Vitamins Blog

CAPITAL–04–HUKUMAN

Bookmark
Please login to bookmark Close

“Bangun dan makanlah semuanya.. dasar bodoh.”

Rania tertegun, bukankah semalam king arguz mengatakan akan memberikan hukuman.

“Jangan banyak berpikir. Kau akan tetap diberi hukuman. Makan, habiskan lalu ikuti kemana tuan arox pergi.”

Dasar madam alkali jahat, pantas saja ia tak mempunyai keluarga. Lagipula rania tidak pernah sekalipun melihat madam alkali memiliki keluarga. Wanita tua itu hanya sibuk dengan budak darah dan ramuan-ramuan yang entah untuk apa.

Tak butuh beberapa menit, makanan sudah dihabiskan rania. Dan sesegera mungkin ia mengikuti tuan arox yang terlihat kesal sedari tadi.

“Tuan, kita mau kemana?”

Rania berusaha mensejajarkan langkah kakinya dengan langkah tuan arox yang begitu terburu-buru.

“Seharusnya kau memilih mati gadis bodoh.”

“Lalu bagaimana lagi!!! Kenapa semua mengatakan aku gadis bodoh dan aku harus mati!!! Aku capek.”

Arox terhenti. Dilihatnya pipi rania basah karena menangis. Gadis ini sungguh bodoh. Bagaimana bisa ia berteriak didepan penasihat kerajaan. Arox menatap tajam rania, kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya yang tak lama kemudian diikuti rania.

Mereka berhenti disebuah ruangan serba perak. Beberapa detik sebelum arox mengetuk pintu, dua orang pelayan istana keluar dengan gadis yang tampak pucat seperti kekurangan darah.

Darah.. budak darah.. Jadi hukumannya menjadi budak darah

“Masuklah. Hai rania jangan melamun.”

Arox yang sudah masuk ruangan melambaikan tangan kearah rania yang berdiri terpaku.

“Arox pergilah. Aku ingin berdua saja dalam proses ini.” Suara serak dingin dari sudut meja.

Arox menunduk hormat, kemudian melangkah pergi meninggalkan rania.

“Siapa namamu bo..”

Pria itu tertegun, wajah datarnya hampir saja berubah ketika menatap mata rania.

“Rania..”

“Baiklah. Kau tau aku tidak suka banyak bicara. Jadi naiklah keatas kasur.”

Pikiran negatif yang bersarang di benak rania lqngsung menghilang ketika ia menyadari bahwa pria tampan itu memegang suntik dan menguras darahnya.

“Sakitt…” Rania merintih. Rupanya masih ada tahap setelah pengambilan darah. Tahap pemberian sejenis kode batang melalui sayatan sayatan pisau bedah.

“Kau mau mati bukan? Hidup hanya akan memberikanmu kepedihan.” Pria itu mencengkram dagu rania sejenak, menatap lekat-lekat wajah pucat rania.

“William.. An…anda pangeran wiliam bukan?”

Pisau bedah terjatuh, menimbulkan suara bising di keheningan. Ia membuka kain hitam yang membungkus wajahnya. Tidak ada gunanya menyembunyikan wajah dihadapan gadis yang telah mengenalnya.

Dan wajah itu tetap datar, hanya saja lekukan wajah nampak lebih begitu menawan. Sangat menawan.

6 Komentar

  1. ada typo

    1. @1ND0N3514R4Y4 menulis:

      sep kaka ntar mimin perbaikin

  2. Ceritanya cmn dipublish disinikah ? Atau ada akun yg lain ?

    1. @1ND0N3514R4Y4 menulis:

      Disini aja kaka… belum berani nulis di wattpad

  3. Luv :lovelove