Vitamins Blog

Elegi

Bookmark
Please login to bookmark Close

Love it! (No Ratings Yet)

Loading…

Hari itu kami mendengarkan sebuah surat Al-quran bersama – sama sambil terbaring dan berpelukan. Lantunan surah al-Kahfi menjadi bagian favoritku dan dengannya. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Aku memakai earphone sebelah kanan, dan beliau sebelah kiri. Aku tahu, walaupun tak bisa berbicara tapi didalam hatinya pasti beliau mengikuti lantunan ayat demi ayat.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Tiba di ayat ke sepuluh, ayat yang sukses membuat air mata meluruh dan dada sesak, di dalam hati aku berdoa “yaa rabb sembuhkanlah orang yang paling kusayangi ini”. Hati begitu sakit dan tenggorokan pun tercekat, beliau melihat dari sudut matanya melirik kearahku. Aku tersenyum dan kembali menirukan ayat-ayat selanjutnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Masih dengan memeluknya dan menggenggam tangannya “Ade pergi dulu seminggu ya ma, nanti yang jaga mama ada ateh”. Robohlah pertahananku untuk menahan tangisku. Aku terisak dengan memeluknya, melanggar janji jika menangis didepannya itu hanya akan menambah beban.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Aku memeluknya dengan erat, sangat erat. Berat meninggalkan mereka berdua. Aku melihat saudaraku itu dengan kepala menunduk. Seharian penuh dia tak ingin berbicara denganku. Aku terima, mungkin dia berpikir aku egois karena hanya mementingkan pekerjaan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Aku mencium seluruh wajahnya dengan sayang, aku berbisik dan membuat janji dengan mama. Kulihat senyumnya sedikit tersungging, dan bagiku itu cukup untuk sebagai restunya untukku. Ku rapihkan letak selimut dan berpamitan padanya “Do’akan aku ya ma, aku berangkat. Aku sayaaang banget sama mama” ucapku dengan suara sedikit serak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Tiga hari ku diperantauan, hati tak tenang karena jiwa berada bersama ibunda. Masih teringat hari itu, ketika semua pekerjaan sudah kuselesaikan dengan cepat “Tumben” pikirku. Di sebuah ruangan persegi panjang tempatku bernaung, ku gelar sajadah dan memanjatkan doa dan rindu pada Sang Mahakuasa, meminta agar yang kusayangi diangkat penyakitnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Dering lagu Hush dari Lasse Lindh mengalihkan perhatianku, aku beranjak dari tempat berdoa, ateh saudaraku menelpon! Ya, kusuruh dia untuk melapor perkembangan mama padaku. Ucapan salam yang pertama kali aku ucapkan. Namun, tak ada jawaban. Aku bertanya, dia diam. Suara serak dan tangis menghampiri pendengaranku.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Aku mendengarkan setiap perkataannya dengan hati remuk redam. Tangisku keluar bersama dengan rasa bersalah dan penyesalan. Ku akhiri panggilan itu tanpa berkata apapun. Dan ku kembali pada sajadah yang masih tergelar.
Sujudku begitu dalam saat itu, aku harap apa yang aku dengar adalah halusinasiku yang terlampau rindu padanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Hari itu, aku merasakan kehampaan, rasa bersalah dan penyesalan yang tiada tara. Aku, kehilangan pelita hidup. Aku meninggalkannya… dan dia dijemput olehNya untuk dijaga dengan sebaik-baiknya.

 

1 Komentar

  1. Sedihnya nyampe sini :aw..aw :aw..aw :aw..aw :aw..aw