Vitamins Blog

Love In The Boardroom Bab: 11 Melamar Renata

Bookmark
Please login to bookmark Close

“Karna itu, aku ingin merayakan kebahagiaan ini denganmu dengan mengajakmu makan malam. Akan Ada sesuatu yang ingin aku tunjukan nanti padamu.”

 

“Sesuatu?” Renata membeo.

 

“Iya, sesuatu yang rahasia, hanya untuk di tunjukan saat kita berkencan nanti.”

Saat dilihatnya Renata hanya diam seolah memikirkan sesuatu yang ditakutinya dan tak merespon ucapannya, Alex dengan cepat memenangkan Renata.

 

“Jika kau memikirkan aku akan membuatmu kecewa di malam kencan nanti, seperti yang sering aku lakukan dulu pada mantan kekasihku, maka itu salah.”

Renata yang semula menunduk tak mau menatap wajah Alex, kini berubah, menatap lekat wajahnya seolah mencari kebohongan di mata lelaki itu, tapi sayangnya disaat Renata menatapnya hanya kejujuranlah yang terlihat.

 

“Disaat aku mulai tertarik padamu, disitulah aku tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain. Kau percaya padaku bukan?”

Alex masih merengkuh kedua pipi Renata, sengaja untuk mengunci pandangannya, memaksa Renata agar mengetahui ketulusan hatinya.

“Apa kau percaya padaku?” Alex sekali lagi menyakinkan ketulusannya.

Renata menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

 

Melihat Renata telah mempercayainya. Alex kemudian memeluk tubuh Renata erat, dengan mengucapkan janjinya di dalam hatinya.

 

Percayalah Renata, sesungguhnya aku sudah jatuh cinta padamu, aku akan setia untuk mencintaimu. Berilah aku kesempatan untuk bisa meraih hatimu.

 

 

Setelah lama berpelukan Alex akhirnya melepaskan pelukannya, kemudian kembali menatap Renata yang kembali menunduk. Perempuan ini setelah kepulangannya dari tugas bersama Alex, berubah menjadi sosok yang pendiam.

 

Apa itu karna teman- temannya yang sudah meledeknya tadi pagi? 

Sepertinya Alex harus memberi peringatan untuk semua karyawannya agar tidak terlalu ingin tahu urusan orang lain! 

 

“Renata, kependiamanmu itu apa karena ucapannya mereka tadi pagi? Kalau benar kau bisa tenang, aku akan memperingatkan mereka semua!” ucapnya bersungguh sungguh sedikit menahan geram.

 

“Alex, sebelumnya kau bilang, tidak….tidak masalah jika mereka membicarakan kita. Tapi kenapa sekarang kau ingin memperingatkan mereka semua.”

 

“Itu karna kau selama di sini menjadi pendiam dan murung dan aku sangat tidak suka itu. Jika kemurunganmu itu karena ucapannya mereka, aku tidak akan senggan untuk memecat mereka semuanya.” ucapnya dengan bersungut-sungut.

 

 

Memecat semuanya? wow Tuan direktur! Baru menjabat satengah hari saja sudah arogan seperti ini.

 

Renata tersenyum geli saat membatin. Dan ekspresi itu tak lepas dari Alex yang masih memperhatikannya.

 

“Kenapa kau tersenyum, apa kau setuju jika aku memecat semua orang di sini? Jika benar aku akan memecatnya hari ini juga.”

 

“Alex cukup!” Renata memukul lengannya kencang, hingga Alex mengaduh.

 

“Aku tersenyum bukan karna setuju dengan perkataanmmu, tapi karna ucapan konyolmu itu.” ucapnya bersungut-sungut, setelahnya Renata kembali berucap.

 

“Kau bilang kau akan memecat semua orang di kantor, apa kau pikir karyawan di sini berjumlah belasan Tuan direktur?” Renata berucap mengejek. “Jika Tuan direktur melakukan sapu bersih pada semua karyawan di kantor ini yang jumlahnya ratusan, maka Anda akan membuat kantor ini bangkrut dan gedung ini menjadi tak berpenghuni.” Setelah meyelesaikan perkataannya yang bernada mengejek, Renata tertawa lepas.

 

 

Alex yang melihat Renata kembali ceria pun ikut senang melihatnya. Kemudian Alex meraih kedua tangan Renata dan kembali berucap hingga membuat Renata yang sedang tertawa menjadi terhenti.

 

“Aku senang kau tertawa seperti itu, teruslah tertawa dan tersenyum seperti itu Renata.”

 

Kembali mereka saling berpandangan matanya memaku satu sama lain. Sampai akhirnya Alex merendahkan pandangannya, menatap bibir Renata yang menggoda dengan Refleks, tangan yang sebelumnya memegang Renata, kini beralih meraih dagunya, Renata memejamkan mata saat dilihatnya Alex sudah hampir mendekat kearah bibirnya.

 

Disaat bibir mereka hampir bersentuhan, tanpa diduga ponsel Renata berdering sangat kencang hingga membuyarkan sesi romantis mereka. Karna kaget, Rencana pun seketika memiringkan tubuhnya untuk meraih ponsel yang ada di meja, karna gerakannya itulah pegangan tangan Alex di dagu Renata terlepas begitu saja.

 

 

“Renata kau tidak makan siang? Apa kau sakit?” Adelle bertanya di seberang teleponnya dengan perhatian.

 

Renata menggaruk tengkuknya pelan, bingung hendak memberi alasan apa untuk menjawab pertanyaan Adelle.

 

“Halo Renata, kenapa kau diam saja, kau benar-benar sakit?”

 

 

“Ah tidak-tidak aku tidak sakit, aku hanya sedang mengerjakan tugas tambahan bersama Bos Alex.”

Astaga apa yang kau ucapkan barusan Renata. Hissh dasar bodoh! 

 

“Tugas tambahan! Astaga Renata berarti sekarang kau sedang berduaan dengan Bos Alex, berarti rumor di kantor memang benar jika kalian sudah jadian!”

 

 

“Adelle tolong pelankan suaramu, Bisa tidak.” Renata menghardik Adelle yang terlalu berapi-api saat mengungkapkan keterkejutannya, khawatir jika ada yang menguping di sana.

Merasa keceplosan hingga membuatnya malu, Renata akhirnya mengucapkan kembali janjinya agar sahabatnya itu tenang.

 

“Nanti setelah pulang kerja aku akan menceritakan semuanya padamu oke.” Setelahnya Renata langsung mematikan sambungan teleponnya, memasukkan ponselnya itu ke dompetnya kemudian kembali menatap Alex berniat meminta izin.

 

“Alex sepertinya aku harus kembali ke ruanganku.” Kemudian Renata melihat jam tangannya. “Sekarang sudah hampir jam satu siang, waktu makan siang pun sudah mulai habis, jadi aku izin keluar ya?” ucapnya dengan nada memohon.

 

Disaat Renata sudah berdiri bersiap untuk pergi, dilihatnya Alex hanya bergumam untuk mengizinkannya. Entah kenapa Renata merasa ada sesuatu yang aneh.

 

Ah tidak. Mungkin ini hanya perasaanmu saja Renata. Ayok cepat pergi dari ruangan ini! 

 

Merasa Alex sudah memberinya izin, Renata akhirnya berhasil melewati Alex yang masih duduk dengan santai di sofa. Lelaki itu entah kenapa menatapnya seperti memperhitungkan situasi. Dengan buru- buru Renata akhirnya berjalan cepat ingin segera keluar dari tempat ini. Merasa Alex sepertinya tidak ada niat untuk mencegahnya, Renata pun menghembuskan nafasnya lega. Disaat langkah Renata sudah hampir mencapai pintu, dan saat Renata hendak memegang gagang pintu, tanpa diduga Alex sudah menyerbunya dari belakang dan mencengkram sikut Renata kemudian membalikkan tubuhnya hingga punggung Renata membentur pintu dengan keras.

 

 

“Alex, kau ….kau mau apa.” Renata mendongak menatap Alex dengan ekspresi shock imbas mendapatkan serangan tak terduga. Lelaki itu kini berdiri dekat sekali dengannya menunduk dengan tatapan tajam membuat Renata ciut nyali. Alex benar-benar mendominasinya saat ini, hingga Renata menelan ludah untuk menenangkan diri.

“Aku hanya ingin melanjutkan yang tadi, momen indah yang sempat terganggu oleh temanmu itu.”

 

 

Setelah meyelesaikan ucapannya, tanpa permisi Alex Langsung meraih dagu Renata agar mendongak kerahnya. Kemudian menciumnya dengan sedikit kasar. Alex menggigit bibir bawah Renata, hingga membuat tubuh Renata tersentak. Ciuman kasar itu hanya sebentar dan kali ini berubah menjadi ciuman lembut yang mengingatkan saat Alex mencium untuk pertama kalinya di hotel pada saat itu. Renata suka kelembutan, jadi disaat Alex menciumnya seperti ini dengan ritme pelan menghanyutkan, Renata Pun terbawa suasana hingga memejamkan matanya.

 

 

********

Selepas pulang dari kantor, Renata akhirnya menempati janjinya pada Adelle untuk menceritakan semua yang sudah dijanjikan.

Sebelumnya Alex hendak mengajaknya pulang bersama, tapi Renata menolaknya karna beralasan ada janji yang sudah dibuat dengan Adelle. Dengan baik hati pun Alex akhirnya memakluminya.

 

Saat ini mereka berdua sudah ada di kafe yang tempatnya cukup ramai karna disini oleh beberapa orang yang mampir di tempat ini setelah pulang dari kantor.

 

 

Renata dan Adele tengah menikmati minuman kesukaannya yaitu es kopi capucino latte, dengan kentang goreng yang gurih dan renyah sebagai teman minum kopi. Disepanjang mereka menikmati itu semua, Renata sudah bercerita panjang lebar mengenai hubungannya dengan Alex.

 

Renata mempercayai Adelle sahabatnya itu, walaupun agak menyebalkan, tapi dia adalah teman yang baik. Selama Renata sering mencurahkan isi hatinya, Adelle selalu menjadi pendengar yang baik dan tak pernah sekalipun dia membeberkan curhatannya pada orang lain.

 

 

“Jadi Alex mengajakmu makan malam dalam waktu dekat untuk merayakan jabatan barunya?” Adelle bertanya untuk memastikan.

 

“Benar, aku sebelumnya merasa keberatan saat dia mengajakku. Aku sempat takut, membayangkan makan malam itu akan berakhir dengan membuatku sakit dan kecewa. Tapi dia berusaha keras untuk meyakinkan diriku dan berniat tulus dengan hubungan ini.”

 

 

“Apa kau mencintainya Renata?”

Renata tak langsung menjawab pertanyaannya. Melihat Renata yang sepertinya bingung dengan isi hatinya, Adelle pun berucap dengan bijaksana.

 

“Jika di dalam hatimu sebenarnya sudah mencintai Alex, maka kau harus membuktikan bahwa perasaan hatimu itu benar.”

 

“Dengan menerima ajakan Alex itu, Adelle?”

 

“Iya, kau harus membuktikan bahwa hatimu tidak salah untuk mencintai Alex. Melihat saat kau mengatakan bahwa Alex telah berubah dan tak pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain semenjak dia tertarik padamu, membuktikan bahwa dia benar-benar berubah Renata, kau harus memberi dia kesempatan.”

 

Setelah mendengar nasehat dari Adelle, Renata termenung lama, hingga kemudian dia menghela nafasnya dalam-dalam.

 

“Aku akan mengikuti saranmu Adelle.”

 

“Bagus, aku mendukungmu” ucapnya tulus dengan menghadiahkan senyumannya.

 

 

******

 

“Kau sudah pulang?” Alex bertanya di seberang teleponnya saat Renata dan Adelle baru keluar dari Kafe.

 

“Belum, aku baru saja keluar dari Kafe bersama Adelle dan baru mau pulang.”

 

“Aku akan menjemputmu, kebetulan aku sedang ada di luar. Cepat kau bagi lokasimu sekarang.”

 

“Tapi…” Renata hendak membatah tetapi dia ragu.

 

“Kenapa, apa kau memikirkan Adelle?”

Alex tertawa di sana.

 

“Kau bisa tenang, dia akan ikut bersama kita, kau pasti juga tidak akan setuju bukan jika aku hanya membawamu saja, sedangkan sahabatmu ditinggal.”

 

Renata hanya membalasnya dengan gumaman, dan hal itu semakin membuat Alex ingin segera menemuinya.

 

“Cepat, bagi lokasimu sekarang aku akan kesana.”

“Apa itu Alex yang menelepon?” Adelle bertanya kearah Renata yang sepertinya sudah selesai berbicara dan mulai sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya

 

“Benar” ucapannya masih dengan menatap layar ponselnya.

“Alex akan kesini untuk menjemput kita.”

Kali ini Renata sepenuhnya berbicara dengan menatap wajah sahabatnya itu.

“Menjemput kita? Ah…. sepertinya aku tidak akan ikut dengan kalian, aku tak mau menjadi obat nyamuk.”

 

“Pokoknya kau harus ikut, aku tak mungkin meninggalkan kau disini sendirian, lagi pula arah rumah kitakan searah, jadi gak ada alasan untuk kau menolaknya”

Sebelum Adelle menimpali ucapannya Renata, pandangannya sudah mengarah kesesuatu yang sudah mendekati kearah mereka.

 

“Astaga dia datang, Adelle menyenggol bahu Renata saat dilihatnya mobil hitam itu sudah berhenti tepat di depan mereka.

 

Alex keluar dan turun dari mobilnya dan menghampiri mereka berdua.

Alex memakai kaca mata hitamnya dan mengenakan baju turtle neck warna hitam dipadu dengan celana panjang berwarna senada.

Lelaki itu melepaskan kacamatanya saat sudah ada di depan Renata.

 

berdiri disamping Renata dan melihat Alex tengah menatap sahabatnya, perasaan Adelle mulai tidak enak, karena bagaimanapun dirinya dan Alex pernah menjalin hubungan walaupun hubungan singkat.

 

Sekilas Alex melihat Adelle yang berdiri serba salah, kemudian saat melihat Renata, perempuan itu teryata sudah menatapnya dengan tatapan menilai. Melihat arti tatapan Renata, Alex hanya tersenyum penuh arti. Dan  pada saat Alex hendak berbicara dengan Renata, tanpa diduga Adelle sudah berucap terlebih dulu.

 

“Renata sepertinya aku tidak bisa ikut dengan kalian. Kau lihat itu, bus sudah tiba, jadi aku akan pulang naik bus saja.”

 

Saat dilihatnya Adelle hendak berpelukan dengan Renata. Tanpa diduga Alex mengucapkan kata-kata yang membuat baik Renata maupun Adelle kaget.

 

“Aku minta maaf Adelle, atas perlakuanku padamu waktu itu.” Alex mengingatkan saat acara makan yang berujung Adelle sedih karna sudah diputus sepihak olehnya.

 

“Kau harus percaya, untuk kali aku tak akan membuat sahabatmu kecawa. Aku sungguh tidak akan membuat Renata sedih.”

 

“Aku sudah memaafkanmu Bos, buatlah Renata bahagia dan akupun percaya Anda akan serius dengan hubungan ini. Bukan hanya aku, kita semua yang ada di kantor mendukung hubungan kalian. Jadi jangan bikin Renata sakit hati, karna kalau itu terjadi Anda akan menghadapi kita semua.”

 

Renata terharu saat melihat Adelle berbicara seperti itu, hingga akhirnya diapun memeluk erat tubuh Adelle.

“Terimakasih Adelle, kau memang sahabatku”

“Sama-sama Renata.”

 

Setelah pelukan mereka terlepas, Adelle menatap wajah Renata dengan ekspresi cerah, dan berucap pelan.

 

“Melihat kesungguhannya, semoga Alex bisa melamarmu dalam waktu dekat.” setelahnya berucap Adelle pergi menjauh berlari kearah bus yang sudah berhenti di depan halte. Saat di lihatnya Adelle sudah menaiki bus, sahabatnya itu sempat menoleh kearahnya dengan melambaikan tangannya kemudian Adelle masuk kedalamnya dan bus itupun akhirnya berjalan menjauh membawa Adelle hilang dalam pandangannya.

 

Melihat Adelle sudah menghilang dari jangkauan matanya. Alex meraih tangan Renata.

“Ayo Renata kita pulang, udara disini sudah cukup dingin.” Renata menurut saat Alex mengajaknya untuk memasuki mobilnya.

 

*******

Di dalam mobil itu, Alex menyetel lagu bernuansa romantis. Mereka berdua saling diam untuk beberapa lama seolah sedang menikmati lagu yang sedang di dengarnya. Hingga akhirnya Alex lah yang memulai lebih dulu untuk mengajak Renata mengobrol.

 

“Sepertinya aku harus menjaga tuan putri mereka agar tidak sedih. Karna aku tahu resikonya pasti sangat mengerikan.”

 

Renata menoleh kearah Alex yang masih fokus menyetir. Dia tak mengerti arti dari perkataan Alex.

 

“Maksudmu? ”

“Iya, aku teringat pesan Adelle untuk hubungan kita, secara tidak langsung dia sudah mengucapkan ancaman terselubung. Sepertinya jabatan direktur yang diemban olehku ini tidak membuat mereka merasa takut.” ucapnya dengan nada bercanda bersamaan dengan kekehanya.

Renata tak membantahnya dia hanya tersenyum tipis, merasa tidak enak hati pada Alex karna tingkah teman-temanya.

 

“Sebentar lagi sampai.” Renata berucap memberi tahu saat dilihatnya mobil Alex sudah berjalan melewati tugu patung Raksasa, dimana tugu patung tersebut adalah patokan menuju rumah Renata.

Alex sudah pernah mengantarkan Renata pulang pada saat mereka bertugas dari kantor cabang, dan ini adalah kali kedua Alex mengantarnya pulang.

 

“Apa kau tidak takut tinggal sendirian di rumah Renata. Aku perhatikan komplek rumah ini sangat sepi, seperti tidak ada eksistensi manusia di sekelilingnya”

Alex mulai berbelok menuju jalan yang ukurannya jauh lebih sempit dengan jalan yang sedikit rusak, membuat mobil itu berguncang.

“Tidak, bagiku sepi adalah teman disaat aku sudah pulang dari rutinitas yang melelahkan, rumah adalah tempat berpulang yang sangat menyenangkan.”

 

“Kau tidak kesepian?”

“Tidak, hidupku sudah sepi sejak lama, aku dibesarkan tanpa kasih sayang dari kedua orang tuaku yang telah berpisah. Hanya kakek dan nenekku lah yang mengasuhku, nenek pernah mengatakan kalau orang tuaku sudah mempunyai keluarga baru di negara anta berantah, karna itulah mereka sepertinya sudah melupakanku hingga sekarang.”

 

Alex merasa prihatin dengan kisah hidup Renata, yang ternyata mempunyai sedikit kemiripan dengan kehidupan Alex.

“Apakah nenek dan kakekmu masih hidup?” Alex berucap hati-hati, takut Renata tersinggung.

Renata menggelengkan kepalanya kemudian menyeka airnya matanya yang tiba-tiba keluar tanpa bisa ditahan.

 

“Mereka sudah tiada, walaupun mereka mengasuhku dengan ekonomi yang serba pas pasan mereka adalah orang yang sangat berjasa bagiku, menyekolahkanku sampai ditingkat atas hingga aku bisa kuliah. Semua berkat mereka dan kepergian mereka benar-benar membuatku sepenuhnya hidup sendirian di dunia ini.”

 

Setelah menyelesaikan ucapannya yang penuh ironi itu, Renata menatap Alex dengan mata basah. Melihat Renata dalam keadaan lemah seperti itu, Alex dengan impulsif mematikan mesin mobilnya kemudian merengkuh tubuh Renata, memeluknya dan menenangkannya. Alex mengucapkan janji di dalam hatinya.

 

Aku berjanji akan membahagiakanmu Renata

 

mereka akhirnya berpelukan dalam keheningan yang melingkupinya, hingga akhirnya Alex melepaskan pelukannya,dan melanjutkan perjalanannya.

 

******

 

“Aku minta maaf karna ucapanku, kau sedih Renata.” Alex berucap tepat saat mobilnya  sudah sampai di depan rumah Renata, Alex menoleh kearah Renata dan berucap lembut.

 

“Aku akan mengantarkanmu sampai depan pintu.”

“Alex tidak per____” ucapan Renata terhenti saat di lihatnya Alex sudah turun dari mobilnya dan sekarang sudah mengitari hendak membuka pintu mobil arah Renata duduk.

 

Begitu pintu mobil terbuka dan saat Renata turun, hawa dingin menusuk tulang langsung menerpa wajah Renata. Beruntung saat ini Renata mengenakan mantel panjang jadi dirinya tidak merasakan hawa dingin yang sekarang menerjang tubuhnya.

 

“Ayo Renata” Alex menggandeng tangannya dan membawanya untuk cepat sampai di teras rumah Renata.

Sesampainya di depan pintu rumah Renata, Alex masih menggenggam erat tangannya, dirinya merasa gugup saat ingin menunjukkan sesuatu yang sudah di belinya saat pulang dari kantor sore tadi. Sesuatu yang akan diberikannya malam ini pada Renata.

 

Sebelumnya Alex berencana akan memberikan barang ini disaat makan malam mereka, tapi melihat Renata menangis setelah bercerita tentang kehidupannya yang menyedihkan, Alex terdorong untuk menjadi orang yang akan membahagiakan kehidupan Renata dimasa depan.

 

Alex tiba-tiba berjongkok dengan mengunakan satu lututnya, kemudian tangannya masuk kedalam saku mantelnya mencari barang yang sudah disiapkan untuk diberikan pada sosok yang tengah berdiri di depannya.

 

Saat jemarinya sudah menemukan sesuatu yang dicarinya, Alex pun menengadahkan kepalanya menatap Renata yang berdiri menunduk menatapnya. Dengan gerakan pelan Alex menunjukkan sesuatu yang membuat ekspresi Renata shock hingga menutup mulutnya karna tak menyangka jika Alex akan melamarnya.

 

“Renata terimalah lamaranku ini.”