Vitamins Blog

Love In The Boardroom Bab: 13 Hari Apes

Bookmark
Please login to bookmark Close

Di saat yang sama pintu ruang kerjanya terbuka, menampakkan pemandangan yang tentunya sangat mengejutkan baginya. Bahkan sangking terkejutnya Alex sampai bangkit dari duduknya!
“Kau” ucapnya tak percaya.
Alex berjalan mendekat ke arah Ketty dengan penuh perhitungan. Setelah sampai tepat di depannya, dia menatapnya dengan sinis.

“Apa yang kau lakukan di sini.” ucapnya dengan nada tidak bersahabat. Bahkan dirinya pun tak mau repot-repot menyuruh Ketty untuk duduk terlebih dulu saat dia baru saja masuk di ruangan ini. Ketty memasang wajah polos yang palsu dengan sengaja “Aku…aku di sini untuk bekerja.”

Apa dia bilang, bekerja? Bukankah sebelumnya Alex sudah mencegah perempuan ini agar tidak bisa masuk di perusahaan ini?

Alex berpikir keras. Dalam hatinya mencoba mengingat hal yang dulu pernah disampaikan pada Zidane saat dirinya bertugas di kantor cabang bersama Renata beberapa hari yang lalu.
Di mana, pada saat itu Alex sudah mengingatkan Zidane, agar mencegah Ketty supaya tidak diterima di kantor cabang saat dia hendak melamar pekerjaannya di sana. Karna pada saat itu, Alex berpikir Ketty sepertinya memiliki niat terselubung setelah insiden di klub malam itu.

Tapi kenapa sekarang tiba-tiba perempuan ini ada di sini, bahkan secara kebetulan dia melamar menjadi sekretarisnya. Di saat Alex baru saja mendapatkan jabatan baru? Aneh sangat aneh, ini tidak bisa disebut sebuah kebetulan!

Saat dirinya mengerutkan kening semakin dalam dan berpikir keras. Tiba-tiba Alex teringat perkataan anak buah Zidane yang ada di kantor cabang. Di mana pada saat Alex hendak pulang bersama Renata saat tugas meraka berakhir, salah satu dari mereka berpesan padanya.

“Tuan Alex sepertinya untuk sekarang Anda harus berhati-hati dengan Tuan Zidane, dia sepertinya tidak punya naik baik untuk Anda.”

Mengingat hal itu pandangan mata Alex langsung memaku mata Ketty dengan kecurigaan yang pekat.
“Kau bilang bekerja? Apakah ada sosok lain yang menyuruhmu untuk datang kesini?” tatapan Alex saat ini berubah gelap, hingga Ketty benar-benar merasa takut, bahkan sangking takutnya dirinya mundur selangkah kebelakang.

Karna ketty tak kunjung menjawab pertanyaannya, Alex mulai emosi dan meninggikan suaranya saat berucap.
“Katakan, apa tujuanmu kemari dan siapa orang yang menyuruhmu!”

“Alex a…aku sungguh aku..aku hanya ingin bekerja da..dan tak ada yang menyuruhku.” Ketty berucap terbata, berusaha menutupi kebohongannya. Tapi sayang, semakin Ketty berucap seperti itu, semakin curigalah Alex.
“Oh, benarkah?” tiba-tiba Alex mengeluarkan seringaian lebarnya, saat dia memandang Ketty yang mulai panik, dan tanpa diduga Alex mengeluarkan ponselnya dan memencet nomor yang pastinya akan membuat Ketty, terkejut luar biasa.

“Aku akan menelpon Zidane, untuk memastikan.” dan benar saja semakin memucatlah wajah Ketty.
Astaga kenapa… Kenapa secepat ini terbongkar. Bahkan dirinya baru saja menjejakkan kakinya di kantor ini, belum mencicipi kursi sekretaris itu. Bahkan masih berdiri melelahkan seperti ini.

“Kau yang membawa perempuan ini?” ucapnya tanpa basa basi, tepat saat Zidane mengangkat teleponnya.
“Apa maksudmu? Perempuan apa?” Ucapnya berpura-pura bodoh.

Alex tersenyum mengejek saat melirik wajah ketty.
“Apa kau ingat, pesanku padamu pada waktu itu. Bukankah aku sudah mengingatkan kau agar dia tidak boleh diterima masuk kerja di sana. Tapi kenapa tiba-tiba dia……” Alex memaku mata ketty yang semakin panik.
“Ada di sini, melamar pekerjaan di sini dan menjadi sekertarisku.”
“Dia siapa?” ucapnya masih dengan pura-pura bodoh.
“Wanita dengan rambut curly bermata hijau, yang menghampiri kita saat di klub, kau tentu mengenalinya bukan?”

Ah sial bagaimana ini, bodoh kau Zidane bodoh, Kenapa kau lupakan hal itu!

Zidane di sebrang teleponnya mengusap wajahnya frustasi, mengutukki kebodohannya, karna terlalu terburu-buru dalam menjalankan rencananya hingga berantakan dan sekarang dia malah kebingungan sendiri.

“Kau tidak bisa bisa menjawabnya bukan? Berarti perkataanku benar.” Alex menyeringai, masih dengan menatap ke arah Ketty.

Karna sudah kepalang basah, pada akhirnya Zidane berucap jujur. Bahkan kali ini saat Zidane berucap kata di seberang teleponnya, rasa bencinya terhadap Alex sudah menguar.
“Ya, aku yang menyuruh Ketty untuk masuk di sana. Aku ingin menghancurkan karirmu Alex. Selama kau bertugas di sini, aku sangat membencimu. Hingga rasanya aku ingin menyingkirkanmu dari perusahaan.”

“Apa kau iri padaku, Zidane?” Alex berucap tenang di seberang teleponnya.
Dengan menggebu-gebu Zidane menjawabnya dengan suara sarkas.
“Jelas. Aku iri padamu, kau hanya karyawan kemaren sore yang hobby bermain wanita. Bahkan jabatan baru yang kau emban itu tidak pantas disematkan untukmu. Aku yang pantas, aku yang lebih pengalaman darimu, dan sudah berpengalaman sepuluh tahun di perusahaan ini, jadi jabatan direktur hanya pantas disandang olehku!” suara kakehan mengejek langsung terdengar di seberang telepon saat Zidane menyelesaikan ucapannya yang penuh kebencian itu.

“Kau harusnya intropeksi diri Zidane, bukannya membenciku seperti ini. Kau masih bertahan menjabat manager hingga sekarang, karna kau tidak kompeten dalam menjalankan tugasmu. Bahkan saat ada masalah di areamu, kau bahkan tidak bisa mengatasinya. Apa kau lupa, berkat strategiku kondisi di areamu sekarang kembali normal. Dari situ saja sudah terlihat bahwa kau tidak becus dalam bekerja, hingga tidak bisa menanganinya sendiri.”

“Kau!” Zidane menyahuti dengan galak.
“Aku tak akan membuang waktuku dengan meneleponmu terlalu lama. Aku akan menghadap Tuan besar Adam mengajukan keberatanku atas calon sekertaris yang kau kirim itu.”

Setelah menyudahi percakapannya, tanpa melirik ke arah Ketty yang masih berdiri di depannya, diapun langsung bergegas keluar dari ruangannya. Saat Alex sudah sampai di ambang pintu, tanpa diduga Ketty memanggilnya.

“Alex, tunggu.” Alex mengangkat alisnya mendengar panggilan yang tak terduga itu. Bahkan saat dia menanggapi panggilannya, Alex tak sudi untuk membalikan tubuhnya.
“Aku tidak begitu kenal denganmu, jadi kau tak pantas memanggil namaku.”

“Ah maafkan aku Tuan Alex, aku…. aku hanya bingung. Bolehkah aku duduk di sofa itu sebentar, aku sangat lelah.” ucapnya dengan polos. Tapi sayangnya Alex kembali menimpalinya dengan sinis “Jika kau mengerti posisimu yang sekarang, kau belum layak duduk di sofa itu. Jadi tempat duduk ruang tamu adalah tempat yang tepat untukmu.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Alex pun membanting pintunya dengan keras.

Ketty yang melihat itu semua, tanpa bisa ditahan seketika mengertakan giginya dengan tangan mengepal menahan marah.

Sialan kau Zidane, gara-gara kau melemparkanku di sini, aku berasa seonggok sampah di mata Alex!

Setelahnya dengan terpaksa akhirnya ketty menjejakkan kakinya keluar dari ruangan kerja Alex.
Liat saja kau, kau pikir kau lelaki tertampan di dunia ini, Alex? Tidak! Aku bahkan bisa mendapatkan yang lebih darimu!

Ketty berjalan di Koridor dengan langkah cepat menebarkan aura menahan marah, menggerutu dalam hatinya.

 

*****
Pagi ini beberapa karyawan yang ada di ruangan tim pemasaran sedang membicarakan sosok Ketty. Perempuan yang digadang-gadang akan menjadi sekertaris Bos mereka, Alex. Bahkan Adelle dan Maya dua teman akrab Renata tak luput ikut bergosip pagi ini, yang kebetulan pekerjaan mereka sedang senggang.

“Aku tadi pagi melihat perempuan itu di Koridor bersama Tuan Chris saat hendak menuju ruangan Bos Alex. Kau tahu? Penampilan perempuan itu terlihat seksi dan juga dia sangat cantik.” Anna, salah satu dari mereka mulai bergosip dengan semangat.

“Apa ini tidak bahaya, kita tahu bukan jika Bos Alex sedang dekat dengan Renata? Jika Bos kita terpesona dengan calon sekretarisnya, bagaimana dengan Renata? Dan lagi___”

“Bos kita mantan buaya kantor? Kau hendak mengatakan itu bukan?” Maya tiba-tiba menyela ucapan Zarah, menebak tepat sasaran.

“Ya, kau benar Maya. Kita semua tahu sendiri bukan, dulu reputasi Bos Alex seperti apa jika menyangkut perempuan?” Zarah kembali membenarkan perkataannya.

“Hmm aku penasaran dengan sosok perempuan itu.” Adelle bertanya spontan dan tak lama dia membelalakkan matanya seolah teringat sesuatu dan sekarang matanya menatap ke arah temannya. “Hei. Anna, apa perempuan itu berambut curly?”
“Kau melihatnya Adelle?” Maya menyahuti.  “Tidak, aku hanya sedang menebak, tadi pagi saat aku hendak masuk kantor, aku melihat ada sosok perempuan berambut curly tengah membentak security di halaman lobby.”

“Kau benar Adelle, perempuan itu berambut curly” Anna menjawab pertanyaannya dengan yakin.

“Aku sangat ingin bertemu perempuan itu, kemungkinan dia wanita yang sombong. Bisa dilihat saat dia memarahi security itu.”

“Kau hendak melakukan apa Adelle?” kembali Maya berucap dengan penasaran.

Kekehan keluar dari mulutnya saat dia berucap kata ke arah Maya, Anna dan juga Zarah. “Aku akan membuat dia tidak akan betah kerja di sini, jika dia berani menggoda Bos Alex.” Adelle tiba-tiba menyeringai lebar ke arah teman-temannya yang sudah menanti akan rencananya.

“Jika perempuan itu berani tebar pesona di kantor ini, berarti kita tahu bukan, musti melakukan apa?” ucapnya penuh teka teki yang langsung mendapatkan tatapan tahu sama tahu dari teman-temannya itu.

 

******

Saat Ini Ketty tengah duduk di ruang tamu dekat meja Resepsionis. Dia sudah duduk terlalu lama hingga rasanya sudah jengah. Sampai kapan dia akan menunggu. Ini hampir jam sepuluh siang, tapi belum kunjung juga ada tanda-tanda orang kantor akan memanggilnya. Suasana ini benar-benar membosankan!

Ketty, kembali menggerutu dalam hatinya. Karna merasa sudah jengah dan bosan. Pada Akhirnya dia berdiri dan mendekat ke arah meja resepsionis.
“Aku ingin ke toilet, kau bisa bantu tujukan jalan?”
“Anda tinggal mengikuti tanda itu Nona.”
sang resepsionis menjawab sopan dengan tangan menunjuk lorong yang bertanda menuju toilet.

“Nona hanya perlu memasuki koridor itu dan tanda petunjuk ke arah toilet sudah terpampang di sana, jadi Anda tak perlu kuatir.”
“Baiklah, terimakasih”

sang resepsionis itupun menganggukkan Kepala sebagai jawabannya dan tersenyum ramah.

 

*******
Saat Ketty sudah membereskan panggilan alamnya di bilik kamar toilet. Kini dia tengah mencuci tangannya di wastafel dan memandang wajahnya di cermin.
Sangat cantik, kenapa dia tidak terpesona padaku. Dasar bodoh.

Kembali, Ketty menatap bayangannya di cermin dengan ekspresi sombong dan angkuh. Setelah lama menatap dirinya di cermin, pada akhirnya ketty keluar dari ruang toilet.

Saat sudah sampai di Koridor yang menghubungkan di ruang resepsionis. Tanpa diduga ada suara asing yang menyapa dengan kurang ajar.
“Hei keribo”
Apa! Mulut kurang ajar siapa itu.

Dengan marah Ketty membalikkan tubuhnya dan melihat ada empat sosok wanita yang tengah berdiri di sana.

“Apa mulutmu tidak bersekolah, memanggil orang dengan sembarangan.” Ketty berucap marah.

Adelle terkekeh mengejek hingga menutup mulutnya.
“Ah, apa kau tersinggung? Maafkan aku, aku hanya terpukau dengan rambutmu yang unik itu.” Adelle berjalan mendekat ke arah Ketty dengan diikuti oleh yang lainnya yang ada di belakangnya.

Saat posisinya sudah tepat di depannya, dia kembali berucap.
“Apa kau calon sekertaris Bos Alex?”
“Benar.” jawabnya angkuh dengan mengangkat dagunya.

Melihat penampilan Ketty yang terlihat sangat berlebihan itu, jelas niatan untuk menggoda Alex terlihat sangat ketara. Tanpa bisa ditahan Adelle menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan cara berpakaian sosok yang di depannya ini.

Merasakan tatapan aneh dari Adelle, ketty mengangkat alis dan langsung menkonfrontasinya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu. Jangan bilang kau menyukai penampilanku dan kau terinspirasi ingin mengikuti gaya berpakaianku.”

Cih…. Percaya diri sekali dia. Siapa yang sudi ingin mengikuti gaya berpakaian kurang bahan seperti itu.

Saat di liatnya Ketty hendak berbalik badan dan pergi. Adelle berseru.
“Tunggu, aku ingin bicara padamu.”
“Kau mau bicara apa” ucapnya sedikit menatang.

“Aku hanya ingin memperingatkanmu, kau jangan berpikir bisa mendapatkan Bos Alex.”

“Hei. Alex masih lajang jadi terserah aku mau mengoda atau tidak, itu urusanku. Lagipula apa masalah jika aku mendekati Alex.” ucapnya dengen sinis sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Jelas itu masalah. Asal kau tahu, Bos Alex sudah bertunangan. Dan juga hubungan mereka sudah didukung oleh semua orang kantor yang ada di sini. Jadi kau jangan macam-macam.” kali ini Maya giliran berbicara.

“Omong kosong! Ah…bagaimana jika aku menunjukan ini.” dengan gerakan cepat Ketty membuka tasnya kemudian mengambil ponselnya, mencari foto yang hendak ditunjukan pada mereka. Setelah mencari foto yang dicarinya, senyuman puas langsung tersungging di bibirnya saat dirinya menunjukkan foto yang tentunya membuat Adelle dan yang lainnya shock luar biasa.

Dan benar saja. Merasa kaget, hingga tanpa bisa ditahan mereka menutup mulutnya secara bersamaan.
Astaga, itu….itu foto Alex sedang berciuman!

“kaget, bukan? Asal kalian tahu, foto ini diambil saat Alex tengah bertugas di kantor cabang dan kita bersenang- senang di sana. Kau tentu bisa melihat bagaimana aku mencium Alex tanpa dia menolaknya.” Ketty berucap bohong sengaja untuk memprovokasi mereka. Berpikir dengan menunjukkan foto itu, mereka berasumsi dirinya dan Alex memang benar mempunyai hubungan spesial.

Saat ini baik Adelle dan yang lainnya seolah menjadi bisu, imbas melihat foto yang tak terduga itu. Ketty mengunakan kesempatannya itu untuk kembali mempengaruhi mereka.

“Kalian pasti tahu, saat Alex bertugas di sana dia membawa seorang wanita bukan?”
Seolah teringat sesuatu, tiba-tiba ketty melebarkan matanya.
“Tunggu! Jangan bilang wanita yang di bawa Alex adalah tunangannya, teman kalian?” Ketty tiba-tiba tertawa mengejek.

“Menyedihkan. Di saat Alex sudah mendekati temanmu itu, tapi dia masih berkeliaran di klub dan mengizinkan aku menciumnya seperti ini. Temanmu itu bodoh, sudah terperdaya oleh Alex. Karna sosok seperti Alex itu tidak akan pernah setia sampai kapan pun!”

Adelle yang semula terpaku melihat foto di depannya. Kembali tersadar saat Ketty menertawakannya. Dengan cepat direbutnya ponsel ketty secara kasar. “Hei apa yang akan kau lakukan pada ponselku!” ucapnya membentak. Tapi Adelle tak menghiraukan bentakan tersebut. Yang ada, dengan cepat Adelle langsung menyalin foto tersebut di ponselnya sendiri, setelahnya dia dengan buru-buru menghapus foto itu di ponsel Ketty.

“Hei, kenapa kau menghapus foto itu! lancang sekali kau” Ketty  berseru dengan marah melihat kelakuan Adelle yang kurang ajar itu.
Sial! Benar- benar sial… Kenapa dia tidak menyimpan foto itu di laptopnya. Hissh bagaimana ini. Foto itu sekarang sudah terhapus dan dia sekarang benar-benar tidak punya foto itu lagi!

Adella tersenyum mengejek melihat kepanikan Ketty.
“Kau mungkin bisa berbicara sesukamu seperti tadi Nona keribo” kembali Ketty melototkan mata marah ke arah Adelle, yang hanya direspon oleh kekehan mengejek dari teman-temanya.

“Tapi aku percaya, Bos Alex tidak akan mungkin terpesona oleh penampilanmu yang seperti itu. Dan foto ini___ hmm sepertinya hanya akal-akalanmu saja.”

Setelah mengucapkan kata-kata sarkasme. Adelle mendekat kearah Ketty dan mengembalikan ponselnya dengan gerakan sedikit melempar yang langsung ditangkap sigap oleh Ketty.

“Ayo, kita pergi dari sini.” Adelle berjalan terlebih dulu yang langsung diikuti oleh yang lainnya. Maya yang ada diurutan paling belakang, dengan sengaja, saat tubuhnya sudah berpapasan dengan Ketty, dia menyenggolkan pundaknya sendiri ke arah Ketty, hingga membuat tubuh Ketty sedikit terhuyung.

Setelah mereka berempat sudah menghilang dari pandangannya. Dengan murka Ketty kembali mengetatkan gerahamnya.
Berani-beraninya kalian merundungku seperti ini. Sialan kalian!

******
Setelah keluar dari kantor, Ketty benar-benar merasa sangat muak dengan orang-orang di dalam sana. Hari pertama masuk kerja, dirinya sudah mendapatkan serangan bertubi-tubi di kantor itu.

Sekarang, setelah sebelumnya dia dirundung oleh mereka. Tak butuh waktu lama Ketty mendapatkan panggilan dari HRD hanya untuk menerima kabar bahwa dia tidak diterima untuk bekerja di sini. Sialan. Bahkan Chris pun tidak bisa berbuat apa-apa!

Dia sempat mendengar suara orang-orang dari dalam sana yang mengatakan, bahwa Chris akan di mutasi, dipindahkan di area terpencil yang jauh dari ibu kota. Karna keterlibatan Chris yang terbukti telah memuluskan jalan curang untuknya masuk di kantor ini, hingga membuatnya dia terkena hukuman.

Sialan semua gara-gara Zidane! Karna mengikuti sarannya, sekarang Ketty berada diposisi yang sangat memalukan dan terhina! Brengsek kau gendut! Ketty berjalan dengan hentakan kasar saat meninggalkan kantor tesebut.

Cuaca siang ini sangat panas hingga Ketty terpaksa berlari-lari kecil untuk mencapai halte yang teduh di seberang jalan. Saat Ketty tengah berlari menuju gerbang. Dari sudut matanya dia melihat sang security yang telah dia hina pagi tadi, kini tengah menertawakannya dengan puas.

 

Orang-orang kantor sialan! Kembali, Ketty mengumpat dengan murka.