Vitamins Blog

Love In The Boardroom Bab: 12 Berhasil Masuk

Bookmark
Please login to bookmark Close

Alex tiba-tiba berjongkok dengan mengunakan satu lututnya, kemudian tangannya masuk kedalam saku mantelnya mencari barang yang sudah disiapkan untuk diberikan pada sosok yang tengah berdiri di depannya.

Saat jemarinya sudah menemukan sesuatu yang dicarinya, Alex pun menengadahkan kepalanya menatap Renata yang berdiri menunduk menatapnya. Dengan gerakan pelan Alex menunjukkan sesuatu yang membuat ekspresi Renata Shock hingga menutup mulutnya karna tak menyangka jika Alex akan melamarnya.

“Renata terimalah lamaranku ini.”

 

Renata terperangah tak percaya dengan pemandangan di depannya, dirinya terlalu kaget hingga tidak bisa menjawab pertanyaan Alex dengan segera.

“Renata, kumohon terimalah lamaran ini. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” Alex kembali meyakinkan akan perasaannya itu.

“Aku…… aku”

Lelaki itu menipiskan bibirnya melihat kebingungan Renata. Alex masih berjongkok masih menunjukkan barang yang sangat indah berkilauan itu yang tertata rapi dengan elegan di dalam kotak mungil berwarna merah cerah.

 

Ekspresi Alex masih sama, tetap memasang wajah tenang berbalut senyum manis dan tetap berusaha meyakinkan Renata akan perasaannya agar mau menerima lamarannya.

“Renata, apa kau tidak percaya pada perasaanku?” kembali Renata menelan ludahnya saat mendengar pertanyaan Alex.

 

Apakah dia mencintai Alex? Jika dia tidak mencintai Alex, kenapa dia menerima semua perhatiannya dan bahkan menerima ciuman akhir-akhir ini. Kau pasti mencintainya bukan? 

 

“Alex aku….” cepat Renata, terima lamaran itu apa kau tidak ingat nasehat Adelle? Beri dia kesempatan!  

 

Karna merasa dipaksa oleh isi hatinya sendiri yang dengan keras kepala terus membujuknya untuk menerima lamarannya. Renata akhirnya mengambil cicin yang masih terselip cantik di dalam tempatnya itu dari tangan Alex. Begitu cincin sudah berpindah tangan, Alex seketika menghembuskan nafas lega dan kemudian bangkit berdiri.

 

“Biarkan aku yang memakaikan di jari manismu” Alex berucap saat Renata hendak mengambil cincin itu dari tempatnya.

 

“Sangat cantik, jarimu terlihat berseri-seri saat memakai cincin ini.” ucap Alex setelah berhasil menyematkan cincinnya di jemari Renata.

Alex memandang tangan Renata dengan ekspresi puas. Kemudian kembali dia menggenggam kedua tangan Renata erat dan pandangannya kembali fokus memaku wajah Renata.

“Karna cincin ini sudah terpasang di jemarimu, berarti kau sudah menerima lamaranku bukan?”

Renata menganggukkan kepala sebagai jawabannya. Melihat responnya hanya seperti itu, Alex merasa tak puas hati.

“Aku butuh jawaban yang lugas dari bibirmu, bukan anggukkanmu itu.”

 

Renata seketika melebarkan matanya mendengar perkataan protes Alex yang arogan itu.

Dasar Tuan direktur arogan. 

“Iya, aku Renata moon menerima lamaranmu Alexander swan.” puas?

Alex puas dengan jawaban itu, tetapi entah kenapa lelaki itu tiba-tiba saja mengajukan pertanyaannya kembali.

“Renata apa kau pernah mencintaiku?”

Ini waktunya Renata, ayo cepat katakan iya aku mencintaimu Alex! 

 

Di saat Renata masih sibuk dengan isi pikirannya sendiri, tiba-tiba Alex meraih dagu Renata memaksa perempuan itu untuk kembali menatap matanya.

“Katakan saja Renata kau hendak mengucapkan apa. Bahkan jika kau masih membenciku, akan aku terima.”

Renata tergeragap saat mendengar perkataan Alex yang salah paham itu, dengan cepat Renata pun akhirnya menjawabnya.

“Aku….aku tidak membencimu Alex, aku hanya kebingungan, kau tahu ini adalah kali pertama aku dilamar oleh seorang laki-laki, yaitu kau. Sesungguhnya di hatiku rasa benci itu sudah hilang.” Renata tiba-tiba tersenyum cerah. “Ya Alex aku mencintaimu, aku tak tau kapan rasa ini mulai tumbuh. Mungkin rasa ini tumbuh saat di ruang rapat pada waktu itu, di mana saat itu aku untuk pertama kalinya mengagumimu, mungkin di titik itulah rasa cintaku mulai timbul padamu tanpa bisa dicegah.”

 

Setelah Renata menyelesaikan ungkapan isi hatinya pada Alex. Lelaki itu tiba-tiba menarik tumbuh Renata rapat kearahnya dan memeluk tubuh Renata erat.

“Aku mencintaimu Renata” Alex berucap dengan wajah masih terbenam dikelembutan rambut Renata yang tergerai panjang. Renata yang mendengar ungkapan hati Alex, hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung kokoh Alex yang masih membungkuk memeluk dirinya. Pelukan itu erat hingga hawa dingin di luar rumah Renata, sepertinya tidak memberikan imbas berarti pada dua sejoli yang masih sibuk saling berpelukan itu. Setelah lama berpelukan, hingga tubuh Renata nyaris terangkat oleh Alex pada akhirnya pelukan itupun terlepas.

 

Alex sangat bahagia malam ini hingga rasanya pelukan tadi tidak memuaskan dirinya. Kembali Alex menatap Renata lekat, sayangnya di saat yang sama tiba-tiba Renata menguap.

Alex mengangkat alisnya kemudian dia melihat jam tangannya.

Astaga sudah hampir jam sepuluh malam. Pantas Renata menguap dia sudah mengantuk. 

 

Dengan perhatian sebelah tangan Alex menangkup pipi kanan Renata yang terasa sejuk dan berucap dengan perhatiannya yang pekat.

“Kau mengantuk? Cepat masuk ke dalam, sekarang sudah cukup malam dan udara di luar sangat dingin bahkan pipimu saja sekarang terasa dingin.”

 

Renata tersenyum manis melihat perhatian Alex yang tulus itu. Secara mengejutkan Renata melakukan hal yang sama yakni mengangkat tangannya kemudian membelai pipi Alex lembut, mengucapkan kata-kata yang sama perhatiannya membuat Alex semakin membuncah bahagia.

“Kau juga hati-hati saat pulang, sepertinya malam ini akan ada badai salju. Aku masuk dulu.” begitu mengakhiri ucapannya Renata pun akhirnya melepaskan belaian di pipi Alex kemudian membalikan tubuhnya dan masuk ke dalam rumahnya. Saat Renata hendak menutup pintu dan memutuskan kontak mata mereka berdua, Renata tersenyum kearah Alex yang membalasnya dengan senyum penuh kegetiran, saat Renata sudah melihat senyuman itu, dirinya langsung menutup pintunya rapat.

 

Setelah Renata sudah benar-benar menghilang dari pandangan matanya, Alex masih berdiri di depan pintu rumah Renata. Merasa enggan untuk meninggalkan tempat ini begitu saja. Alex tampak frustasi, berdiri seperti orang bodoh di depan rumah Renata bahkan beberapa kali dia mengusap wajahnya, menggosok- gosok kedua telapak tangannya bahkan mengusap rambutnya dengan kesal.

Kenapa….. kenapa, penerimaan lamarannya hanya berakhir seperti ini? Tidak. Sebenarnya kau menginginkan apa Alex? Ah tidak..tidak hilangkan pikiran mesummu itu! 

 

Di sisi lain saat Renata sudah memasuki rumahnya. Perempuan itu tidak langsung menuju kamarnya, melainkan masih berdiri bersandar dibalik pintunya. Renata memejamkan matanya dengan tangan mendekap tubuhnya sendiri. Saat matanya kembali terbuka, Renata mengangkat tangannya dan melihat cincin indah yang tersemat di jari manisnya.

Renata tersenyum melihat cincin pemberian Alex dan tanpa diduga cincin itu dibawanya ke bibirnya dan Renata menciumnya.

 

Aku mencintaimu Alex

 

Entah karna dorongan apa, tiba-tiba saja secara impulsif Renata membuka pintunya kembali dan saat Alex melihat Renata keluar dan muncul dihadapannya, ekspresi Alex berubah cerah penuh harap saat melihat Renata tersenyum kearahnya. Renata dengan cepat menghambur kearah Alex yang dengan sigap langsung memeluk kembali tubuh Renata. “Aku…. aku mencintaimu Alex” kembali Renata mengungkapkan isi hatinya disela pelukannya.

 

“Akupun sangat mencintaimu Renata.” saat Alex mengakhiri ucapannya, dengan cepat diraihnya dagu Renata dan menarik bibir bawah Renata agar terbuka, dirinya tidak menolak saat Alex hendak menjajah bibirnya. Renata pasrah dan pada akhirnya memejamkan matanya memberi izin untuk Alex berbuat sesuka hatinya terhadap bibirnya.

 

Ciuman itu berlangsung lama, Alex mengerahkan semua keahliannya dalam berciuman, hingga yang bisa dilakukan Renata hanya mencengkram dada Alex yang berjaket itu sebagai pegangannya, bahkan tanpa sadar ciuman yang awalnya dilakukan di luar rumah tepatnya di depan pintu, kini berakhir di sofa yang ada di tengah ruangan rumah Renata.

 

Sepertinya, imbas dari lamaran Alex yang sudah diterimanya dan juga pengakuan isi hati Renata membuatnya lepas kendali dalam berciuman hingga lupa daratan.

 

 

Setelah pertautan bibir mereka terlepas, Alex mengangkat kepalanya. Lelaki itu tersenyum puas saat melihat wajah Renata yang dipenuhi semburat merah di bagian pipi hingga telinga sampai lehernya. Bahkan Alex dengan arogannya telah menanamkan tanda kepemilikannya itu di pundak Renata. Seberkas ciuman yang akan meninggalkan jejak biru di kemudian hari. Bibir Renata terlihat bengkak karna sudah dicium habis-habisan olehnya. Tatapan Alex melembut saat melihat bibir Renata yang seperti itu, dengan sayang di kecupnya pelan bibir itu kemudian mengangkat pandangan ke arah mata Renata yang masih tertindih di bawahnya.

“Melihat bibirmu yang seperti ini karna ulahku, aku tidak akan mengizinkan kau untuk masuk kerja besok.”

 

Setelah berucap Alex kemudian mengangkat tubuhnya. Merasa tubuhnya sudah bebas dari lingkupan Alex, Renata akhirnya melentingkan tubuhnya kemudian mendudukkan dirinya di sofa, memenangkan diri dengan nafas yang masih berkejaran. Penampilan Renata cukup berantakan saat ini, mulai dari rambut panjangnya yang tak karuan bahkan kemeja yang dikenakan di bagian pundaknya, kini sudah agak longgar karna ditarik paksa oleh Alex saat melakukan ciumannya tadi.

 

Saat ini Alex sudah berdiri dan tengah menunduk menatap Renata yang duduk di sofa dengan nafas terengah-engah.

“Terimakasih sayang, maafkan aku telah membuatmu seperti ini.” Alex membungkuk, kembali mengelus lembut bibir Renata yang bengkak. Kemudian tanpa diduga Alex kembali mencium singkat bibir Renata. “Ciuman selamat malam. Tidur yang nyenyak semoga kau mimpi indah.” setelah mengucapkan kata-kata perpisahannya Alex kemudian pergi meninggalkan Renata sendirian di dalam rumahnya yang hening itu.

“Alex…. ” Renata memanggilnya saat dilihatnya Alex sudah sampai di ambang pintu. Lelaki itu kemudian membalikan tubuhnya. “Ya…. ”

Renata menatap Alex dan saat dia berucap, wajahnya tampak tersenyum lemah.

“Hati-hati di jalan.” Alex tersenyum penuh arti mendengar perhatiannya. Tanpa membalas ucapannya, Alex hanya melambaikan tangannya, menutup pintunya kemudian pergi meninggalkan Renata seorang diri.

 

 

*******

 

“Kau sudah sampai di kota?” Zidane bertanya di seberang teleponnya.

 

“Sudah, aku tiba satu jam yang lalu.” jawabnya singkat, merasa bosan saat Zidane bertanya seperti seorang Bos.

“Bagus, apa kau sudah sampai di apartemen?”

 

Apartemen yang disebut Zidane bukalah milik Ketty, melainkan milik adik perempuan Zidane yang kebetulan saat ini sedang ada di luar negeri karna sedang menemui ibunya dalam waktu lama. Zidane berpikir daripada Ketty menyewa hotel dan mengelontorkan dana lebih, akan lebih baik jika dia menggunakan apartemen milik adiknya yang tak terpenuhi itu bukan? Di satu sisi adiknya pun sepertinya tidak keberatan saat Zidane mengatakan akan meminjam apartemennya untuk dihuni semetara oleh temannya.

 

 

“Sudah. Zidane aku lelah aku ingin tidur.”

 

“Ah, baiklah kau cepat tidur untuk mengisi energimu ,karna besok kau akan melakukan inter____” Zidane seolah teringat akan sesuatu dan dengan cepat memberikan informasinya pada Ketty.

“Ah…. Ya, Ketty. Aku baru ingat, aku mendapatkan informasi dari orang kepercayaanku yang di kantor pusat. Dia mengatakan kau tak perlu melakukan interview, aku tak tau alasannya, tapi aku pikir dia memuluskan jalanmu untuk segara masuk di kantor itu. Kau tentu tidak lupa bahwa orang kepercayaanku di sana adalah orang yang ada di bawah kendaliku. Kau tentu tidak keberatan bukan jika jadwal masuk kerjamu dipercepat?

 

“Tentunya saja, interview hanya membuang-buang waktu saja. Tanpa melakukan interview pun mereka pasti akan langsung menerimaku begitu melihat bukti pengalamanku yang hebat itu. Kau tentu tak lupa untuk menunjukkan berkas-berkas kehebatanku.” Ketty menjawab pertanyaan Zidane  dengan nada sombong dan angkuh.

 

Zidane tertawa puas mendengar kalimat Ketty yang sombong itu. “Kau bisa tenang, semuanya sudah ku atur dan jika kau berhasil masuk lakukan tugasmu dengan sempurna.”

Setelah mengucapkan pesan persengkongkolannya, Zidane kemudian mematikan sambungan teleponnya.

 

 

Saat Zidane sudah menutup teleponnya. Ketty dengan cepat langsung melempar ponselnya itu di ranjang. Jika bukan karna Alex, sebenarnya ketty malas melakukan ini semua, disuruh ini itu seperti kacung oleh Zidane!

 

Ketty pun membanting tubuhnya di kasur yang empuk itu kemudian merebahkan tubuhnya tengkurap.

Akan lebih baik jika Ketty melakukan hal yang menyenangkan! 

 

Ketty melirik kearah ponselnya yang terbengkalai menyedihkan di ujung ranjang. Dengan malas, Ketty berusaha menggapai ponselnya itu dengan susah payah karna malas bergerak. Setelah ponselnya berhasil diraihnya, ketty pun membuka sosial medianya dan iseng membuka akun sosial media milik Alex untuk melihat foto-foto lelaki itu. Semakin lama ketty mengecek fotonya satu persatu, semakin terpesonalah dia. Di saat itulah timbul rasa obsesi di hati Ketty untuk bisa memiliki Alex.

 

Memang pantas dia sebut playboy dia sangat tampan. Ketty harus bisa mendapatkan perhatiannya! 

Ketty merubah posisi tidurnya dari yang semula tengkurap menjadi terlentang. Malam ini Ketty sudah tidak sabar menunggu hari esok, di mana besok adalah hari pertamanya dia masuk kerja dan tak sabar melihat reaksi Alex saat tahu bahwa dirinyalah yang menjadi sekertaris pribadinya. Membayangkan itu semua pada akhirnya ketty memejamkan matanya dengan senyum licik tersungging di bibirnya.

 

******

 

Pagi ini saat Alex baru memasuki ruangan tempat kerjanya yang baru. Alex mengangkat alisnya saat melihat meja dan kursi yang di peruntungan untuk sekretarisnya teryata sudah disiapkan. Tapi bukan itu yang membuat Alex mengangkat alisnya, melainkan karena melihat posisi tempat duduk untuk calon sekretarisnya teryata ada di dalam ruangannya.

 

Apakah ini pengaturan baru? 

Entah kenapa melihat itu semua Alex merasa tak nyaman dan ingin rasanya mengajukan keberatannya.

 

Ah…itu bisa dibereskan nanti, untuk sekarang Alex lebih antusias dan penasaran dengan sosok calon sekretarisnya yang akan masuk pagi ini.

Alex membanting tubuhnya di kursi kerjanya yang besar dan empuk. Mulai melakukan kegiatannya seperti biasa menjadi laki-laki karir yang mulai fokus bekerja. Saat tengah melakukan pekerjaannya, Alex melirik kearah meja calon sekretarisnya yang masih tak berpenghuni itu. Dalam hatinya, Alex menggerutu untuk calon sekretarisnya yang tidak disiplin itu.

 

Hari pertama masuk kantor tapi malah tidak datang tepat waktu, calon sekretaris macam apa itu. Lihat saja nanti akan ada peringatan keras untuknya.

 

*******

Ketty sudah siap berangkat pagi ini. penampilan perempuan itu pagi ini benar-benar cantik. Dengan rambutnya yang curly berwarna pirang dijepit menggunakan jepitan rambut berwarna silver yang indah dipandang mata. Ketty memiliki bola mata yang berwarna hijau cerah menambah kesempurnaan di wajahnya. Ketty hari ini sepertinya sudah niat sekali untuk menggoda Alex, diliat dari pakainya yang serba mencolok dengan mengenakan kemeja warna hitam yang berkerah rendah, rok warna khaki yang pendek dan sepatu heels tinggi, serta kuku runcingnya yang sudah dicat merah. Ketty pun tak lupa menggunakan lipstik warna merah glam yang semakin membuat tampilan Ketty semakin menggoda.

 

Ketty menatap dirinya dari pantulan cermin dengan ekspresi puas.

Sempurna! 

Setelah cukup lama menatap dirinya sendiri, akhirnya Ketty menyambar tas yang ada di atas meja riasnya dan bergegas keluar dari apartemennya.

 

*****

Wow gedung yang besar dan megah

Itulah kesan pertama saat Ketty turun dari taksi dan menjejakkan kakinya di depan lobby kantor yang terpampang di depannya. Saat Ketty sedang memandang kantor itu dengan tatapan kagum. Seorang petugas keamanan yang berjaga di pos akhirnya datang menghampirinya dan berucap.

“Nona apa yang Anda lakukan di sini? Ada yang bisa saya bantu?”

Ketty memandang sang security dengan pandangan sinis dan meremehkan.

Dasar jelek. Apa dia bodoh? Sudah tentu aku akan bekerja di sini kenapa dia bertanya? 

“Aku calon sekertaris di kantor ini.”

Ketty menjawab singkat Pertanyaan sang security, dengan tatapan sinis dari wajahnya yang angkuh.

 

“Kau sudah datang Ketty, cepat masuk.”

Chris memanggilnya dari pintu lobby.

Chris yang tak lain adalah antek-anteknya Zidane tentunya sudah menunggu kedatangan Ketty.

Begitu mendengar panggilannya, dengan cepat Ketty langsung menghampirinya. Dan saat Ketty hendak berjalan, dia berucap dengan tak sopan berkata kasar ke arah sang Security yang menurut dirinya sangat menganggu itu.

“Minggir! Kau menghalangi jalanku!”

 

*******

Setelah berkutat lama dengan layar laptopnya pada akhirnya Alex menyelesaikan pekerjaannya. Dia sejenak melirik sekilas ke arah Kursi yang masih kosong. Tanpa bisa ditahan Alex benar-benar tersenyum sinis melihat ketidakdisiplinan calon sekretarisnya itu.

Alex mengalihkan pandangannya, daripada dia terus menatap kursi kosong yang selalu membuat dirinya tiba-tiba merasa kesal. Akan lebih baik Alex menelepon Renata. Sosok yang sekarang telah menjadi kekasih hatinya. Sepagian ini tak melihat Renata, Alex merasa sangat rindu dengan perempuan itu.

Dengan cepat Alex membuka ponselnya dan menekan nomor kesayangannya di sana.

 

“Kau belum bangun?” Alex bertanya dengan penasaran saat di dengarnya suara gumaman tak jelas dari Renata di seberang teleponnya.

“Hmm iya… aku… aku… hmm huamm”

Alex terkekeh mendengar jawaban Renata yang ngelantur itu.

“Ah baiklah. Aku tak akan menganggu sesi tidurmu Tuan putri. Karna ini adalah libur spesial dari diriku, maka aku izinkan kau untuk tidur sepuasnya.” Alex pun akhirnya mematikan sambungan teleponnya.

Di saat yang sama pintu ruang kerjanya terbuka, menampakkan pemadaman yang tentunya sangat mengejutkan bagi Alex. Bahkan sangking terkejutnya Alex sampai bangkit dari duduknya!

“Kau” ucapnya tak percaya

 

1 Komentar

  1. Semangat :ohyeaaaaaaaaah! :lovelove