang salah tempat. Beberapa gadis menatapnya sekilas, mungkin heran ,karena ia tidak mengenakan atribut apa-apa. Bahkan pakaian Glorya terlalu biasa. Celana panjang dan atasan kaos dipadu cardigan lengan panjang oversize. Lebih baik dia dirumah menyelesaikan dress pesanan orang.
Menurut perkiraannya,acara ini tidak lebih dari sekedar berbaris antri bersalaman,dapat tanda tangan lalu selesai. Tapi Cessy baru menginformasikan bahwa acara berlangsung satu setengah jam, akan ada konser kecil ,lalu sesi tanya jawab. Dan segala euforia lain yang bisa membuat Glorya pusing duluan.
Begitu pintu aula di buka dan antrean masuk di mulai.
“Cess, kau masuk duluan, aku butuh ke toilet sebentar “bisik Glorya.
“Butuh ku temani?” Tawar Cessy dan Glorya menggeleng sebagai jawaban.”hati -hati oke,”
Glorya berjalan pelan menyusuri dinding loby. Mengikuti arah petunjuk menuju toilet yang ternyata lumayan jauh. Sedikit menyesal karena tidak membawa rollatornya agar bisa berjalan lebih cepat. Benda itu tertinggal di mobil.
Untung saja toilet sedang sepi. Glorya tidak membutuhkan waktu lama menyelesaikan urusannya. Dia menyeka sedikit keringat di pelipis.
Gedung ini begitu luas. Suara langkahnya sendiri menggema menyusuri koridor panjang yang menghubungkan ke berbagai ruangan. Dalam perjalanan kembali, matanya tertumbuk pada sebuah taman kecil tersembunyi di antara belokan lorong, dikelilingi dinding kaca dan pintu geser. Di tengahnya, ada kolam dangkal berisi koi berwarna jingga dan putih yang berenang lincah di bawah pancuran mungil.
Glorya berhenti. Hatinya sedikit tergelitik untuk melihat -lihat. Ia melangkah pelan, lalu membungkuk menatap gerakan lembut para ikan yang memutari air. Kedamaian sejenak merayapi dadanya.
Namun ketenangan itu tidak bertahan lama.
Ketika telinganya menangkap suara dari lorong sebelah. Mengira itu petugas gedung dan dia mungkin akan ditegur karena berkeliaran tanpa izin. Glorya berdiri , segera keluar dari taman.
Ketika melewati pilar besar, langkah pelannya terhenti. “Ternyata bukan petugas ” batin Glorya. Di depannya, tidak jauh, seorang pria bersetelan jas rapi baru saja membungkuk sopan di hadapan seseorang yang berdiri sendiri di lorong. Sosok itu tidak lain adalah Ruka.
Setelah pria itu pergi, Glorya melihat Ruka tetap berdiri di tempatnya. Tegap, diam. Tapi dari tubuhnya terpancar ketegangan yang menyesakkan. Beberapa detik kemudian, Ruka menghantamkan tinjunya ke dinding dengan kekuatan penuh hingga suara retak terdengar memekakkan. Ia kemudian menendang tong sampah logam yang tergeletak tak jauh, membuatnya terguling dan menabrak sisi dinding.
Glorya terkejut. Dia menelan ludah.
Namun tidak disangka ponselnya tiba-tiba berdering keras.
Nada dering klasik bergema seperti memecah ketegangan. Glorya tersentak, buru-buru menekan tombol bisu dan memutar tubuhnya ke belakang tiang. Tapi sudah terlambat.
“SIAPA DI SANA?!”
Suara Ruka keras dan dingin, penuh kemarahan yang belum reda.
Langkah kaki mendekat. Glorya memejamkan mata sejenak, berusaha menyusun alasan. Saat ia menoleh, sosok Ruka sudah berdiri tak jauh di depannya.
Tatapan mereka bertemu yang satu serba salah ,yang lain penuh keterkejutan.
“Kau!”
“Aku..hanya ingin lewat ,dari toilet di sana. Sungguh, ini tidak sengaja.”
Ruka menatapnya lama. Bahunya naik turun, sisa-sisa emosi masih mengendap. Tapi lambat laun, sorotnya melunak.
Dia bersandar ke dinding, napasnya masih berat. “Kau gadis itu,” gumamnya akhirnya. “Yang waktu itu…”
Glorya menunduk sedikit, tersenyum kaku. “Mungkin kau salah orang “kilahnya.
” Tidak mungkin,” jawab Ruka singkat, dan suara itu begitu pasti hingga Glorya tak tahu harus berkata apa. “Seingatku ,Kau bilang bukan penggemarku kan, atau kau anti fans yang ingin mencari masalah?”
Glorya mendongak tidak terima” Apa?! Haters..?”
“Iya,haters. Kalau tidak, apa yang kau lakukan di tempat ini selain untuk mengutit diam -diam. Lalu dijadikan gosip “ucap Ruka lambat-lambat. Menikmati perubahan ekspresi gadis di depannya ini. Entah kenapa moodnya berangsur membaik.
Glorya menganga lebar , tidak percaya atas tuduhan konyol yang di dengarnya. Dia lupa, kalau bintang terkenal ini adalah orang paling imajinatif selain narsis.
“Apa kau kekurangan penggemar huh?!”
Ruka berkedip kemudian tertawa lepas. Yaampun sudah lama dia tidak sesenang ini.
“Penggemarku banyak ” jawab Ruka di sela tawanya “sama dengan orang -orang yang membenciku di luar sana. Oleh karena itu tidak ada salahnya aku bertanya nona”
‘Tadi dia marah -marah sekarang tertawa ‘omel Glorya tentu dalam hati.
“Dengar, ini murni salah paham. Aku bukan anti fans . Aku tahu sedikit drama atau lagumu tidak ada jelek dan aku cukup menyukainya. Aku disini menemani temanku yang mengidolakanmu yang sekarang ada di dalam aula. Dan untuk hal baru terjadi kuanggap tidak melihat apa apa, kau bisa tenang . “Glorya menjelaskan dalam satu tarikan nafas.
“Setidaknya aku tahu kau tidak termasuk yang membenciku” kata Ruka lebih seperti pada dirinya sendiri. Dia menyeringai lebar.
Glorya mengangkat alis mendengar kata-katanya. Tapi dia tidak mau ambil pusing ,berdua bersama seorang bintang terkenal disini berbahaya. Dia ingin segera pergi namun orang itu yang berdiri di sisi tembok tepat menghalangi jalannya. Lorong ini begitu luas akan tidak sopan jika dia meminta Ruka untuk menjauh dari tembok. Tapi, dia membutuhkan sebuah pegangan untuk menjaga keseimbangannya.
“Permisi,maukah kau sedikit ke tengah. Aku ingin lewat” cicit Glorya.
Ruka bergeser tanpa banyak bertanya. Glorya melangkah dengan kepala tertunduk tapi matanya tak sengaja menangkap rona merah samar di buku-buku jari tangan Ruka itu memar, sedikit lecet,
Glorya mengernyit, ragu sesaat. Dia tahu tidak punya alasan untuk mencampuri lebih jauh. Tapi rasa pedulinya muncul.
“Maaf, tapi tanganmu..itu..berdarah sedikit”
Ruka baru menurunkan pandangannya ke tangannya, baru menyadari rasa perih yang menjalar.
Glorya tanpa banyak bicara mengeluarkan selembar kain linen segiempat bergambar bunga anggrek ungu dari tas kecilnya.
“Pakai ini untuk membalutnya sementara ”
Glorya akan beranjak dari sana lalu memperhatikan bagaimana Ruka membalutnya serampangan. Sebagai penjahit yang senang melihat kerapian Glorya mendesah ,maju selangkah mengulurkan tangannya membantu.
“Jika kau tidak menutupinya dengan benar. Penggemarmu akan tahu, bisa -bisa mereka pikir ada yang menyerangmu” ucapnya suaranya tenang dan lembut . Glorya teringat tingkah Cessy yang heboh karena idolanya ini cedera.
Ruka terpaku diam memandangi tangan kecil itu, kemudian wajah Glorya yang serius dan lembut.
“Kau, selalu begini pada orang asing?” Katanya nyaris bergumam.
“Selesai”Glorya tampak puas seraya tersenyum lebar kemudian dia sontak mundur menyadari jarak mereka terlalu dekat. Gerakan itu membuat keseimbangannya pun goyah. Tubuhnya menegang kaku ketika merasakan sepasang tangan menangkap lengannya supaya tidak jatuh.
Glorya berdehem canggung melepaskan diri. Dia menatap mana saja kecuali Ruka.
“Saputangannya tidak perlu di kembalikan. Aku permisi..”ucap Glorya mengakhiri percakapan. Tidak ingin tinggal lebih lama.
“Setidaknya ,beritahu aku,siapa namamu?” Ruka bertanya.
“Hhuh! Maaf,tapi aku tidak terbiasa memberitahu nama pada orang asing”
Ruka terperangah ,antara ingin sedih dan lucu bersamaan. Dia terbiasa dianggap orang asing tetapi untuk kali ini bukan rasa marah yang menggayuti hatinya.
Dia mengabaikan ponselnya yang terus bergetar. Pasti Calisto mencarinya saat ini.
“Hmm,..baiklah. lain kali, aku pasti tahu namamu ” ucap Ruka penuh percaya diri dan tersenyum sangat manis lalu melenggang pergi.
Setelah sekian tahun hidupnya, Ruka merasa melihat dia yang dulu.
***
♡Bersambung♡