Malam ini Alex pulang terlambat karena terhalang ajakan rekan kerjanya. Sebelumnya, begitu rapat dadakan itu selesai, Alex berencana langsung pulang ke hotelnya. Tapi tidak sangkanya Zidane mengajaknya untuk mendatangi klub langganannya. Karena merasa tidak enak hati untuk menolak ajakan rekan kerjanya itu. Alex akhirnya menerima ajakan tersebut.
Saat ini mereka berdua tengah duduk di kursi tinggi di depan meja bar yang mewah dan menikmati minuman berbuih berwarna gold. Mereka berdua berbincang- bincang cukup lama, membicarakan hal-hal random dari mulai pekerjaan, karir, hobby, bahkan urusan wanita. Walaupun Alex sudah menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol yang telah masuk kedalam kerongkongannya dan sedikit mabuk, lelaki itu tetap mengajak Zidane berbicara.
“Klub ini cukup bagus, apa kau sering datang kesini?” Alex bertanya ke arah Zidane yang tengah menyesap minumannya.
“Sering, aku bahkan seminggu tiga kali mendatangi tempat ini.”
“Bersama wanita?” ucapnya ingin tahu.
Zidane yang mendengarnya langsung tertawa.
“Tentunya, kau pikir aku lajang kesepian.”
Alex terkekeh mendengarnya.
“Kau tentu sama denganku bukan, sering mendatangi tempat seperti ini bersama pasanganmu.?” Kali ini Zidane yang bertanya ke arah Alex. Sebagai jawabnya Alex hanya bergumam, enggan untuk mengatakan ‘iya’.
“Berbicara mengenai pasangan, apakah wanita yang kau ajak dari kantor pusat itu adalah kekasihmu?” Zidane menatap kearah Alex yang sepertinya sudah sedikit mabuk.
“Hmm, bisa dibilang seperti itu.” Jawabannya sambil lalu. Disaat Zidane hendak melanjutkan percakapannya, tiba-tiba seorang wanita cantik datang menghampiri mereka berdua.
“Hai, aku boleh bergabung?” ucap sang wanita. Wanita itu cantik, dengan rambut curly berwarna pirang, mata yang berwarna hijau cerah serta tubuhnya yang tinggi semampai.
Alex yang mendengar sosok yang menginterupsi pembicaraan mereka, akhirnya menatap wanita tersebut.
Disaat dia memandang wajah perempuan itu, tak disangkanya terpampang wajah Renata disana.
Astaga, kenapa disini….?
Ketty, sang wanita berambut curly itu salah memahaminya. Dia berpikir jika sosok yang di depannya ini sudah terpesona. Dengan tanpa tahu malu, Ketty langsung merangkulkan lengannya itu dipundak Alex. Dan tanpa diduga Ketty memanggil salah satu temannya untuk memfoto dirinya bersama Alex. Dengan kurang ajarnya, bahkan Ketty mencium bibir Alex. Pas di adegan itu, terjepretlah foto yang sempurna. Hingga saat mata Alex terkena sinar flash dari ponsel orang yang telah memfotonya. Kesadarannya terbangun, kemudian dengan muak dia mendorong tubuh Ketty menjauh.
“Menjauh dariku, kau sangat menjijikkan.”
Setelah meluapkan kemarahannya Alex langsung melirik tajam kearah Zidane.
“Sepertinya kita harus pergi dari tempat ini, aku tidak sudi jika tubuhku di dikerubuti perempuan macam dia.”
Alex sedikit terhuyung saat hendak turun dari kursi tinggi yang berada di dalam bar, dengan sigap Zidane menghampiri Alex.
“Kau sepertinya sudah mabuk.”
Zidane kemudian memapah Alex untuk pergi meninggalkan dari bar tersebut.
Sepanjang mereka berdua pergi meninggalkan bar dan keluar dari klub. Ketty memandangnya dengan sinis ke arah mereka, terutama Alex. Dirinya sakit hati saat Alex menyebutnya ‘menjijikkan’.
Senyuman puas keluar saat Sean mendekatinya dan menunjukkan hasil fotonya.
“Foto yang sangat bagus.”
“Apa yang akan kau lakukan dengan foto itu?” Sean, teman Ketty orang yang telah memfotonya bertanya penasaran.
Sebagai jawabannya, Ketty hanya tersenyum licik.
********
Kosong, apa dia tidak pulang malam ini?
Setelah Renata membatin, tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan memperlihatkan sosok Alex yang muncul diambang pintu, Renata menelan ludahnya saat melihat Alex berjalan mendekat ke arahnya. Sungguh diposisi seperti ini, Renata bingung harus melakukan apa.
Saat Alex sudah berdiri dekat dengannya, lelaki itu menundukkan kepalanya menatap wajah Renata yang mendongak kearahnya. Sungguh pandangan Alex malam ini terasa berbeda, hingga membuat bulu kuduknya bergidik.
Alex menatap wajahnya dengan intens, matanya memindai semua yang terpampang di wajah Renata. Perempuan yang cantik, mempunyai garis wajah sedikit tegas, bola mata yang jernih, bulu mata yang lentik dan bibir yang indah.
Mata Alex terpaku saat pandangannya terhenti tepat di bibir Renata yang sedikit terbuka. Tanpa bisa ditahan, Alex akhirnya membungkukkan tubuhnya dan menyentuh dagu Renata, menariknya ke atas agar bisa dijangkau oleh bibirnya. Renata mulai panik saat bibir mereka hampir bersentuhan. Sebelum Alex memulai ciumannya, lelaki itu berucap mendesis.
“Kau tahu, seharian ini aku selalu kepikiran tentang dirimu hingga membuatku hampir gila.”
Renata yang mendengarnya seketika tubuhnya bergetar panik, bahkan tak sadar kukunya kini mencengkram di kain selimut.
Setelah mengutarakan rasa frustasinya, Alex tanpa permisi membuka mulutnya dan mulai mencium bibir Renata dengan lembut. Lelaki itu sepertinya sedang mabuk, karna dirasakannya saat bibir Alex menyentuh bibi Renata, tercium aroma alkohol manis yang sangat kuat.
Alex mencium dengan penuh kelembutan, menangkup sebelah pipinya dan membelainya lembut. Beruntung disaat Alex mabuk seperti ini, dirinya tidak menciumnya secara brutal. Karna perlakuan lembut Alex yang seperti itu, Renata terbawa suasana, hingga memejamkan matanya dan secara tidak sadar tangan yang sebelumnya mencengkram kain selimut, kini beralih mencengkram kuat kemeja Alex hingga membuat keseimbangan Alex goyah. Tubuh Alex roboh kedepan dan menimpa tubuh Renata yang ada di bawahnya, beruntung disaat tubuhnya hampir menabrak dada Renata, Alex dengan sigap langsung menggunakan kedua lengannya untuk menjaga beban tubuhnya agar tidak menimpa Renata sepenuhnya.
Alex membuka matanya dan melepaskan pertautan bibir mereka, Alex tersenyum saat melihat kondisi Renata yang tertindih di bawahnya, wajah perempuan itu bersemu merah dan rambutnya sedikit berantakan, nafas mereka saling berkejaran imbas ciuman yang baru saja mereka lakukan.
“Kau, disaat dalam kondisi acak-acakan seperti ini terlihat sangat cantik.” Alex mendaratkan jemarinya di pelipis Renata yang berkeringat dan menyelipkan rambutnya di belakang telinganya.
“Kau tahu Renata, semenjak aku mulai tertarik padamu, sejak saat itulah aku mulai berhenti berkencan dengan wanita lain. Kau wanita pertama yang mampu mengganggu pikiranku, disaat aku memandang gadis lain, hanya bayangan wajahmu yang selalu terngiang-ngiang di kepalaku ini.”
Alex terus meracau mengutarakan isi hatinya tanpa sadar semenjak memasuki kamar. Mendengar semua itu dan melihat bagimana Alex mengucapakannya dengan jujur walaupun dalam keadaan mabuk, membuatnya sedikit terharu. Ekspresi Renata melembut saat menatap wajah Alex yang penuh rasa frustasi.
Lelaki ini walaupun dalam keadaan mabuk, tetap tidak meninggalkan gurat ketampanan yang kharismatik. Dengan reflek, tangan Renata terulur untuk menyentuh rahang Alex yang tegas dan membelainya lembut.
Setelah meluapkan semua isi hatinya, mata Alex terasa berat, dan tiba-tiba saja memeluk tubuh Renata dan kepalanya rebah di dadanya.
Dia…. Pingsan?
Renata mengangkat kepalanya dengan susah payah untuk memastikannya, dan saat di liatnya Alex sudah tak sadarkan diri, Renata panik. Karna kondisi Alex yang pingsan dalam posisi menindihnya seperti ini, otomatis beban tubuh Alex sepenuhnya menimpa Renata yang terjebak di bawahnya.
Berat sekali bagaimana ini….
Karna posisi Renata masih rebah di samping ranjang dengan kaki menjuntai. Renata mengalami kesulitan saat hendak memindahkan tubuh Alex yang menimpanya. Dengan terpaksa, Renata akhirnya menggunakan kekuatan penuh untuk menggulingkan tubuh Alex kesamping, dan usahanya berhasil. Setelah tubuhnya bebas, Renata seketika melentingkan tubuhnya kemudian berdiri. Melihat Alex yang pingsang dengan posisi tidur tidak karuan, Renata akhirnya berniat membetulkan posisi tidur Alex. Pertama, Renata menarik tubuh Alex dengan susah payah supaya tidur lurus dengan kepala mengarah di kepala ranjang. Setelah berhasil, dia kemudian merapikan kaki Alex agar sejajar kemudian melepaskan sepatunya.
Renata menatap wajah Alex yang pingsan, kemudian dia mengerutkan kening saat melihat kancing kemeja yang dikenakan Alex saat ini tampak sesak di dada lelaki itu jika diliat dari kondisinya sekarang. Dengan impulsif, Renata mendaratkan jemarinya untuk membuka beberapa kancing kemeja yang dikenakan oleh Alex. Dia berpikir akan sangat nyaman jika Alex tidur dengan kondisi kemeja terbuka seperti itu. Setelah melepaskan kancing kemejanya, kemudian Renata menarik selimut untuk menutupi tubuh Alex sampai ke dada.
Huhh sangat melelahkan!
Setelah membereskan Alex, Renata menyeka keringat yang muncul di pelipisnya menggunakan tangannya. Dia tidak menduga, aksi ciumannya tadi akan berakhir seperti ini.
Bekerja keras
Mengingat ciuman, otomatis tangan Renata menyentuh bibirnya sendiri yang masih tertinggal jejak aroma manis dari Alex.
Renata melirik dan menatap kearah Alex yang tertidur pulas. Dirinya tidak marah saat Alex menciumnya seperti tadi. Apakah dirinya sudah mulai jatuh cinta?
Renata mengerjapkan matanya, kemudian mengalihkan pandangannya dari Alex. kemudian dia melirik ke arah kamar mandi dan tergoda untuk mandi air hangat. Mata Renata kemudian beralih menatap sekilas kearah Alex yang tertidur dengan pulas, kemudian beralih lagi ke arah sofa yang ada di sudut ruangan.
Hmmm tidur di sofa sepertinya tidak terlalu buruk. Tanpa pikir panjang, Renata kemudian mengambil bantal di ranjang tempatnya tidur dan membawanya di Sofa. Yah, dia malam ini akan tidur di sofa!
Setelah dirasa semua sudah beres, Renata akhirnya menuju ke dalam kamar mandinya untuk membersihkan diri. Setelah mandi dan mengunakan piyama yang dibawanya dari rumah. Renata akhirnya merebahkan diri di sofa yang sangat empuk itu. Tanpa menunggu lama Renata akhirnya jatuh tertidur dengan lelap.
*******
Sentuhan itu lembut seperti bulu yang menari- nari di atas pipinya. Renata ingin membuka matanya dan mencekal sesuatu yang mengganggunya itu, tapi, rasa ngantuk masih menguasainya. Sehingga dengan kesal Renata menutupi wajahnya dengan bantal.
Alex yang sengaja menggoda pipi Renata saat dia tidur, tersenyum jahil saat melihat Renata menutupi wajahnya dengan bantal. Karna gemas, Alex tanpa peringatan langsung membungkukkan tubuhnya, kemudian meraup tubuh Renata yang meringkuk di atas Sofa.
Suara erangan langsung terlontar dari mulut Renata saat tubuhnya sudah ada dalam gendongan Alex. Sebelum Renata terbangun sepenuhnya, tubuhnya sudah dibaringkan di atas ranjang. Kemudian Alex menatap lekat kearah Renata yang matanya masih berkabut.
“Maafkan aku, semalam aku mabuk, kau terpaksa tidur di sofa itu.” Alex mengucapkan permintaan maafnya dengan tulus. Renata yang masih mengantuk, tidak menanggapinya. Perempuan itu malahan menguap kemudian memiringkan tubuhnya mencari posisi ternyaman, setelahnya Renata memejamkan matanya. Alex hanya tersenyum melihatnya, kemudian dirinya menarik selimut untuk menutupi tubuh Renata.
Alex kemudian bangkit berdiri, lelaki itu sudah mandi dan kini masih mengenakan jubah mandinya yang berwarna putih. Dia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima pagi. Masih ada waktu tiga jam lagi untuk Alex bisa berangkat ke kantornya. Alex kemudian berjalan ke arah nakas ranjang dan meraih ponselnya. Setelahnya dia berjalan kearah sofa dan membanting tubuhnya disana. Dia hendak membuka sosial medianya. Tetapi, disaat Alex hendak membuka pola ponselnya. Tiba-tiba ada pesan masuk. Alex mengangkat alisnya saat tidak ada nama yang terpampang disana.
Menulis adegan romance itu memang tidak gampang bagi pemula sepertiku,
Selama ini selalu disajikan bacaan romance yang selalu bikin baper. Didorong karna aku suka genre romance,
akhirnya secara impulsif membuat cerita sendiri, dan bisa menuangkan ide romantisku versi ku sendiri kedalam tulisanku. Teryata menulis adegan romance itu gambang- gampang susah, belum lagi disaat fokus nulis ada momen yang bikin ketawa merasa geli dengan tulisan sendiri. Menulis di part ini benar-benar memakan waktu berhari-hari untuk menuntaskannya.
#CurhatDepanLaptopCukekCukekMata