Vitamins Blog

Love In The Boardroom Bab: 4 Kesempatan

Bookmark
Please login to bookmark Close

 

Seminggu setelah kejadian video dirinya viral. Keadaan kantor pagi ini kembali normal, tidak ada lagi suasana bisik- bisik antara karyawan untuk membicarakannya dirinya. Semula Alex merasa terganggu dengan aktivitas orang kantor yang terus menggosipkan tentang dirinya, hingga rasanya Alex ingin memarahi mereka dan memecatnya. Tapi Alex tidak melakukannya, dia berpikir dengan penuh percaya diri di dalam hatinya mengatakan, sudah resiko menjadi bintang di tempat ini, jadi apapun kejadian yang berhubungan dengannya pasti akan menjadi topik pembicaraan nomor satu di kantornya ini.

Alex saat ini tengah berjalan di Koridor yang menghubungkan ke ruangan bagian pemasaran karna hendak melakukan kunjungannya. Sepanjang perjalanannya, Alex memasang senyum manisnya saat berpapasan dengan bawahannya yang kebetulan menyapanya. Penampilan Alex pagi ini sama seperti biasanya, tampan mempesona. Dengan mengenakan kemeja putih dipadu dasi warna hitam, rambutnya yang rapi dan klimis, kakinya yang panjang, mengenakan celana hitam dipadu sepatu pantofel yang dipakainya menambah kesan elegan. Alex mempunyai postur tubuh tinggi yang proposional, sehingga orang yang tidak mengetahui tentang Alex akan mengira dia adalah seorang model.

********

Sesampainya di ruangan pemasaran, dan saat dirinya muncul di ambang pintu. Serentak anak buahnya yang ada di dalamnya lansung mengucapkan selamat pagi dengan suara kompak dan bersemangat. Hingga mau tidak mau senyuman manis yang menjadi ciri khasnya itu muncul kembali dan meluluhkan hati pemujanya meronta bahagia saat melihat Alex tersenyum seperti itu.

Dari semua anggota yang bersemangat menyapanya, Alex bisa melihat dari sudut matanya, hanya ada satu sosok yang tidak menyapanya dan malahan sibuk dengan layar laptopnya. Hingga mau tidak mau mengundang rasa tertarik Alex untuk menghampirinya dan berniat untuk menggangunya.

Saat Alex hendak menghampiri kearah Renata, pandangannya terganggu saat Maya yang tiba-tiba saja menjatuhkan semua berkas pekerjaannya hingga membuat berkas itu berhamburan di lantai. Ya, Maya yang kebetulan satu ruangan dengan Renata dibidang marketing, membuat mereka bekerja di satu tim.

“Ah, sial” Maya mengumpat dengan jengkel, kemudian buru-buru memungut berkas yang berserakan di lantai.
“Perlu bantuan?” Alex yang tiba-tiba sudah ada di depannya dan menawarkan diri. Begitu mendengar tawaran dari Alex, Maya mendongakkan kepala ke atas, melihat Bosnya yang sudah berdiri menjulang di depannya, ditatap sebegitu intensnya bagaimana Maya tidak salah tingkah?

“Ah tidak perlu Bos, ini akan segera cepat beres.” ucapnya buru- buru dan dengan cekatan mengambil berkas yang berserakan itu. Tapi tidak diduganya Alex malah mendudukkan dirinya di samping maya dengan menggunakan satu lututnya kemudian membantunya.
Jika diliat posisi mereka saat ini, benar-benar mengingatkan adegan film romantis yang menceritakan seorang Bos yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan bawahannya.

“Kau ini, kalau bos mu menawarkan bantuan sebaiknya jangan kau tolak.”
Alex sengaja berucap menggoda untuk membuat Maya semakin salah tingkah.
“Kau liat, berkas ini sangat banyak yang terjatuh jadi akan kurang pantas jika aku hanya melihatnya tanpa membantumu.”
Setelah selesai, Alex kemudian menyerahkan berkas yang sudah dirapihkan itu ketangan Maya yang lansung direspon dengan sigap olehnya.

“Cepat bukan? Sangat jarang ada Bos yang mau membatu lansung anak buahnya seperti ini.”
Dan benar saja begitu mendengarnya wajah Maya seketika bersemu merah seperti buah tomat, hingga Alex yang melihatnya tak bisa menahan seringaian bangganya.

“Te_terimakasih banyak bos.” ucapnya malu malu dan buru- buru kembali ke tempat kerjanya.

Dasar menyebalkan, wajah tampan yang menyebalkan. Dia menyalahgunakan ketampanannya untuk menggoda Maya.

Renata yang sejak tadi memperhatikan aksi Bosnya dari kejauhan, memandang sinis dan tak tahan untuk tidak mengumpat dalam hatinya.

Merasa seperti ada yang memperhatikan dari jauh, Alex tiba-tiba menolehkan pandangannya dan matanya seketika berserobok dengan Renata hingga membuatnya tergeragap.
“Ah sial, kenapa dia tahu aku sedang memperhatikannya, cih, aku benci senyuman itu!”

Alex tersenyum penuh arti melihat sikap Renata yang tak bersahabat itu. Semula Alex ingin menghampirinya tapi ahkirnya mengurungkan niatnya. Ya, sosok seperti Renata akan lebih baik jika ditangani nanti saat ada di ruangannya. Alex, lebih baik fokus pagi ini untuk mengutamakan tugasnya sebagai manajer pemasaran dan menjelaskan alasannya datang ke tempat ini. Alex akhirnya melakukan briefing pagi dengan diikuti oleh semua bawahannya. Tak kecuali Renata, perempuan itu yang awalnya fokus dengan laptopnya mau tidak mau akhirnya ikut menyimak dengan tenang.

Alex berkerja di perusahaan flower Cosmetics perfumery yang memproduksi dibidang kosmetik jenis parfum, dengan brand yang cukup terkenal di negaranya. Dengan jabatan Alex sebagai manager pemasaran, membuatnya bertanggung jawab untuk memberi arahan serta strategi bagusnya kepada mereka, bawahannya, yang saat ini tengah menyimak. Alex membahas tentang visi misinya mempromosikan produknya, menjaga agar produk yang mereka jalani ini tidak tersaingi dengan produk luar.

Pabrik pembuatan parfume tempat Alex berkerja ada dua. Yang pertama ada di belakang area kantor pusat, tempat yang saat ini Alex tempati, dan yang kedua ada di kantor cabang tepatnya di kota sebelah.

*******

Setelah melakukan briefing pagi, Alex kemudian kembali keruangan sendiri. Begitu sampai di tempat kerjanya, telepon yang ada di meja berbunyi, menandakan ada telefon masuk. Dengan cepat Alex menghampiri dan mengangkat telpon tersebut.
“Selamat pagi tuan Alex, saya Erick sekertaris tuan Adam. Beliau mengatakan agar Anda segera ke ruangannya.”
Tuan Adam? tidak seperti biasanya Bos besarnya itu memanggilnya, apa ada masalah besar?
“Halo tuan, Anda masih disana?”
Alex terbangun dari lamunannya, kemudian dia buru-buru menjawab pertanyaan Erick diseberang telfonnya.
“Ah maaf, baik. Saya akan segera ke sana.” Alex menjawab lugas, kemudian menutup teleponnya kembali. Setelahnya Alex keluar dari ruangan kerjanya dan langsung menemui Bos besarnya itu.

Sepanjang perjalanannya itu Alex terus berpikir mengenai alasan kenapa Bos besarnya itu mendadak memanggilnya. Hingga tanpa terasa, karna terlalu tengelam dengan pikirannya sendiri, Alex tanpa sadar sudah sampai di depan pintu ruangan bos besarnya itu. Alex berdehem sejenak untuk menenangkan diri, kemudian dirinya mengetuk pintu meminta izin untuk masuk.

“Masuk” suara Adam yang serak dan berat menyahuti dari dalam, kemudian Alex muncul dari ambang pintu dengan wajah penuh senyum khasnya yang membuat bos besarnya itu mau tidak mau ikut tersenyum.
“Silakan duduk Alex. Kau pasti terkejut bukan kenapa aku memanggilmu kesini?” Begitu Bos besarnya menyuruhnya duduk dengan ekspresi santai seperti itu, Alex bisa berharap jika ini pertanda baik bukan?
“Sedikit tuan”
“Hmm kau boleh tenang, aku memanggilmu kesini bukan masalah videomu yang sempat menghebohkan itu.” ucapnya dengan senyuman mengejek hingga Alex salah tingkah.
“Tuan, Anda juga melihatnya?” Ekspresi Alex langsung memerah menahan malu.
“Sudah” Jawabnya singkat.
“Kau tau, saya juga pernah muda sepertimu, jadi berpetualang mencari cinta itu memang hal yang wajar.” Adam memberikan komentarnya sedikit sambil lalu. Kemudian dia menatap Alex dengan ekspresi serius dan mulai membicarakan alasannya kenapa dia memanggilnya kesini.

“Aku memanggilmu kesini karna di kantor cabang membutuhkan manager sepertimu untuk mengatasi masalah disana, kau tahu manager disana kurang kompeten. Tidak bisa menghandle dengan baik, sehingga membuat produk penjualan kita disana tidak mencapai target dan kita mengalami kerugian.”

Begitu mendengar penjelasan Bos besarnya itu. Alex seketika menghembuskan nafas lega.
“Karna itulah mulai besok, kau saya tugaskan untuk ke kantor cabang selama tiga hari untuk memberikan arahan terbaikmu pada mereka, kau boleh membawa salah satu anak buahmu dari divisi pemasaran untuk membantumu selama kau ditugaskan disana.”
Pada saat Bos besarnya mengatakan hal itu. Seringaian muncul dibibir Alex tanpa bisa ditahan.
“Baik Tuan, selama tiga hari kedepan saya akan berusaha melakukan yang terbaik.”
Alex menjawab dengan penuh keyakinan, membuat Bos besarnya itu tersenyum puas.
“Bagus, aku percaya pada kinerjamu. Satu lagi, kau ada nama yang akan di rekomendasikan untuk menjadi partnermu selama di kantor cabang dari divisi pemasaran?” Adam bertanya ke arah Alex yang berwajah cerah.
“Ada Tuan, saya akan membawa Renata, dia bawahan saya yang pintar.” Alex mengucapkan alasan yang terselubung.

“Bagus kalian harus jadi tim yang solid, buktikan pada mereka bahwa sumber daya manusia dari kantor pusat memang berkualitas.” Adam memberikan motivasinya dengan nada arogan. Alex yang melihatnya mau tidak mau ingin sekali tertawa. Ya, karna alasan sebenarnya Alex membawa Renata hanya karna ingin mendekatinya, bukan murni karena Renata pintar.

Disaat Alex tengah sibuk dengan isi pikirannya sendiri, Adam melanjutkan ucapannya dengan serius. “Jika kau berhasil mengatasi masalah di kantor cabang itu, aku berjanji akan menaikan jabatanmu setelah ini.”

*******

Setelah pertemuannya dengan Bos besar Adam selesai, Alex akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Dan sekarang hendak kembali di ruang kerjanya sendiri. Sepanjang perjalanannya itu, Alex berjalan cepat dan fokus dengan pemikirannya sendiri, hingga saat dirinya hendak berbelok dari koridor, tanpa sengaja Alex menyenggol bahu rapuh yang mengaduh kesakitan saat ditabrak olehnya hingga terjatuh. Sebelum tabrakan terjadi, perempuan itu tengah fokus dengan ponselnya karna sedang membalas pesan dari seseorang. Hingga saat tabrakan itu terjadi, secara serampangan Renata langsung memarahinya tanpa melihat sosok yang sudah menabraknya.
“Aww! apa kau tidak punya mata saat berjalan!”
Ucapnya bersungut-sungut, menunduk dan mengusap pundaknya yang sakit karena sudah tabrak tubuh kokoh yang tampaknya terbuat dari beton.