Sesosok wanita berjalan riang menuju sebuah playgroup. Ia tak mau ketinggalan melihat ekspresi gadis kecilnya pulang dari hari pertamanya bersekolah. Benar saja, sosok mungil berponi itu tengah tersenyum berlari keluar diantara murid-murid lain yang juga menghambur keluar pagar. Tak ketinggalan lambaian tangan kecilnya mengarah kepada wanita itu. Melihat pemandangan itu sungguh mendamaikan hatinya. Ia pun menghampiri gadis kecil itu dan menanyakan harinya. Tak ada ekspresi cemberut di wajah gadis kecil itu, yang ada hanya senyuman yang mengiringi celotehnya saat bercerita.
Langit saat itu pun ikut gembira menyaksikan kebersamaan mereka di perjalanan pulang, sehingga sosok mungil itu merengek ingin berhenti sejenak di sebuah taman karena masih ingin bermain. Menikmati kecantikan berbagai warna bunga, bermain ayunan dan tertawa lepas. Sebuah momen sempurna bersenang-senang tanpa khawatir tentang hari esok.
Hingga senja bersiap menjemput, mereka ingin mengabadikan hari itu. Wanita itu merapikan ikatan rambut sang gadis kecil yang berantakan usai berlarian, setelahnya ia mengambil kamera dari dalam tasnya. Ia mengatur kamera memotret otomatis dan meletakkanya tak jauh dari ayunan tempat mereka akan berfoto. Keduanya duduk bersebelahan di ayunan bersiap menghadap kamera dan membentuk senyum yang sama.
“Bagaimana hasilnya?” tanya si gadis kecil tak sabar
Wanita itu hanya menjawab dengan isyarat tangan dan tersenyum menandakan hasil fotonya bagus. Sementara gambar di kamera yang di genggamnya hanya menunjukkan seorang gadis kecil berseragam dan rambutnya dikuncir duduk sendiri di ayunan, tak ada sosok lain di sebelahnya. Wanita itu tahu apa yang terjadi dan berbisik dalam hati “kita memang tidak bisa bersama di waktu yang sama”
Kemudian wanita itu berkata kepada si gadis kecil
“Apapun yang terjadi setelah ini, kau harus kuat dan tetap tersenyum seperti hari ini”
“Kau juga, setelah kau kembali nanti, seberat dan seburuk apapun waktumu, tetaplah ingat aku selalu menikmati waktuku dengan senyuman” Balas gadis itu
“Aku mengerti” wanita itu tersenyum. Lalu keduanya saling menautkan jari kelingking menjaga janji.
Kemudian mereka berjalan ke arah yang berbeda dan berpisah.
Sementara wanita itu memandangi gambar di kameranya, ia bergumam “Aku pernah sebahagia itu dengan hal yang sesederhana itu” sambil tersenyum. Pandangannya melamun memikirkan keadaannya saat ini yang tengah kacau. Saat ini memang bukan waktu terbaik dalam hidupnya. Namun mengingat masa kecilnya dan semua hal yang sudah dilaluinya membuatnya tegar kembali. Yang harus dilakukannya kini hanyalah bangkit dan menciptakan kembali waktu terbaik di hidupnya.
Harus bangkit berjalan kedepan