Vitamins Blog

CAPITAL–01–BUDAK DARAH

Bookmark
Please login to bookmark Close

Andreya menghela nafas lega. Setelah perjalanan jarak jauh yang dipenuhi pertanyaan dari anak angkatnya rania itu membuatnya jengah.

Anak angkat…

Rania sudah 17 tahun. Sudah cukup bagi andreya membesarkannya. Kini ia bisa memanennya dengan menyerahkan rania sebagai budak darah. Tentu bayarannya sangat mahal.

Dan rania sendiri, ia terlalu polos untuk mengerti semua hal yang sangat mudah untuk dipahami.

Disinilah ia, berdiri dan menyerahkan rania kepada dua prajurit kerajaan polagrus dengan seorang menteri.

“Tiga kantong emas? Cobalah naikkan lagi harganya?” Andreya mulai menawar. Merasa kurang dengan harga yang dibayar prajurit.

“Maaf nona. Hanya itu harga yang dapat kuberi untuk anak mu. Selebihnya tidak bisa.”

“Tapi anakku cantik. Lihatlah. Ia tak lecet sekalipun.”

“Kami tidak melihat kecantikan nona. Karena secantik atau sejelek apapun kami hanya membutuhkan darahnya.”

“Ah baiklah baiklah. Semua deal.”

Andreya menghampiri rania yang tengah asyik dengan bunga-bunga yang tumbuh tepat diperbatasan. Tak mengetahui bahwa ia telah dijual. Dan dengan mudahnya ia percaya bahwa ibunya mengatakan sesungguhnya, mengatakan bahwa ia akan mendapatkan pendidikan bila mengikuti 3 orang tersebut.

Disinilah, dibenteng perbatasan kerajaan polagrus. Andreya sekali lagi melakukan barter. Sayangnya harga yang dibayar terlalu rendah dibanding sebelumnya.

Lambat laun rania tak lagi melihat andreya. Kereta kuda terlalu cepat dikemudikan. Jauh meninggalkan kampung halamannya.

Dan entah sejak kapan kereta kuda itu telah memasuki gerbong besar kerajaan. Ia tidak sendiri rupanya.

Ratusan kereta kuda berjejer rapi dengan ratusan gadis seusianya, menggenakan gaun dengan warna berbeda-beda. Tapi tetap anggun dan tak kalah cantiknya.

Mereka semua tertawa, seakan akan mereka adalah putri pilihan. Ya begitulah semua kata menteri agar mereka mau diperjualbelikan.

“Jadi siapa namamu?”

Wanita tua gendut yang baru dikenalnya sebagai madam alkali itu mengabsen satu demi satu gadis belian.

“Jadi siapa namamu?”

Ia mengulangi lagi perkataannya. Sama sekali tak bosan menanyai ratusan gadis.

Sementara itu jauh diseberang sana ada seseorang yang menatap tajam. Mengintimidasi ratusan gadis. Wajahnya begitu tampan, sehingga membuat siapapun akan takjub.

“Jadi siapa namamu!” Madam alkali membentak. Membangunkan rania dari ketakjubannya oleh sosok tampan dibalik ruang kaca yang seolah sengaja menatap gadis.

“Ra..ra..ra nia. Madam. Nama saya rania.”

“Berapa usiamu?”

“17 tahun.”

“Tubuhmu terlalu kurus untuk sebagai sumber darah. Kamu tidak lolos seleksi. Tapi, aku rasa kamu cocok jika menjadi asistenku. Pergilah ikuti pria tua bangka itu.” Bentak madam dan melirik seer arox.  Arox melambaikan tangan, memberi isyarat bahwa rania harus mengikutinya. Mengantarkan sebuah ruangan yang khusus disediakan untuk asisten madam alkali.

“Tu..tuan.”

“Ya?”

“Tadi madam mengatakan aku tak cukup untuk diambil darah.”

“Hmm..ya.. terus?”

“Untuk apa darah? Bukankah kami dikirim untuk menjadi putri.”

Arox berhenti. Menatap rania dalam diam, lalu kemudian tertawa terbahak bahak. Entah menertawakan kebodohan rania atau kemalangan rania sendiri.

“Dengarkan aku jika ingin selamat. Jangan pernah pergi ke ruang kaca. Disana ada seorang gadis yang merupakan permaisuri raja. Wajahnya begitu cantik. Akan tetapi ia mengidap penyakit.”

“Lalu penawarnya?”

“Darah. Raja begitu mencintainya. Untuk itulah kalian dibeli. Dibeli untuk dijadikan budak darah.”

Arox menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia melanjutkan lagi penjelasannya.

“Jangan pernah memetik bunga yang ada ditaman utama.”

“Tetapi bukankah bunga tumbuh untuk dipetik dan dijadikan ramuan parfum alami?”

“Memetik sama dengan mati. Raja begitu suka dengan bunga itu. Sebab ada harga mahal yang ia tukar demi bunga itu. Kau tau apa? Sebuah masa kecil.”

Rania kembali mengangguk untuk sekian kalinya. Memahami setiap detail penjelasan yang diberikan pria paruh baya yang merupakan penasehat raja.

“Dan satu hal lagi. Jangan pernah tampakkan dirimu dihadapan ibu suri.”

“Apakah ibu suri juga jahat?”

“Tidak… Ia begitu ingin anaknya, Raja arguzen memiliki anak. Jadi setiap putri belian yang ditemuinya. Ibu suri pasti mengirimnya kekamar raja dimalam hari. Berharap raja akan mau menghabiskan malam dengan pilihannya. Sayangnya ibu suri melakukan kesalahan.”

“Sebuah kesalahan?” Rania mengerutkan dahinya. Nampak bingung dan tertarik untuk mendengar lebih.

“Ya kesalahan. Raja begitu marah dan membunuh semua gadis yang dikirim ibu suri untuk menghabiskan malam dengannya. Karena ia tak pernah bernafsu dengan gadis manapun kecuali dengan tatyana. Permaisurinya.”

 

8 Komentar

  1. ko jd bete baca tokoh utamanya dah ada yg dicinta :gabut

    1. @1ND0N3514R4Y4 menulis:

      Maaf kalau nggak sesuai imajinasi kaka

  2. Aku suka darah #alapsikopat ??

    1. @1ND0N3514R4Y4 menulis:

      Salken kaka. Kaka suka psikopat ya?

  3. Nanda yuanita menulis:

    Aku ingin vote tapi gaada tanda ❤ nya -_-

  4. Dinda Amalia Ranti menulis:

    Kak kok gk bisa ngevote?
    Gk ada tanda love nya
    Padahal pengen mendukung karya authornya
    Hmmm :nangiskeras

  5. Lanjut lah ka