Vitamins Blog

Selembut Sutra Bagian 3 { Pasrah atau Melawan}

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

8 votes, average: 1.00 out of 1 (8 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“Mengapa kamu mengusik hidupku? bukankah aku tidak pernah bersinggungan dengan kehidupanmu?” Ayya memberanikan diri untuk bertanya meskipun wajah Meraka terlalu dekat. Ada senyum jahat di wajah tampan milik lelaki ini. Dia mendekatkan wajahnya dan membisikan sesuatu di telinga perempuan itu.

“Siapa bilang kita tidak pernah bersinggungan, kamu lebih dulu mengusik hidupku” Kata-kata itu membuat Ayya merinding setengah mati, tautan kedua jari-jari tangannya makin kuat, terselip rasa takut terhadap lelaki ini.

“Apa yang ku anggap sebagai milikku, maka itu akan terus menjadi milikku”

***
Kepemilikan yang di lontarkan dari mulut Jhovan seolah janji mati yang tidak bisa di langgar oleh siapapun, mendengar kalimat mengerikan itu Ayya hanya ternganga tak percaya, atas dasar apa lelaki didepannya ini mengklaim hidupnya adalah miliknya. Kesialan apa yang sudah di alami Ayya hingga dia harus bersinggungan takdir dengan lelaki ini, dulu dia memiliki mimpi sederhana tentang rumah tangga. Dia ingin menikah dengan lelaki yang dekat dengan Tuhannya hingga surga terasa dekat tapi entah takdir seperti apa hingga dia terikat dengan manusia berhati iblis ini.
Sekilas Jhovan memandang istrinya yang tiba-tiba diam setelah mendengar kata-kata kepemilikan yang dia ucapkan.
“Kenapa kau diam? sudah tidak melawan lagi?”
Ayya tak menanggapi dia malah memalingkan mukanya seolah tak sudi memandang laki-laki yang sekarang berstatus suaminya ini. Dia merasa terjebak dengan pernikahan ini, demi nyawa-nyawa yang di kasihi dia harus mengikat takdir dengan lelaki arogan ini.
“Jangan membuang mukamu!” Jhovan menelusupkan tangannya ke tengkuk istrinya itu untuk memaksa Ayya agar melihat kearahnya.
“Aku belum memberikan hukuman atas keberanian mu lari dari genggamanku.”
Mata Ayya terlihat kaget mendengar ultimatum yang keluar dari mulut lelaki arogan ini. Jhovan menyukai ketakutan di mata itu, entahlah semenjak pertemuan pertama waktu itu dia tak bisa mengalihkan pandangan dari perempuan ini.

“Kamu pikir aku akan takut.” Ayya menguatkan diri untuk menentang lelaki arogan ini. Jhovan tertawa tapi tawa itu hambar seolah mengejek keberanian istrinya ini. Ternyata wanita ini belum menyerah juga pikirnya.

Sejenak Jhovan memandang kepangkuan istrinya dan dia teringat sesuatu.
“Ah… benar, kamu tidak bisa di sentuh pada bagian itu, tapi aku sepertinya punya cara lain untuk menghukum mu.” Dengan gerakan cepat Jhovan mendorong istrinya itu hingga perempuan itu terbaring, mengalami hal itu Ayya yang notabennya adalah perempuan keras kepala maka dia akan memberontak sekuat yang dia bisa, dia akan mempertahankan kehormatannya meskipun lelaki ini adalah suaminya ada rasa tidak ikhlas ketika tangan laki-laki ini menyentuh kulitnya. Dia tahu dosa ketika menolak keinginan seorang suami tapi bukan suami yang seperti ini yang dia inginkan, dia ingin di cintai bukan hanya di jadikan objek pelampiasan.

“Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dengan cara memaksaku.” Ayya protes. Mendengar itu Jhovan hanya tertawa penuh kemenangan, bukankah selama ini dia selalu berhasil memiliki perempuan ini dengan cara apapun.
“Aku tidak perduli, baik itu dengan persetujuan mu atau tidak. Aku rasa kamu sudah tahu tentang hukum agama jika suamimu inginkan istrinya tapi di tolak.” Jawab Jhovan dengan santainya.
“Jangan pernah bawa-bawa hukum agama. Bagaimana dengan kewajiban mi terhadap agama? Kamu bahkan meninggalkannya tanpa memikirkan dosa” Ayya frustasi dengan usahanya untuk bebas dari belenggu yang membuat dia harus pasrah dengan keadaan.
“Terserah.” Jhovan tetap melakukan aksinya hanya saja di tidak menyentuh pada bagian yang sedang tidak bisa di sentuh sekarang, mungkin dia akan bersabar menunggu 1 minggu sampai tahap menstruasi perempuan ini selesai.

****
Pagi menjelang, panas matahari menerobos kamar bernuansa putih. Ayya terbangun dengan keadaan seluruh tubuh ngilu dan ada rasa sakit hati yang tidak terima. Bagaimana mungkin lelaki arogan itu terus saja menyentuhnya tanpa jeda. Ada apa dengan lelaki itu, setelah terpuaskan dia baru beringsut meninggalkan istrinya.
Dengan langkah gontai Ayya menyeret tubuhnya meskipun terasa ngilu tetap berusaha untuk berjalan ke kamar mandi. Baru saja Ayya berdiri ada rasa pening yang mulai berdenyut di kepalannya. Dia memijat keningnya yang berdenyut.
“Kepalaku sakit” Gumam Ayya, dia tetap menyeret tubuhnya untuk menuju kamar mandi, seluruh tubuhnya hanya berbalutkan selimut tebal yang yang bisa melindungi pada bagian depan. Belum juga sampai pada ambang pintu, rasa pening di kepalanya sudah tidak bisa di tahan lagi. Ini sangat pusing dan tiba-tiba pandangannya memburam, setelah itu dia sudah tak sadarkan diri.

“Ayya, aku bawakan…” Belum lagi kalimat itu selesai Jhovan melihat istrinya tergeletak tak sadarkan diri di depan pintu kamar mandi. Dia berlari menghampiri istrinya. Mengangkat tubuh lemah itu.
“Hey… Ayya bangun! bangun ku bilang!” Jhovan menepuk-nepuk pelan pipi istrinya tapi tidak ada tanda-tanda perempuan itu akan sadar.
“Jhoni!!” Teriak Jhovan memanggil anak buahnya itu.

***
“Apa yang terjadi dengannya?” Tanya Jhovan pada dokter Fitri sahabat baiknya itu. Perempuan cantik itu diam sesaat memandangi Ayya, lalu beralih pada Jhovan.
“Apa yang kamu lakukan padanya? dia kelelahan, kurang nutrisi dan istirahat.” Jhovan diam membisu dia tidak berani mengungkapkan perlakuannya pada istrinya.
“Kamu tidak perlu ikut campur urusanku” Jhovan menimpali setelah kegugupannya itu hilang.
“Bagaimana mungkin aku tidak ikut campur dia sakit, dia di perlakukan bukan layaknya perempuan yang dinikahi. Ada apa sebenarnya dengan mu? dia istrimu, perempuan yang sangat baik seperti itu tidak layak kamu perlakukan seperti itu.” Fitri berkomentar cukup panjang dia tidak perduli lagi dengan perubahan raut wajah Jhovan, lelaki itu sungguh dalam mode ingin menelan hidup-hidup sahabatnya.

“Jhoni, antar dia keluar dari sini.” Mendengar perintah seperti itu, Jhoni siap bergerak untuk mengantar tetapi dengan cepat Fitri menepis dengan mengangkat tangannya tanda dia tidak perlu di usir sebab dia akan pulang sendiri.

martapura

04 /3/2022

Maaf typo bertebaran

Selembut Sutra Bagian 2 { Milikku }

 

 

12 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    Melawan

  2. Martapura maksud nya daerah kalimantan ya

    1. Iya

  3. RORONOA ZORONA menulis:

    Mas Jhovan jahadd, sebaiknya kamu minta diresepkan jamu kiranti oleh dokter Fitri~
    :grrr :grrr :grrr :grrr :grrr

  4. Nungguin bkin pnasaran :awaskubalasnanti

  5. Waah next k :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA gx sabar nih lanjutan nya babang johvan, apa yg akan terjadiii tunggu eps selanjutnya :gaksabar :iloveyousemangat :bantinglaptop :matre :kisskiss

  6. Terlalu sedikit, d tunggu up nya

  7. Tks ya kak udh update.

  8. Novita sari menulis:

    Thnkyuu

  9. Kalo ada pdf nya mau donk?

  10. Bagus kak ceritanya, lanjuuuttt :NGAKAKGILAA :lalayeye

  11. Seru ceritanya