“Kenapa kau terus melamun, Rosalie?”
Rosalie tersadar dari lamunannya saat Samuel memanggilnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan memusatkan kesadarannya kembali.
“Tidak ada,” Jawabnya sambil menggelengkan kepala.
Samuel menyipitkan matanya. “Kau mengatakan yang sebaliknya. Ada yang menganggu pikiranmu?”
Rosalie kembali menggelengkan kepala. Samuel mendengus kesal.
“Jangan berbohong, sayang,” Samuel mengelus pipi Rosalie. “Apa yang mengganggu pikiranmu? Katakanlah.”
Hening sejenak, hingga akhirnya Rosalie berkata sambil mendengus kesal: “Samuel, kenapa kau mengkhianatiku?”
Samuel tertegun. “Ha?”
“Kenapa kau membiarkanku terbakar disana? Kenapa kau mengatakan kepada Charles bila aku adalah anak yang terkutuk? Bukankah itu namanya pengkhianatan?” Rosalie memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi.
Samuel tersenyum. “Ya, benar. Aku yang melakukan itu semua. Tapi itu tidak bermaksud untuk mencelakaimu. Sebaliknya… aku ingin menyelematkanmu.”
Rosalie mengerutkan dahinya. “Maksudmu?”
Samuel kembali terkekeh. Ia berjalan beberapa langkah sambil menggandeng tangan Rosalie.
“Apa yang bisa kau lakukan bila terus berada disana? Menjadi gundik Charles?”
“Bukankah Charles mengatakan bila ia akan menjadikanku ratunya?”
“Ssstt….” Samuel mengelus rambut Rosalie. “Seharusnya kau menjadi lebih pintar saat ini, Rosalie. Hilangkan sikap polosmu itu. Kau lihat rambutmu?” Samuel memainkan rambut Rosalie. “Warna merahnya menandakan bila kau pernah di bakar hidup-hidup oleh mereka. Matamu menandakan bila kau pernah melihat darah sebelumnya.
“Selama ibumu masih memerintah di bawah kekuasaan Charles, kau tidak akan pernah bisa menjadi ratu disana. Karena itu aku membiarkanmu terbakar agar kau lahir kembali dengan kekuatan lain.”
Samuel tersenyum. “Aku memberikan namamu Rosalie agar kau bisa menjadi seperti bunga mawar. Semua serangga akan mendekatimu karena kecantikanmu, terhipnotis dengan harum dan warnamu. Hingga, tanpa sadar mereka tercabik-cabik oleh durimu.
Rosalie hanya diam mendengarkan, menatap kearah mata merah darah Samuel. Samuel mengelus dagu Rosalie, turun ke bagian leher jenjangnya, dan berakhir ke kerah gaun Rosalie yang berbentuk V rendah, menampakkan belahan dadanya.
“Kau sudah besar sekarang. Kau bukanlah gadis kecil yang berada di dalam sel bawah tanah kuil, selalu menyelinap di tengah malam menuju hutan yang lebat. Kau bukanlah gundik seorang raja, yang selalu di hina dan di kotori bagaikan kau hanyalah boneka pemuas nafsu. Kau adalah Rosalie sekarang, pasanganku, kekasihku, dan akan selalu menjadi Rosalie hingga kau mati.”
“Samuel…” Rosalie menggigit bibirnya. “Maafkan aku bila, aku mengira…”
Samuel membungkam bibir Rosalie tiba-tiba, membuat ia membelalakkan matanya kaget. Walaupun hanya sebentar, ia bisa merasakan rasa panas yang menjalar di bibirnya dan turun hingga ke lehernya, membuat dirinya berubah menjadi merah bagaikan tomat.
“Itu hanyalah masa lalu. Kita tidak baik untuk mengungkit-ungkitnya lagi,” Samuel kembali mencium bibir Rosalie walaupun hanya sebentar. “Aku hanya ingin memperkenalkanmu pada seseorang yang akan membantu kita nantinya.”
–{—
Philip mengamati lukisan besar yang berada di hadapannya. Sangat besar bagi dirinya sehingga ia harus mendongakkan kepalanya untuk melihatnya lebih jelas. Lukisan ini tentunya sangat terkenal di istana ini. Lukisan yang menceritakan suatu sejarah kelam mengenai Kerajaan Prancis. Dan sekarang ia sedang mempelajari sejarah tersebut. Ia mengamati setiap detail yang ada pada lukisan tersebut. Philip meraih bingkai lukisan yang di baluti emas murni, dan menghirup aroma khas dari lukisannya. Ia masih bisa mencium sedikit bau cat, dan juga… arang.
Semua orang sudah mengetahui mengenai lukisan ini. Warna merah yang ada berasal dari darah Putri Marlene dan bingkainya terbuat dari tulang-belulangnya. Philip hanya ingin merasakan jiwa yang tertinggal disana. Hanya saja, suara aneh yang selalu melingkupi dirinya membuatnya sedikit terganggu.
“Kau menikmati lukisannya, bukan?”
Philip menoleh kepada Charles. Ia segera menundukkan kepalanya memberi hormat. “Salam, Yang Mulia.”
“Kau tahu siapa itukan?” Charles menunjuk kearah lukisan tersebut.
“Raja Charles pertama, si pembunuh anak terkutuk, Putri Marlene,” Philip menjawabnya dengan lancar.
Charles terkekeh. “Kau pintar, nak,” Charles tersenyum sambil memandang ke lukisan tersebut. “Tapi, apa kau tidak takut dengan lukisan ini?”
Philip menggeleng. “Tidak. Aku ingin mempelajari sejarah. Bukankah sejarah selalu tampak menakutkan? Perang, kepala di penggal, dan pengkhianatan, itu sudah biasa disini.”
“Memang, itu sudah biasa. Suatu saat kau akan merasakannya.”
Philip menoleh kepada Charles. “Merasakan bagaimana rasanya di khianati?”
“Yah— termasuk hal itu.”
Charles melirik kepada Philip dengan ekor matanya. Tapi, walau hanya sekejap, ia bisa merasakan ada hal aneh yang mengganjal di hatinya. Seolah-olah anak laki-laki yang berada di sampingnya bukanlah…. anak kecil yang ia pikirkan. Tiba-tiba ada sesuatu yang menggelitik di bagian tekuknya, membuat semua rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya berdiri.
“Bukankah anak terkutuk sudah dimusnahkan semua? Aku pikir kau tidak akan merasakan bagaimana berperang melawan mereka,” Charles berucap dengan suara yang besar secara spontan, perasaannya mulai tidak enak.
“Aku pernah merasakan bagaimana dikhianati.”
Kata-kata terakhir dari Philip membuat Charles mengangkat sebelah alisnya bingung.
“Apa maksudmu?”
Charles menoleh kepada Philip, begitu juga dengannya. Mata mereka bertemu dan menampakkan sesuatu hal yang membuat Charles bernostalgia akan masa lalunya. Dosanya dan perasaannya yang sejujurnya walau itu hanyalah sebuah nafsu semata. Hanya sebentar saja ia melihatnya membuat tubuh Charles serasa berdenyut dan juga mengigil sekaligus. Telinganya berdenging, tapi ia bisa melihat gerakan mulut Philip yang mengatakan suatu hal.
“Anak terkutuk tidak akan bisa dihabisi dengan tangan manusiamu.”
Yes update
nah loh….. charles takut juga ternyata wkwkwkk
Senengg lohh kak, ama ceritanyaa selalu ditumgguin. Loo
Makasih ya udh nunggu terus hehe :MAWARR :MAWARR
Romance dan hawa balas dendam sam sma rosalie yg ditunggu-tunggu,
Jatuh cinta sma cerita ini kak