Jangan Pergi
Sunyi, senyap, hitam, gelap.
bisa didiskripsikan bahwa itu adalah hati Agus, sunyi karena tidak ada suara teriakannya
senyap karena dia benar-benar pergi seperti yang diharapkannya.
hitam karena itu adalah warna faforitnya dan dia gelap karena terangnya telah beranjak pergi bersamanya.
6 Bulan bukan, Agus terlihat seperti ini bagaikan mayat hidup yang hanya kerangkanya saja yang berjalan.
apa yang harus dia lakukan ? pertanyaan itu yang selalu menjadi pertanyaannya selama ini
musik ?
sejak dia datang dialah inspirasinya, sejak dia datang hanya dia yang terlihat dimata Agus.
bayangan terakhir kali dirinya bersama Agus, adalah hal yang paling dibenci didunia ini, karena itu adalah saat terakhir Agus mengatakan hal yang sangat kejam.
” kau akan pergi dariku ?” kecewa, sedih tersirat jelas dalam suaraku melihat dia yang tengah mencengkram koper kecilnya
“aku …” dia terdiam, matanya yang dulu selalu penuh dengan kebahagiaan kini hanya terpancar kesedihan seakan ini bukanlah hal yang ingin dilakukannya
“Kenapa ? kenapa kau melakukan ini” teriakku frustasi melihat dia yang akan pergi tanpa menjelaskan apapun,
“Agus” panggilnya mencoba menahan tanganku yang segera kutepis seakan sentuhannya akan membuatku goyah kembali
“Pergi.. dan kuharap kita tidak akan pernah bertemu kembali” aku menatap marah kepadanya dan berlalu meninggalkannya yang berusaha memanggilku
kenangan yang saat disesali oleh Agus untuk diingatkan, kenangan yang membuatnya sangat ketakutan untuk pergi menemuinya
kenapa ?
Agus takut bahwa dengan pertemuan dirinya dengannya, dia mungkin akan menghukumnya dengan tidak akan bangun lagi dan benar-benar pergi dari sisi Agus.
######
“sampai kapan kau akan mengikutiku terus ?”
Aku tersentak melihat Juni berkata sambil menatap cermin untungnya Saat ini kita (aku dan dia) tengah berada dikamarnya.
“jangan menatap horor seeprti itu, seharusnya aku yang menatap horor seperti itu”
“kau tengah berbicara denganku?” tanyaku meyakinkan
“diruangan ini selain aku dan kau siapa lagi disini”
Dia menatap tepat didepanku, aku tertegun selama 6 bulan mengikutinya dia tidak terlihat seperti bisa melihat atau berbicara dengan hantu
“kau bisa melihatku?”
“jika aku tidak bisa melihatmu tidak mungkin aku mengajakmu berbicara ?”
Aku terperangah, sialan ! dia pintar sekali menipu selama 6 bulan ini
“YA! Juni kenapa kau tidak berbicara padaku selama 6 bulan ini”
“kenapa berteriak kepadaku ? Aku hanya tidak ingin berurusan dengan hantu” sungut Juni menatap galak kearahku
“kenapa saat ini kau berbicara denganku ?” tanyaku tak kalah galak darinya
“karena aku sudah bosan diikuti olehmu, sampai kapan kau akan mengikutiku trus ?” jawabnya ketus
Oke baiklah aku mengerti perasaannya bahwa sangat tidak menyenangkan untuk diikuti oleh hantu sepertiku
“sampai aku mendapatkan ingatanku dan mengetahui alasan kenapa aku menjadi hantu”
“jadi selama ini kau adalah hantu tanpa ingatan ? daebak”
Serunya takjub dibuat-buat membuatku jengkel saja
“tertawalah sepuasmu Juni” kataku sarkas
Melayang kearah tempatku selama ini pojok dekat jendela
“bisa kau ceritakan kenapa kau bisa menjadi hantu tanpa ingatan?”
“apa kau ingin membantuku?” tanyaku menatap dia yang berjalan menuju tempat tidurnya
“tidak”
“tidak akan kuceritakan” sanggahku jengkel kembali menatap pemandangan kecil di jendelanya.
Menjengkelkan bukan Juni gadis tengil itu ternyata bisa melihatku.
“baiklah, apa yang bisa ku bantu untukmu” June berbicara pelan menataoku dari arah ranjang kecilnya.
Aku menatap curiga kearahnya apakah dia benar-benar atau hanya ingin mempermainkanku
“aku berniat membantumu jadi katakana”
Sepertinya memang hanya dia yang dapat membantuku saat ini,
“Apakah kau kenal wanita yang sering dibicarakan artis perusahaanmu?”
“artis yang sering kau kunjungi itu ya?”
“iya kau kenal ?”
“tidak, kenapa?”
“bisakah kau cari tahu siapa dia? Aku merasa sangat aneh saat mereka bercerita tentangnya”
“hanya itu ? Tidak ada yang lain?”
“untuk saat ini itu saja”
“baiklah”
Keheningan kembali, June kembali pada rutinitasnya dan aku kembali menatap kearah langit malam, dan tunggu
“kenapa selama ini kau berpura-pura?” tanyaku penasaran akan hal ini, June menatapku dari arah cermin sambil melakukan rutinitasnya
“sudah kubilangkan aku tidak suka berurusan dengan hantu” katanya jengkel
“ah bukan sejak kapan kau bisa melihat hantu?” tanyaku mengubah pertanyaan
“entahlah aku tidak ingat” jawabnya pelan
“ini sangat menggangguku, kenapa kau selalu berada diantara anggota BT21?” kali ini dia menatap langsung padaku tanpa melalui cermin
“entahlah, aku juga tidak tahu” kataku pelan menerawang ke saat pertama kali aku sadar aku hantu
“seakan aku tertarik olehnya” sambungku mengingat saat itu
June menatapku horor dan berkata “Ya ampun kenapa aku harus berurusan dengan Hantu tanpa ingatan” katanya dengan nada menjengkelkan
######
“Sepertinya kau lebih tua dariku?” June memulai obrolan kami dengan memasang earphone dikedua telinganya, agar tidak dianggap gila oleh orang-orang yang memperhatinkan
“Kau benar-benar akan mnecari tahu ?” tanyaku mengabaikan pertanyaannya tanpa melihatnya
Dia mendegus kecil “tenanglah aku sudah berjanji dan pastinya akan kutepati,”
Aku mengangguk kecil mengikuti langkah kakinya kearah tempat mereka.
Atmosfer yang tidak begitu baik, seperti akan ada uap lahar api yang akan meletus. Aku berbisik kearah June
“Sepertinya akan ada pertumpahan darah” kataku meneliti area yang ada
“Senior Sejin, ada apa ini?” June
memandang wajah Sejin yang tengah gusar dan khawatir terhadap 2 orang yang tengah saling menatap.
Teriakan salah satu dari mereka menjawab pertanyaan June dan diriku,
” Kau seharusnya tidak egois Agus. Sampai kapan kau membuat dirinya menunggu?”
sosok Agus menatap tajam lawan didepannya seakan perkataanya barusan adalah pemicu lahar api.
“Sejak kapan kau menjadi Juru bicara Aris ? Jangan mencampuri urusanku” kata Agus dingin,
” Brengsek” Maki lelaki itu menarik wajah Agus, dan seketika itu juga sebuah puklan mendarat diwajah mulus Agus.
Agus sendiri yang terkena pukulan tiba-tiba menarik kemeja lelaki didepannya sambil berkata tajam
“Kau tahu apa HA?” Agus membalas memukul wajah lelaki itu dengan telak membuat lelaki itu terdorong kebelakang sambil memenggang salah satu wajahnya yang terlihat lembab
” Kau tidak tahu apa-apa” ujar Agus sekali lagi dengan penuh penekanan.
“Brengsek, kau yang tidak tahu apa-apa. Karena keegoisanmu, karena fansmu, karena pekerjaanmu dia pergi” teriak lelaki itu menunjuk kearah Agus, berdiri didepannya dengan amarah yang menyala.
“pernah kau menanyakan kepadanya alasan dia pergi? Tidak kau tidak menanyakannya yang ada dibenakmu adalah dia pergi meninggalkanmu dan tak akan kembali”
Agus terdiam mencerna kata-katanya, lelaki itu tetap melanjutkan tanpa mempedulikan raut wajah Agus.
“sekarang temui dia dan lepaskan dia agar dia bisa pergi, sudah cukup penderitaannya karena egoismu”
Lelaki itu berbalik dan pergi, saat bertatapan dengannya potongan gambar berhamburan kearahku bagai mesin fotokopi hitam putih dan untuk pertama kalinya aku mendengar teriakan pada tampilan tidak jelas itu
“Kumohon Jangan pergi Aris. Aris Cho” teriakan suara lelaki menggemba lantang memenuhi indra pendengarku
Agus tuh Suga ya ehh hehe, bnr ga sih
Trs ada Juni, June, itu beda orang atau orang yg sama? Maafkeunn, bca jam sgni, jdi agak2 oleng hehe
Aihhh penasaran
Ditunggu kelanjutannya
Semangatttt
Hantu ganteng
Semangatzz