Setelah kepergian Alex dari ruangannya, tanpa diduga Zidane mengeluarkan seringaian liciknya. Ya, semenjak kedatangan Alex di tempat ini selama dua hari terakhir, semua orang di kantor selalu memujinya dari semua sisi, membanding- bandingkan kinerja antara dirinya dengan Alex. Apalagi saat data penjualan hari ini melesat naik, membuat mereka semakin memuji Alex setinggi langit. Bukan hanya itu, mereka bahkan tak luput membandingkan fisik dirinya dengan Alex.
“Tuan Alex paket komplit. Murah senyum, aktif berkerja, cerdas lagi, tak seperti Tuan Zidane yang hanya duduk manis tidak pernah mengunjungi anak buahnya disaat penjualan ada masalah.”
“Dan satu lagi Tuan Alex sangat tampan tidak seperti Tuan Zidane yang tampangnya biasa-biasa saja.”
Zidane yang saat itu tengah berjalan memasuki ruang kerjanya, tak sengaja mencuri dengar saat mereka, anak buahnya sedang membicarakan dirinya dengan kekehan mengejek.
Hal itu tentunya membuat Zidane merasa geram dan terbakar rasa cemburu sosial yang melingkupinya. Karena merasa iri terhadap Alex, Zidane pun akhirnya membuat rencana untuk menghancurkan reputasinya dengan membawa Alex di klub malam itu setelah rapat dadakan selesai. Tapi sayang perempuan itu, Ketty membuat hal yang membuat rencananya berantakan. Ketty yang bodoh itu terlalu terpesona dengan Alex hingga disaat dia melihat Alex, dia langsung menciumnya hingga membuat Alex sadar dan semua rencana yang sudah disusun oleh Zidane hancur berantakan.
Sebelumnya Zidane berencana akan membuat Alex mabuk berat di klub itu dan ketty perempuan suruhannya akan berkerja untuk menghabiskan malam itu bersama Alex, memfoto Alex dalam keadaan memalukan bersama Ketty dan tugas Zidane adalah menyebarkan foto itu menjadi aib bagi Alex di kantornya.
Rencana itu pasti saat memuaskan bagi Zidane jika berhasil, tapi sayang semua rencana menjadi hancur berantakan karna ulah Ketty. tapi Zidane tidak kehabisan akal untuk membuat persengkokolan baru dengan Ketty. Setelah dirinya dan Alex meninggalkan klub pada waktu itu, Zidane dengan cepat memberikan akun sosial media Alex, bahkan nomor ponselnya pada Ketty. Zidane berpesan pada Ketty, setelah dirinya mengantarkan Alex pulang. Dia mengatakan untuk membuat alasan agar Ketty mempunyai bahan untuk membenci Alex. Dan pada saat Alex melontarkan kata ‘menjijikan’. Saat itulah Ketty mengunakan alasannya itu untuk membenci Alex.
Dirinya jugalah yang menyuruh Ketty agar melamar pekerjaan di kantor ini. Jika sudah seperti itu mana mungkin Zidane akan berkoordinasi dengan pihak HRD untuk mencegah Ketty agar tidak lulus interview?
*********
“Kau sepertinya sibuk sekali” saat Alex memasuki ruangannya langsung menyapa Renata yang tengah menatap layar laptopnya. Renata tersenyum begitu mendengar suara Alex, kemudian dia berdiri, hendak mengambilkan air minum untuk Alex.
“Kau mau kemana?”
“Mengambil air untukmu Bos___ upss maksudku kau Alex.” Renata segera mengoreksi ucapannya sendiri. Alex yang melihatnya hanya terkekeh tanpa menanggapinya.
“Terimakasih” Alex berucap saat Renata sudah di depannya dan memberikan segelas air putih di tangannya.
“Kau tadi membahas tentang apa dengan Tuan Zidane?”
“Hmm hanya masalah kecil, tak terlalu penting juga untuk dibahas.” Alex engan untuk bercerita pada Renata, karena dia berpikir, disaat ini dirinya sedang mendekati Renata seperti sekarang, Alex tidak mungkin membahas perempuan yang sudah menciumnya bukan? Disisi lain Renata pun tak memaksa agar Alex bercerita. Oleh karena itu Renata pun akhirnya menanyakan hal yang lainnya.
“Alex, untuk masalah tugas kita bagaimana? Aku sudah rindu dengan para sahabatku disana. Aku disini terlalu kikuk, area ini benar-benar asing.” Renata mengungkapkan ketidaknyamanannya itu dengan gamblang.
Seperti sebuah keberuntungan, disaat Renata mengakhiri ucapannya. Ponsel Alex berdering dan saat Alex menatap layar ponselnya, tertera nama Bos besar Adam yang memanggilnya. Dengan semangat Alex langsung mengangkat panggilan tersebut. Saat Bos besarnya itu berbicara, pandangan Alex fokus kearah Renata yang sama-sama menatap dengan rasa antusias.
“Alex, kau memang tidak pernah mengecewakan, aku puas dengan kinerjamu selama disana, sekarang penjualan produk kita di kantor cabang sudah stabil tidak ada lagi di angka penurunan seperti sebelumnya.”
“Akupun ikut senang Tuan, jika perusahaan kita sudah kembali normal.”
Alex menyahuti dari ponselnya.
“Berhubung keadaan dikantor cabang sudah kembali normal, kau bisa kembali pulang sore ini dan kembali bertugas di kantor pusat. Kau ingatkan pada Zidane dan timnya itu untuk mengingat strategi yang sudah kau gunakan selama disana.” pungkasnya.
“Baik tuan.” Alex menjawab pasti.
“Bagus, aku tunggu kedatanganmu di Kantor.” ucapnya kemudian dan menutup panggilan teleponnya.
Renata yang sejak tadi mendengar Alex berbicara, tak sabar untuk langsung mendengar kabar berita tesebut dengan semangat.
“Bagaimana?”
“Hmm sepertinya kita tidak jadi pulang hari ini.” Alex sengaja berbohong untuk mengoda Renata.
“Kenapa bisa seperti itu tadi saat kau berbicara, sepertinya sangat bahagia sekali.” Renata menyuarakan ketidakpercayaan dengan bersungut-sungut. Alex terkekeh melihat Renata marah. Karena gemas, tanpa bisa ditahan Alex merengkuh pinggang Renata dan menariknya kedepan hingga posisi mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Panggul Alex bersandar di meja dengan tangan merengkuh pinggang Renata yang sedang menunduk menatapnya.
“Aku hanya bercanda.” Alex tersenyum saat Renata yang sedang menunduk menatapnya terlihat binar bahagia di matanya.
“Puas?” ucapnya menambahkan. Seperti terhipnotis Renata pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Melihat Renata yang seolah terpaku dengan dirinya. Tangan yang sebelumnya merengkuh pinggang Renata kini beralih memegang kepalanya kemudian menariknya mendekat kearah bibirnya. Alex ingin menciumnya.
Saat dilihatnya Renata tidak menolak akan dicium olehnya, Alex dengan cepat langsung menyambar bibir Renata, menciumnya dengan penuh kasih sayang. Renata memejamkan matanya saat dirasa tangan Alex membelai pipinya lembut, mengelusnya memainkan semua keahliannya dalam berciuman bersama Renata. Ciuman itu berlangsung lama, menegelamkan Renata dalam buaian ciuman Alex yang menghanyutkan.
Semakin lama mereka berciuman intensitas ciuman Alex semakin dalam dan sedikit kasar.
Merasa nafasnya mulai tersengal, dengan putus asa Renata memukul punggung Alex yang masih terus menciumnya seperti ini.
“A__alex” ucapnya tersengal. Menyadari suaranya dan tubuh Renata yang sepertinya sudah lemas, terlihat dari beban tubuhnya sekarang sepenuhnya condong di dadanya, Alex pun langsung melepaskan pertautan bibir mereka dan benar saja disaat ciuman itu terlepas, tubuh Renata langsung oleng kedepan dengan sigap Alex langsung meraihnya kemudian memeluknya, Renata tak menolak karna merasa pelukannya itu adalah sandarannya. Nafas Renata terengah dengan mata terpejam.
Dirinya tidak menyangka Alex akan menciumnya seperti ini. Sungguh sangat berkebalikan dimalam sebelumnya dimana saat Alex menciumnya penuh dengan kelembutan walaupun dalam keadaan mabuk.
Disisi lain Alex memeluk tubuh Renata dan menepuk punggungnya pelan, menetralkan nafasnya yang menderu akibatnya ciuman brutalnya pada Renata. Alex lepas kendali….
Setelah lama berpelukan dalam keheningan yang mendamaikan. Alex pun melepaskan pelukannya kemudian mendorong pelan tubuh Renata ke depan, kemudian Alex menyentuh dagu Renata mengangkat wajahnya agar pandangan mata mereka saling bertemu, Alex tersenyum meminta maaf.
“Maafkan aku, aku lepas kendali.” tangan Alex kini beralih menyentuh bibir bawah Renata yang sedikit bengkak yang meninggalkan memar kecil di ujung bibirnya. Renata meringis karna sentuhan Alex.
“Apa rasanya sakit?” Alex berucap lembut penuh perhatian.
“Se__sedikit.” ucapy terbata, imbas ciuman yang sebelumnya membuatnya tersengal seperti ini.
“Aku akan mengobati memar di bibirmu.” Dengan perhatian Alex membawa Renata di sofa yang ada di ruangan kerjanya kemudian mendudukkan disana. Setelahnya dengan cepat, Alex berjalan kearah meja kerjanya, membuka lacinya saat sudah menemukan sesuatu yang di carinya, Alex dengan cepat langsung kembali menghampiri dan mendudukan dirinya di samping Renata.
“Kita akan pulang Sore ini, jadi aku akan mengobati memarmu oke, kau tidak mau bukan jika hari permata kerjamu di sana menjadi bahan candaan oleh sahabatmu itu.” Alex berucap lembut kearah Renata sambil mengoleskan krim bening yang terasa sejuk itu di bibirnya.
Renata tersenyum lembut melihat perlakuan lembut Alex. Lelaki itu sangat telaten dalam mengoleskan krim di kulitnya , berusaha berhati-hati takut akan menyakiti Renata.
“Alex” Renata memanggil Alex yang tengah fokus mengoleskan krim di bibirnya.
Alex tersenyum saat pandangan mata mereka bertemu.
“Kenapa, apa rasanya sakit?”
“Tidak, aku, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih padamu.”
Alex mengulas senyum kemudian berucap dengan lembut.
“Maafkan aku juga, karna perbuatanku kau terluka.” ucapnya sambil mengelus pipi Renata lembut.
*******
Di ruangan berbeda Zidane tengah menjalankan rencana barunya. Sebelumnya Zidane menyuruh Ketty untuk melamar pekerjaan di kantor ini, tapi begitu mendengar bahwa Alex akan kembali ke kantor pusat hari ini, Zidane mengubah strateginya.
Dengan Cepat dia mengambil ponselnya dan menelepon Ketty.
“Ketty, sepertinya kau tidak bisa melamar pekerjaan di sini.” ucapnya tanpa basa basi.
“Kenapa bisa begitu, memangnya ada masalah apa Zidane.”
“Alex akan pulang sore ini dan akan kembali bertugas di kantor pusat, apa yang akan kau lakukan jika kau melamar pekerjaan disini, sedangkan tujuanmu adalah Alex bukan?”
“Tapi bagaimana caranya agar aku bisa menjangkau Alex di sana?”
“Tenang, aku akan membantumu agar bisa masuk ke sana. Dan saat kau berhasil masuk lakukan tujuanmu yakni, mendekati Alex. Kau tahu Alex adalah lelaki playboy jika kau terus mendekatinya, lelaki itu pasti akan tertarik padamu.”
“Apa dia sudah punya kekasih?” Ketty bertanya penasaran di seberang telefonnya.
“Aku tidak tahu, bahkan saat Alex membawa perempuannya itu di kantor ini, aku tak bisa menebak apakah dia kekasihnya atau selingkuhannya.” Zidane menjawab singkat sambil lalu.
“Segera setelah Alex pergi meninggalkan kantor ini, aku akan mengurusmu dengan cepat.”
*******
Sore ini Alex dan Renata sudah ada di dalam mobilnya dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Tugas mereka di kantor cabang sudah selesai. Alex merasa tugasnya kali ini bersama Renata benar-benar membuatnya bahagia. karna tugas ini, hubungannya dengan Renata sudah berjalan cukup menyenangkan. Alex berniat akan mengungkapkan perasaannya pada Renata dalam waktu dekat.
Alex melirik kearah Renata dan tersenyum simpul saat di liatnya perempuan itu sudah jatuh tertidur.
Alex kemudian menatap kedepan dan kembali fokus menyetir. Disaat keheningan yang melingkupinya, Alex mengerutkan keningnya saat teringat pesan dari rekan satu kantornya yang mengatakan bahwa dirinya harus berhati-hati dengan Zidane.
“Tuan Alex sepertinya untuk sekarang Anda harus berhati-hati dengan Tuan Zidane, dia sepertinya tidak punya naik baik untuk Anda.”
Salfok ma judul nya
ahahaha masih belum moveon ya sama ucapan SIre yang ambigu😭