Suasana kantor pagi ini sedikit berbeda, dimana ada nuansa yang membuat Renata tak nyaman, karna begitu dirinya memasuki kantornya, beberapa dari mereka saling berbisik seperti sedang membicarakan dirinya.
Astaga pemandangan yang tidak mengenakkan!
“Hai Renata selamat datang kembali, aku senang kau bisa hadir kembali disini. Kau tahu kepergianmu dengan Bos Alex, membuat kantor ini sepi.” salah satu dari mereka menyapa Renata untuk berbasa- basi.
Kemudian salah satu dari mereka berucap kembali. “Renata kau tahu, semenjak kepergian dirimu bersama Bos Alex, kami di sini telah melakukan taruhan.” ucapanya sambil terkekeh geli.
Apa, taruhan! Astaga…..
Renata terperangah mendengarnya.
“Memangnya kalian tahuran tentang apa?”
Saat Renata mengajukan pertanyaannya dengan heran. Dan seketika mereka menjawab dengan suara kompak yang bersemangat.
“Kau dan Bos Alex!”
Astaga……
Renata yang mendengarnya melebarkan matanya dengan wajah merona merah.
“Kau tahu, seandainya kau sudah jadian dengan Bos Alex, kalian akan menjadi pasangan yang serasi. Jadi kita mendukung hubungan kalian. Makanya kita bertaruh untuk hal itu.”
“Iya bertaruh, seorang Renata telah jatuh cinta pada bos Alex. Ah tidak-tidak mungkin lebih tepatnya, seorang Bos yang Playboy telah jatuh cinta pada pawangnya.”
Maya yang baru datang, langsung mengucapkan kata-kata dramatis berlebihan itu pada mereka semua.
Kembali, Renata melebarkan matanya, tidak bisa berkata-kata.
“Maya kau!” Renata memelototi kearah Maya, yang hanya direpost kekehan geli saat melihat Renata memelototinya seperti itu.
“Kau tahu Renata, jika kau mejalin hubungan dengan Bos Alex. Semua orang di kantor ini seperti menyetujuinya. Benar begitu teman-teman?” Maya bertanya kearah temannya. Saat mereka semua mengagukan kepalanya sebagai jawaban, senyum di wajah Maya semakin puas.
“Kau liat Renata.”
Ya ampun kenapa ….Kenapa mereka semua seperti ini. Kabur Renata lebih kau kabur!
“Ah sepertinya aku….aku harus pergi dari sini.”
Merasa seperti dipojokan Renata akhirnya memilih melarikan diri.
******
Saat sudah sampai di koridor tempat yang menghubungkan ke ruang kerjanya itu terlihat sepi. Renata menghembuskan nafasnya dengan kasar, aksi mereka tadi benar-benar membuatnya tak berdaya tidak bisa untuk mengelaknya, pipi Renata bersemu merah saat mengingat ucapan teman-temannya itu. Karena terlalu fokus dengan isi pikirnya sendiri, saat hendak berbelok tanpa diduga dia berpapasan dengan Adelle. Adelle yang melihatnya langsung menyapanya dengan histeris hingga membuat Renata kaget.
“Astaga, Renata Kau…kau sudah pulang!” Adella berjalan cepat kearah Renata kemudian saat mereka sudah dekat, Adelle langsung memeluknya. Dua sahabat itupun saling berpelukan beberapa saat untuk mengobati rasa rindunya. Setelahnya Adelle melepaskan pelukannya kemudian menatap Renata lekat-Lekat.
“Kenapa kau memandangku seperti itu, itu membuatku tak nyaman paham!” Renata mengangkat alisnya dan berucap galak merasa risih dengan tatapan itu.
“Ada yang berubah.”
“Hah! Berubah ,apanya yang berubah?” ucapnya tak mengerti.
“wajahmu berubah, setelah pergi bertugas bersama si Bos wajahmu berubah jadi berseri-seri.” Adelle berucap renyah, sengaja menggoda Renata yang langsung pipinya memerah karna godaannya.
“Astaga apa ini.” Adelle terkejut saat matanya melihat ada bekas hitam kecil di ujung bibir Renata yang mulai pudar.
“Bukan apa-apa ini hanya bekas luka sariawan.” Renata berucap cepat demi menutupi rasa malunya.
Semua gara-gara Alex! Issh bagaimana caraku mengelaknya.
“Orang bodoh mana yang mempercayai jika itu luka sariawan. kalau aku perhatikan sepertinya itu luka ciuman, astaga ciuman! Kalau benar, siapa yang telah menciummu Renata.” Seolah itu belum mengejutkan untuk Adelle. Kembali sahabatnya itu mengeluarkan ekspresi terperangah dan dan hal itu tentunya membuat Renata semakin malu.
“Astaga Renata! Apakah Bos Alex yang telah menciummu?”
Renata mati kutu mendengar pertayaan Adelle.
Astaga bagaimana ini…..
“Nanti aku akan ceritakan padamu oke. Aku…. aku pergi dulu dah.” Setelah melambaikan tangan, Renata segera kabur meninggalkan Adelle.
Huhh!! Benar-benar pagi yang buruk.
Tenang Renata tenang, semua pasti akan kembali normal. Yah, ya itu pasti.
********
Di dalam ruang kerjanya, Alex tengah fokus menatap layar laptopnya memindai hasil laporannya seperti biasa. Tiba-tiba ada pesan masuk, saat Alex melihat pesan tersebut teryata pesan itu dari Bos besar Adam yang menyuruhnya untuk masuk ke ruang kerjanya.
Dengan patuh Alex pun mengiyakannya, kemudian bangkit dari kursinya untuk menemui Bos besarnya itu.
Di dalam perjalanannya, Alex berjalan cepat hingga menciptakan gema di sepanjang koridor saat suara sepatu Alex bersentuhan dengan lantai marmer yang diinjaknya. Koridor itu sepi karna pagi ini semua pegawainya tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Saat Alex berjalan melewati ruangan tempat Renata berkerja, dirinya menyempatkan untuk melihat sebentar keadaan di dalamnya.
Dia ingin melihat Renata.
Saat Alex sudah sampai di depan pintu, dirinya menyempatkan diri untuk melongok yang pintunya sudah terbuka separuh.
senyuman itu muncul saat dilihatnya seluruh anak buahnya tengah fokus menatap layar laptopnya masing-masing, tidak menyadari kehadirannya, bahkan Renata yang ada diposisi pojok paling belakang pun tak menyadarinya, tapi itu hanya sebentar. Disaat Alex tengah menatapnya lekat, tiba-tiba Renata mengangkat pandangannya hingga mata mereka saling bertemu.
Astaga Alex, apa yang kau lakukan di situ.
Seolah mengerti arti tatapan Renata,
Alex pun tersenyum manis dengan melambaikan tangan kemudian menutup pintunya kembali.
******
“Kau tentu tahu bukan alasannya aku memanggilmu?” Adam bertanya kearah Alex yang saat ini sudah sampai di ruang kerjanya tengah duduk dengan tenang menghadap Bos besarnya itu.
“Tahu Tuan, anda hendak menanyakan data hasil penjualan di kantor cabang bukan?”
“Yah, kurang lebihnya seperti itu. Tapi aku memanggilmu kesini bukan fokus untuk menanyakan hal itu, karna kau dan aku pun sudah tahu hasilnya bukan? Jadi alasan aku memanggilmu untuk memberikan janjiku padamu.”
Alex mengangkat kepalanya dan menatap matanya Bos besarnya itu. Saat dilihatnya Adam tersenyum, Alex merasakan rasa antusias yang menggebu- gebu di dalam hatinya.
“Yah, Alex melihat kemampuanmu yang hebat itu, sepertinya jabatan manager yang selama ini melekat pada dirimu harus digugurkan hari ini. Karna itulah mulai hari ini kau, aku angkat menjadi Direktur di perusahaan ini. Bagaimana apakah kau puas dengan jabatan baru ini?”
Rasa bahagia tak bisa disembunyikan dari wajah Alex yang mempesona, dirinya bahagia. Disaat hubungannya dengan Renata semakin dekat , sekarang dia mendapatkan jabatan baru. Hal ini tentunya membuat Alex merasa senang luar biasa.
Bahagia Alex merasa sangat bahagia!
Adam yang memperhatikan ekspresi Alex memakluminya. Karna baginya, siapa pun orang yang telah mendapatkan jabatan baru itu pasti akan merasa senang bukan?
Adam berdehem, sengaja guna menyadarkannya yang langsung disadari oleh Alex, dengan cepat Alex kemudian menjawab pertanyaan Bosnya itu.
“Saya sangat berterima kasih dengan jabatan baru ini Tuan, dan saya puas. Saya akan mengemban tugas baru ini dengan baik.”
“Bagus aku percaya pada kinerjamu, mulai besok kau sudah memulai mengemban tugas barumu. Mengenai sekertaris, pihak HRD sudah menemukan calon untukmu, selama menunggu itu kau bisa menghandle sementara pekerjaanmu sendiri.”
Adam kemudian bangkit berdiri dengan diikuti oleh Alex yang ikut berdiri. Kemudian Bosnya itu mengulurkan tangan, mengajaknya untuk bersalaman yang langsung disambut oleh Alex.
“Selamat atas jabatan barumu ini Alex dan selamat bertugas.” ucapnya dengan nada bangga.
******
Di tempat yang berbeda aurah Zidane berubah murka saat mendengar bahwa Alex telah menjabat menjadi direktur baru di kantornya. kabar itu dia dapatkan dari salah satu teman akrabnya yang berkerja di kantor pusat di bagian HRD.
Sialan kenapa nasib Alex selalu mujur! Dirinya sudah menjabat menjadi manager dikantor ini selama sepuluh tahun lamanya tapi tidak pernah sekalipun dirinya mendapatkan promosi jabatan, ini benar-benar tidak adil!
Zidane menggebrak meja kerjanya dengan keras hingga membuat meja tersebut bergeser.
Dia harus punya cara untuk menghancurkan karir lelaki itu. Yah, Ketty perempuan itu adalah kandidat yang pantas untuk menghancurkan karir Alex!
Dengan cepat Alex meraih ponselnya yang ada disaku celananya, kemudian dia mencari nomor Ketty. Didering ketiga saat dia meneleponnya, Ketty baru mengangkat panggilannya.
“Lamaran kerjamu yang kukirim kemarin susah terbaca oleh Pihak HRD. Aku meminta waktu pada mereka untuk mempersingkat jadwal pemanggilanmu. Jadi, dalam waktu dekat kau bisa melakukan interview. Mengerti?”
Zidane berucap cepat.
Ketty mengerutkan keningnya saat melihat gaya bicara Zidane yang penuh dengan kepercayaan diri, karena tak tahan Ketty pun mengkonfrontasinya
“Apa kau mengunakan kuasamu di sana sehingga bisa melakukannya dengan mudah?”
Zidane tersenyum licik.
“Bisa dibilang seperti itu. Aku mempunyai seseorang yang bisa aku setir di sana, jadi kau bisa tenang ok. Segara setelah ini, kau harus bersiap-siap karna dua hari lagi kau akan masuk ke dalam kantor itu.
Seolah teringat sesuatu Ketty langsung mengajukan pertanyaannya.
“Zidane jika aku sudah berhasil masuk, lantas aku akan menjabat sebagai apa? Kau tahu bukan selama ini aku hanya bisa bekerja di bidang sekertaris. Aku tidak mau jika harus menjadi karyawan rendahan.”
Zidane yang mendengarnya tak tahan untuk tak terbahak-bahak di seberang teleponnya.
“Kenapa kau tertawa, itu tidak lucu!”
“Kau bisa tenang Ketty, karna sebentar lagi kau akan menjadi sekertaris untuk calon Bos barumu disana.”
“Bos baru, apa maksudmu?”
Kembali Zidane tertawa mendengar perkataan Ketty. Kali ini disaat dirinya berucap, matanya berkilat dengan rencana jahat yang sudah disusunnya.
“Kau tahu, hari ini Alex baru saja mendapatkan jabatan baru di sana. Mr Adam sudah memberikan jabatan direktur untuknya. Untuk posisi sebagai sekretaris, Alex masih kosong, maka dari itu aku telah mengajukan namamu untuk mengisi kekosongan itu____ jika sudah seperti itu, langkahmu untuk mendekati Alex dan misi kita untuk menghancurkan Alex akan berjalan mulus bukan?” ucapnya memberikan bom kejutannya pada Ketty.
********
Jam makan siang telah tiba, dimana seluruh karyawan sudah mulai meninggalkan tempat kerjanya masing-masing hendak menuju kantin guna mengisi perutnya.
“Renata kau tidak makan?” Maya yang hendak keluar menuju kantin menyapa ke arah Renata yang sepertinya enggan untuk keluar.
“Aku malas ke kantin Maya, aku belum lapar.”
ucapannya memberi alasan.
“Kau mau aku bawakan makanan?”
“Tidak, aku…… masih ada stok makanan ringan di laci.”
“Ok kalau kau tak memesan apapun, aku pergi dulu.” setelah mendapatkan anggukan dari Renata, Maya kemudian pergi meninggalkan Renata seorang diri yang masih duduk sendirian di ruangan tersebut.
Entah Kenapa siang ini Renata malas keluar, mungkin karna kejadian tadi pagi saat teman-temannya itu membicarakan tentang hubungannya dengan Alex, membuatnya enggan untuk berbaur dengan mereka.
Saat tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. ponselnya tiba-tiba berdering menandakan ada panggilan masuk, Renata Pun meraih ponselnya dan membaca nama yang tertera di sana.
Alex?
“Renata kau bisa keruangku ada yang ingin aku bicarakan padamu, sekalian kita makan siang bersama. Aku ingin merayakan kebahagian ini denganmu.”
“Merayakan apa?” ucapnya tak mengerti.
“Merayakan sesuatu yang pastinya akan membuatmu ikut senang. Maka dari itu cepatlah kemari, agar mengetahuinya maksud dari ucapanku, bagaimana?
Hening
Karna Renata tak langsung menjawab pertanyaannya, Alex pun berucap dengan sengaja.
“Atau kau ingin aku yang kesana untuk menjemputmu?” ucapnya menawarkan diri.
” Ti….tidak perlu, aku yang akan ke sana.” ucapnya buru-buru.
Alex terkekeh di sebrang teleponnya.
” Baiklah, cepat kesini.”
********
“Kau kenapa, kau terlihat kurang berselera, apa menu makan siang ini kurang enak?”
Renata menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Alex yang perhatian itu.
Renata saat ini tengah menikmati menu makan siangnya di sofa diruangan kerja Alex.
“Tidak, aku hanya kepikiran tentang ucapkan mereka. kau tau, saat tadi pagi aku baru masuk kantor, semua orang membicarakan kita selama ada di kantor cabang, bahkan mereka mengatakan telah melakukan taruhan untuk hubungan kita, apa itu tidak gila?”
Alex yang mendengarnya langsung tertawa.
Kemudian tanpa diduga Alex menyumpalkan sebutir buah anggur ke mulut Renata, hingga membuat ekspresi Renata tampak lucu.
“Mereka tidak gila, mereka hanya senang karna aku sudah menaklukan perempuan paling Jutek di kantor ini.”
“Hentikan Alex itu tidak lucu.”ucapnya dengan bersungut-sungut.
Alex kembali tertawa, sungguh mendengar Renata memanggil namanya seperti tadi, dirinya merasakan suasana hatinya menjadi luar biasa baik.
“Asal kau tahu Renata, aku sangat bahagia saat semua orang membicarakan tentang kita, selagi itu dirimu aku tidak mempermasalahkannya, lagi pula bukankah semua orang disini juga mendukung hubungan kita? Jadi kau tak usah terlalu memikirkan hal yang tidak terlalu penting.”
Alex meraih bahu Renata dan menghadapkan Renata ke arahnya, sehingga mata mereka saling menatap satu sama lain.
“Kau, selama memasuki ruangan ini bersikap pendiam, sedikit pemarah dan sedikit jutex. Sikapmu yang seperti itu mengingatkanku saat kau masih membenciku”
Alex kemudian merapikan rambut panjang Renata yang sedikit berantakan di pelipisnya dan menyelipkan di belakang telinganya.
“Tapi dari awal aku selalu tertarik jika itu menyangkut dirimu. Saat waktu kau masih membenciku atau disaat hubungan kita lebih dekat seperti sekarang, aku sangat menyukainya, bahkan saat kau merajuk seperti tadi, itu membuatku gemas hingga rasanya ingin sekali mencium bibirmu yang mengerucut mengemaskan itu.”
“Cukup Alex, jangan membahas ciuman aku tidak mau! Sebenarnya kau memanggilku kesini untuk membicarakan apa? dan perayaan apa yang akan kau rayakan.” Renata merasa kesal saat Alex dari tadi berbicara dengan bertele-tele hingga tak tahan untuk langsung mengkonfrontasinya.
“Ah baiklah nona pemarah aku akan bicara singkat.”
Alex tiba-tiba menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Renata kemudian menatap lekat-lekat kearah Renata. “Sekarang aku mempunyai jabatan baru, kau tahu, Bos besar Adam melimpahkan jabatan direktur untukku.”
Begitu mendengarnya Renata melebarkan mata dan menatap Alex seolah tak percaya.
“Direktur”
“Iya” Alex tersenyum kemudian tangannya tanpa bisa ditahan menyentuh pipi Renata lembut.
“Karna itu aku ingin merayakan kebahagiaan ini denganmu, dengan mengajakmu makan malam, akan Ada sesuatu yang ingin aku tunjukan padamu nanti.”