Akan ada satu waktu di dalam hidup, kita ingin melarikan diri sejauh-jauhnya. Entah dari hingar bingar sekitar, entah dari suntuknya sibuk, entah dari keluh lelah, entah dari jenuh yang perlahan membunuh, entah dari nyeri karena ditinggal pergi, entah dari sepi sendiri, entah dari sedu sedan, entah dari segala keentahberantahan yang sulit dipaparkan dengan kata-kata.
Satu masa dimana kita ingin melepas sejenak ransel yang selama ini dipikul ke sana ke mari. Beristirahat mengendurkan sebagian otot yang selama ini kaku. Memberikan jeda untuk otak dan hati berkompromi dengan dirinya masing-masing, karena selama ini dipaksa terus bekerja sedemikiannya. Menghadiahi diri sendiri untuk lebih memahami, sebab sejauh ini terasa semakin asing hari ke hari.
Melarikan diri di sini, bukan berarti lari dari segala kemelut dan tak kembali untuk memberesi. Hanya saja memberi sedikit waktu. Jeda sementara untuk menarik udara segar, kemudian menghembuskan segala yang terasa membebani. Setelah semua terasa lebih tenang maka kita akan kembali, tentu dengan jiwa yang lebih utuh, semangat yang kembali terisi penuh.
Tak apa melarikan diri. Sah-sah saja.
Jika selama ini kamu rasa hanya kamu saja yang ingin melarikan diri, sebaiknya jangan lagi. Saya pun begitu. Kita semua pun sama; sesekali ingin melarikan diri, untuk kembali lebih baik lagi.
Maka apabila saat ini duniamu terasa runtuh, semestamu seperti bekerjasama membuatmu terjatuh, bangkitlah. Larikan diri sejauh-jauhnya terlebih dahulu. Setelah semuamu terasa membaik, kembali. Bereskan apa-apa yang belum sempat terselesaikan.