Januari 2018.
Menara Djewel, Sotena.
Ini kedua kalinya Gavar dalam seumur hidup mengalami keterpurukan. Pertama, ketika ibunya hampir mati di tangan penyusup di koloseum, dan ini yang kedua.
Keduanya bukan pilihan yang bagus. Akan tetapi, ibunya yang hampir mati saat itu atau negerinya yang berada di ambang kehancuran seperti sekarang, itu sama saja menewaskannya.
“Be-bedebah kembar … sialan!!!”
Gavar mencoba menepis semua keburukan yang berputar di otak, tapi tanpa tongkatnya, dia tidak bisa melakukan apa pun.
Ini adalah titik terlemahnya. Ketika ia terkungkung antara ketidakberdayaan serta keputusasaan, Gavar kembali menjadi manusia yang dijejali dengan rasa tidak percaya diri menghadapi musuh.
“Kau itu tampan sekali, Putraku. Kalau kau mau, kau dapat membuat pertunjukan sebesar mungkin.”
“Ao-aoegi …”
“Lagipula, kau tahu arti namamu?”
Gavar menekan pelipis. Di sana terdapat banyak sekali rekaman masa lalu serta darah yang mengucur segar.
“Kau adalah pemberi, Gavar. Kami menamaimu seperti itu karena kau pemberi kebahagiaan kami. Pada negeri ini. Padaku. Jadi, apa kau ingin kami tersenyum? Kalau begitu, lakukanlah, Nak. Kau putraku. Kau putra ibu.”
“Aoegiru … prifiuz!”
Terucap.
Gavar benar-benar mengucapkan mantra yang dilarang oleh peraturan Negeri Setona. Dampak apa pun yang belum diketahuinya, ia akan terima dengan lapang dada. Tujuannya sekarang ingin menghentikan segala kekacauan ini.
Lex bergeming di atas menara, dengan mulut terbuka karena merapal mantra; Xior yang mengacungkan tongkat sihir ke arahnya; gelombang awan bertudung mendung yang berhenti berotasi pada kumparan gelap yang sepertinya, penghubung dimensi lain; penduduk Setona di luar yang mencoba membuka pintu sihir yang dibuat oleh Gavar sendiri.
Dedaunan. Butiran pasir. Angin. Sejauh apa pun yang dilihat dan dirasakan Gavar, semuanya berhenti.
Tidak mencakup banyak waktu memang. Maka dari itu, dia harus bergerak cepat. Prosesnya mencekam bagi Gavar, tapi dia tetap menyeret kakinya yang berat untuk menjumpai tongkatnya yang sebelumnya terlempar oleh sihir Xior.
“Godamn …”
“Reodeo!”
DAR!
Gavar terlempar kembali ke belakang. Punggungnya terbentur dinding sihir dengan keras, sampai-sampai ia merasa tulang ekornya hampir berpisah.
Energinya yang terkuras banyak ketika di awal pertarungan mengakibatkan mantranya bertahan beberapa menit.
Itu tadi sia-sia.
Dirinya tidak cukup kuat untuk menjungkirbalikkan musuh ….
Xior menikam rivalnya dengan pandangan. Orang itu pasti sudah melakukan kesalahan besar dengan mengutarakan mantra yang ilegal.
“Lex, lakukan sedikit lebih cepat!” mata biru Xior menyalang pada saudara kembarnya yang jauh di atas sana. “Hama ini semakin berulah!”
“Kalianlah yang hama!” Gavar menodongkan tongkatnya. Namun, hampir menyelesaikan manuver agar pintu pertama joker miliknya terbuka, Lex mengakhiri kekacauan ini.
“Dengan ini, aku Lex Savior, membuka segel portal batu pemanggil Raja Naga.” Lex merentangkan kedua tangannya. Merasakan perasaan membuncah karena dia hampir dapat menyelesaikan ritualnya. “Jiwa Lex Savior beserta Xior Savior sebagai taruhannya. Terbukalah …. Terbuka ….”
BLEDAR!
Arakan hitam di langit berdifusi. Seolah-olah mereka tersedot oleh suatu hal yang menarik kian kuat. Lambat laun, semuanya berangsur terang. Bahkan, Setona belum pernah seterang ini.
WRAOOOR…
Dengan mengubah langit menjadi terang, bukan membuat keadaan membaik, tapi Lex semakin membuat keadan kacau.
Gavar dan Penduduk Sotena yang ada di luar kendali sihir si Kembar sontak menunduk khidmat. Seperti yang terlukis pada buku milik Sotena, yaitu “Sotena’s Stone”, satu-satunya tokoh di sana akan keluar dengan cara yang agung.
Wajahnya yang terpahat begitu keras hingga membentuk dua telinga yang melancip, begitu bersinar. Ekornya meliuk-liuk, meranggas di antara tumpukan awan serupa salju.
Dalam buku “Sotena’s Stone”, Naga Djewel terlihat keras, tapi sekaligus hangat dilingkupi aura kuning. Sementara ini, Raja Naga itu terlihat murka.
Dia dipanggil bukan dengan cara terhormat seperti negosiasi lama dan atau prosedur yang benar. Seperti yang dilakan oleh Tetua Sotena.
Akan tetapi, dia dipanggil dengan tempat tinggalnya yang juga diusik.
WRAOOOR!
Djewel menukik keras menemui Lex, hendak merebut batu rumahnya dari genggaman manusia itu. Namun, Lex lebih dulu menggores nadinya dengan ujung tongkat sihir.
Peristiwa ini digunakan Xior untuk menohok ulu hati Gavar. Setelah memastikan Gavar benar-benar kesakitan karena musuhnya itu sudah pasti kehabisan energi berkat upayanya membuka pintu sihir untuk perlindungan penduduknya, Xior menggerakkan tongkatnya. Semacam sulur tanaman keluar dari tanah, melilit Xior untuk membawanya pada Lex.
Meski Lex selalu tak acuh padanya, Xior selalu memiliki sisi yang lebih baik. Dia ikut menggores nadinya, menumpahkan tetesan merah itu di atas batu naga.
Seperti informasi yang didapat dari tangan kanan negeri Deragox, ketika batu naga ditumpahi darah seseorang, orang tersebut dapat memiliki kekuatan Raja Naga.
Xior tahu saudaranya itu bukan tandingan makhluk agung di hadapannya. Maka, mereka saling pandang sejenak. Memutuskan menjadi saudara kembar paling istimewa
Lalu, mereka mengangguk. Untuk diri sendiri, untuk satu sama lain, dan untuk negeri Deragox.
“Consilius treco amigasos.”
Lex dan Xior mengucap dengan perlahan mantra langka itu. Mereka sangat terharu karena impian mereka hampir tercapai.
Sensasi berat mereka rasakan. Sangat berat, bahkan, untuk menahan energi sebesar Djewel yang merasuk pada tubuh mereka.
BRUK!
Lex dan Xior jatuh berlutut, bersamaan dengan Setona yang kembali normal. Cerah seperti sore hari. Hening seolah semuanya tidak pernah terjadi.
Gavar menunjukkan berbagai emosi, sementara rakyatnya menangis pilu.
Sekarang, tidak ada batu naga sebagai penyeimbang Sotena, selain dua manusia angkuh yang menjadi wadah Djewel.
***
Wow wow wow
Cerita fantasy nih hihi
Vote dlu yak
Jdi nnt gantian kah posting ny, kella dan cerita ini, tmn kella tuh petter ya petter haha ‘salah ketik mulu dri kmrn’
Semangat
Nahh bru ngeh, kelupaan pake [ratings] yak hehe, ayoo diedit dikit dah hehe
Yuhuuuii fantasy nih :NGEBETT
Vote dulu yaakkkk
Oiyaa pake [ratings] di bagian atas postingan mu yaakkk
Wkwkwk, pasti ngk sadar kalo ngk ada tanda vote nya :dragonhihihi
Sekarang udah sadar hihihi :BAAAAAA
Ceritanya keren :YUHUIII
Lanjuuutt yaaa
Jg semangat nulisnyaa
Ini blm ada tanda vote nya loh, coba ditambahin aja
Wah cerita fantasi nih, ditunggu lanjutannya ya :YUHUIII :YUHUIII
Teman-teman, sudah kutulis [ratings] kok nggak ngebentuk voting, ya? Kenapa? @farahzamani5 @xixihana @lovesela. Omong-omong, makasih sudah mampir.
Dicba lgi aja nnt, mungkin td sinyal lgi ga okehh hihi
Semangat
Pake kurung [ ] tanpa spasi
Pake huruf r
Pake huruf s dibelakangny
Jngn copas tulisan [ratings] dri tulisan sblm ny, tp ketik ulang di tiap part tulisan dikau
Semangat
Sama2 ya, ditunggu loh next nya
Nah penjelasan palah udh lengkap tu, hihihi
Mungkin dikau kelupaan ngasih tanda kurung nya, atau Krn tulisan ratingnya copas, biasanya kalo copas ngk mau muncul tanda vote nya
Nah udah dijelasin sama kak palah yakkk :BAAAAAA
Fantasy Fantasy Fantasy Hore Hore Hore :YUHUIII :YUHUIII Di Edit lagi kak. Tambah [ratings] harus gitu, tanpa ada spacy, lebih jelas mampir blog kak Palah @farahzamani5
Hihi, betullll tu, lengkap banget disana
Ahhh seruuuuuuuu
Ditunggu kelanjutanny yak
Semangatttt trs yak
Gavar, nama yg bagus itu hehe
Yahh ko ga bs ngevote seru nihh :dragonmikirdulu
Halo, teman-teman @farahzamani5 @xixihana @lovesela @lucyacia @carolinegracealcander @xaudile. Dragon Stone sudah bisa di-vote. Terima kasih sudah mampir. ?
Siaaapppp :NGEBETT
Siip deh, udh di vote ya :MAWARR
Oia sudah divote hehe
Lanjut ceritanya :tepuk2tangan
Menarik nih ada naga sama tongkat tongkat sihir, ngebayangin Gavar diperanin sama Tom Felton hehe
Ditunggu banget cerita ini?
Keren
Cerita fantasi