BAB 11
Tamu Tak Terduga
Sudah dua hari Estel tertidur, wanita itu tidur dengan damai. Luka ditubuhnya sudah mulai menutup meskipun lambat. Ionia menggantikan pakaian Estel, Priam tidak ingin Estel mengamuk saat bangun, meneriakinya iblis mesum lagi. dia menyunggingkan senyum tipis membayangkan itu semua. Menanti wanitanya bangun merupakan sebuah pelajaran tentang kesabaran. Erinyes terus berkeliaran dibenaknya. Gelisah. Iblis itu semakin posesif kepada Estel begitu juga dengan Priam. Hatinya sudah mengakui Estel sebagai miliknya, Estel adalah bagian dari dirinya dan Erinyes yang tidak bisa disangkal lagi meskipun ramalan takdirnya terus menghantui. Dirinya khawatir Estel akan pergi setelah mengetahui ikatan takdir mereka, jika Estel adalah anak Zeus yang diramalkan itu, Priam hanya bisa berdoa semoga dirinya bisa menjalani takdirnya tanpa Estel disampingnya, dia dan Erinyes tidak bisa membunuh Estel, lebih baik dirinya menanggung penderitaan itu sendiri dan mengetahui sang putri masih hidup.
“Kau akan menghabiskan harimu dengan menatap wajah wanita itu atau kau ingin mengintrogasi tawanan kita” Helios menyandarkan bahu dipintu masuk.
Priam mendesah, dirinya sudah mengacuhkan para ksatria lagi. dia mengangguk setuju. Menyarungkan sebuah belati dipinggangnya. Mengecek sig saugernya. “ayo kita lakukan sekarang” wajah Priam berubah serius.
Mereka menuruni tangga, menuju kamar Zale dilantai tiga sebelah kiri. Zale bersikeras untuk menahan agen itu dikamarnya, tidak ada yang bertanya bahkan Ionia yang cerewet pun mengunci mulutnya rapat setelah melihat wajah zale yang serius dan penuh peringatan.
Brakkk
Bunyi pintu ditendang menyambut Priam dan Helios. Keduanya mengeluarkan senjata mereka, bersiap menerobos masuk.
Setelah hitungan ketiga. Helios mendang pintu kamar Zale sampai hancur. Priam mengarahkan sig saugernya kearah kamar. Mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Lemari kaca Zale hancur, Pedang dan belati koleksi sang ksatria berserakan dilantai. Busa tempat tidur terurai dilantai mengenaskan. Lemari pakaian Zale rusak hingga pakaian sang ksatria berserakan dilantai.
Zale seperti tidak terganggu dengan pintu kamarnya yang rusak. Pria itu bersandar disamping toilet santai, melipat kedua tangan didadanya
“keluarkan aku iblis brengsek, aku akan membunuhmu” teriak wanita itu. Kemarahan terdengar jelas dari suaranya.
Zale memandang pintu yang dikuncinya tenang “hukumanmu belum selesai Tinuviel” bunyi pintu ditendang terdengar.
“Demi Zeus, apa yang kau lakukan kepadanya” tanya Priam penasaran “kau memanggilnya Tinuviel” semua ksatria tahu siapa Tinuviel. Satu-satunya wanita yang dicinta sekaligus dibenci Zale.
“Wanita itu reinkernasi Tinuviel” Helios mengumpat, satu masalah datang lagi. Priam mengusap wajahnya kasar tidak mampu berbicara. Kenapa dari semua waktu yang terlewati baru sekarang wanita itu muncul.
“Bagaimana kau tahu, mungkin kau salah zale” Helios berdoa semoga semua ini hanya halusinasi pria itu.
Zale menatap helios dingin “kau tahu Styx tidak pernah salah, janji kami. Kutukan kami” suara Zale melemah. Helios menepuk bahunya iba.
“kita akan menyelesaikan masalah ini”
“kau sudah mengintrogasi wanita itu” Zale mengangguk pelan.
“namanya Eowyn, dirinya baru bergabung dua tahun yang lalu tetapi ini misi pertamanya setelah menyelesaikan pelatihan”
“Eowyn tahu siapa pemimpin mereka” tanya Priam
Senyum pahit tercetak dibibir Zale. “Kalian tidak akan percaya jika aku mengatakannya”
“Katakan saja” tuntut Helios penasaran
Zale menatap keduanya serius “Arvedui” wajah Priam pucat seakan darah tidak mengalir diwajah tampan pria itu.
Arvedui raja para Fallen. Fallen, Sebutan untuk para malaikat yang dibuang karena melakukan dosa.
“Aku kira pria brengsek itu telah mati di Athena kuno setelah kita membantainya” Priam menggeram marah. Arvedui licik, suka menipu manusia, pintar memanipulasi. Di Athena kuno sekitar tiga ratus tahun lalu Priam yakin telah membunuh Arvedui, menarik sayap malaikat itu hingga lepas.
Helios meninju dinding, Styx mengamuk dibenaknya. “Paladine. Arvedui. Kenapa kita tidak menyadari itu”. selama ini para ksatria selalu berhati-hati untuk tidak berurusan dengan Paladine. Mereka tidak ingin menarik perhatian paladine karena para mortal tidak bersalah, tetapi jika Arvedui dibalik Paladine itu sesuatu yang berbeda. Arvedui dan fallen yang dipimpinnya sudah pasti akan membantai para Immortal.
Arvedui membenci ksatria Zeus. Pria itu menggunakan manusia untuk membunuh para ksatria meskipun dengan alasan ingin meneliti para Immortal. Manusia tidak tahu pemimpin mereka adalah seorang malaikat terbuang yang hatinya sehitam tinta. Mendengki para ksatria serta Immortal lainnya, Arvedui menganggap para Immortal adalah makhluk rendahan yang tidak layak hidup. Para Fallen telah memburu banyak Immortal, memanfaatkan manusia sebagai pasukan siap mati mereka atas nama ilmu pengetahuan.
Wusss..
Rivan muncul dihadapan mereka, wajah rivan tegang “ruang pertemuan sekarang, Priam teleportasi” Rivan menghilang dalam sekejap.
“Ada apalagi sekarang” gerutu Helios. Tanpa menunggu menteleportasi Zale dan Helios.
***
Suasana ruang rekreasi tegang bagai senar yang ditarik terlalu kuat, setiap ksatria memegang senjata mereka dengan waspada. Iblis mereka meraung bersamaan.
Hera, istri Zaus berdiri ditengah ruangan dengan anggun, wanita itu memancarkan kekuatan luar biasa dari tubuhnya, wajahnya cantik namun senyum kejam terlihat jelas. Hera menggunakan dress berwarna perak panjang, berpotongan Yunani. Hera adalah istri yang pencemburu. Para wanita yang disukai Zeus dibuat sengsara tanpa belas kasih.
“Para ksatria Zeus, senang melihat kalian masih bersama”. Hera menatap mereka santai “aku tahu kalian terkejut dengan kedatanganku, pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak ditahan di Tartarus” Hera menarik dagu Daryian hingga menatap mata hitam sang dewi. “Hmm…aku masih mengingat sentuhanmu ksatria” Daryian tidak berani menjawab, bibirnya keluh. Hera berdecak bosan “aku melarikan diri sebelum sempat dibuang di Tartarus lalu bersembunyi, menunggu waktu yang tepat dan waktu itu telah datang. Kalian para ksatria harus menemukan kelima relik Zeus untuk membebaskan para dewa. Para titan juga sedang mencari relik Zeus. Selain itu aku ingin kalian membunuh seseorang untukku” semua ksatria menahan napas tegang “seorang wanita muda, anak haram suami brengsekku. Aku tahu kalian tahu siapa itu” Priam hampir menerjang Hera jika Zale dan Helios tidak menahannya kuat.
Hera tersenyum penuh kemenangan “Ah, jadi kapten tertinggi Zeus ramalan itu benar, ini jadi lebih mudah”. Hera menarik dagu Priam mendekat, senyum kejam terpancar jelas dibibir merah sang dewi. “Aku memerintahkan kau membunuh perempuan itu serta membebaskan takdirmu”
Priam menggeram, Erinyes berkoak marah, seketika sang iblis mengambil alih tubuh Priam. Hera tertawa hingga bahunya tergunjang. “Kau melindungi anak sialan itu ksatria, bahkan Iblismu juga”.
“Aku bukan ksatriamu, kau tidak berhak memerintahku”
“Well, kalau begitu biar aku sendiri yang menghabisi anak haram itu”.
Wuss…
dalam sekejap hera telah menghilang.
Ionia berteriak panik “ikuti Hera, dia akan membunuh Estel” Priam dan Rivan berteleportasi. Ksatria lainnya berlari kencang kekamar Priam sambil berdoa Hera belum menyentuh Estel karna bukan murka Asgard yang mereka takuti tetapi Priam dan Erinyes benar-benar akan memenggal kepala Hera.
“Priam akan menggila jika sesuatu terjadi pada Estel” Zale mengokang senjatanya, sepatu mereka menggema disepanjang tangga. Terburu-buru.
Lysander berdecak “kenapa Hera, aku lebih suka melihat Ares”
Mereka semua berdiri di depan kamar Priam. Xander memberikan isyarat agar mereka bersiap lalu dengan sekali tendang Xander merubuhkan pintu kamar Priam.
Semua terkesiap, menahan napas. Umpatan para ksatria terdengar jelas. Mereka tidak siap untuk ini.
“Jatuhkan senjata kalian ksatria”.
Comment ? …
Etsel ngatain priam iblis mesum :NGAKAK
Masalah dtg bertubi-tubi
Bertambah