Vitamins Blog

Passionated Love ; Prolog

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

31 votes, average: 1.00 out of 1 (31 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Kegelapan menaungi sebuah ruangan yang terbangun dari beton kuat serta dilapisi tembaga yang tentunya tidak dapat dimusnahkan oleh apapun. Cukup banyak senjata yang terdapat didalamnya, mulai dari pisau yang paling kecil hingga besar, pedang yang bermacam bentuk, serta amunisi berbagai jenis dan kualitasnya. Tidak ada yang berani memasuki ruangan yang terletak dibawah tanah sang pemilik rumah kecuali dirinya sendiri dan sang tangan kanannya yang sudah mendapat izin.

“Bos, keluarga Fetscher sudah tewas.” Lapor sang tangan kanannya sambil memberi hormat kepada seseorang yang masih bernaung di dalam kegelapan sambil membersihkan senjata kesayangannya.

Pria itu tidak menoleh dan tetap menunduk dengan terus membersihkan senjata tersebut membuat si tangan kanan yang bernama Daggel was-was. Apakah bosnya ini senang atau tidak?

Helaan nafas yang tenang dan teratur dari bosnya membuat Daggel merinding apalagi dengan pisau yang kini sedang berada di tangan bos mereka. Bisa saja tiba-tiba pisau itu dilemparkan oleh bosnya dan menancap di keningnya atau lebih parah menancap tepat di sebelah matanya.

Pria itu menatap tangan kanannya yang sudah gemetar ketakutan sambil bertanya dengan tenang. “Sudah?”

“S-sudah bos.”

Senyuman miring yang pria itu keluarkan membuat nyali Daggel semakin menciut saja. Daggel juga tidak pernah membantah apa yang bosnya katakan. Sejujurnya, bosnya telah menyelamatkan Daggel dan itu membuat Daggel berhutang nyawa kepada pria yang kini mengintimidasinya. Bahkan, Daggel berpikir hanya pria itu yang dapat mengambil nyawanya atau dia yang akan mengorbankan nyawa demi pria itu.

“Bagaimana dengan anak kecil itu?” Ketenangan yang dimiliki oleh pria dihadapan Daggel memang tidak dianggap remeh karena dibalik ketenangan itu terdapat sesuatu yang mematikan.

Iblis!

Badan Daggel menegang. Bingung apa yang hendak ia katakan kepada bosnya karena dirinya tidak menemukan anak kecil tersebut. Melihat sang tangan kanannya tidak menjawab, pria itu langsung bergumam pelan,

“Keluarlah.”

Daggel tidak langsung keluar, namun dia ingin mengatakan sesuatu lagi yang membuat jantungnya berdetak cepat akan rasa takutnya. Perlahan, Daggel menatap bosnya yang sedang membersihkan pisau itu dengan hati-hati.

Tanpa menatap ke arah Daggel, pria itu bertanya. “Apa ada yang ingin kau katakan lagi? Atau perintahku barusan kurang jelas, Daggel?” Ujarnya tenang masih dengan kegiatan membersihkan pisau tanpa menoleh.

“S-Shylsa ingin berjumpa dengan anda, bos.”

Tap.

Pria itu melemparkan pisau tepat melewati ubun-ubun kepala Daggel membuat Daggel memucat kemudian menoleh kebelakang dan melihat pisau itu kini menancap di pintu dengan lalat yang terbagi dua disana.

Dengan susah payah Daggel menelan salivanya dan kembali menatap bosnya yang kini menatapnya datar tanpa ekspresi. Jika ia bergerak sedikit saja tadi, maka habislah nyawanya. Daggel juga tidak menyangka jika bosnya dapat melihat lalat sekecil itu di ruangan yang minim lampu begini.

Pria itu memang tidak terlalu menyukai penerangan dan hanya menghabiskan waktunya di ruang bawah tanahnya jika ia tidak sibuk. Hobinya adalah mengoleksi senjata apapun yang dapat digunakan untuk membunuh.

Pria itu berdiri dan berjalan mendekati Daggel yang sudah pucat dan tiba-tiba Daggel menghela nafasnya saat melihat pria itu melewatinya dan mengambil pisau yang tertancap di pintu. Ia kembali duduk di tempat asalnya dan mulai membersihkan ujung pisau yang terkena lalat tersebut. Sejujurnya dia adalah pria yang sangat mencintai kebersihan. Bahkan pria itu menghukum pelayan dirumahnya jika ada setitik debu yang tertangkap dimatanya.

“Kau membawa lalat itu masuk kemari, Daggel.” Ujarnya tanpa merespon pernyataan Daggel tentang Shylsa yang hendak menemui bosnya itu.

“M-Maafkan saya, Bos.”

Pria berwajah datar itu menatap Daggel yang semakin gemetar dengan tenang. “Keluarlah. Aku akan menemui wanita itu nanti.”

12 Komentar

  1. Keren kak , tapi tegang bbacanya. Jadi pengen bisa main pisau juga :DOR!

    1. @pandwd Aku gak tau ada yg komen :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP
      Yuk kita belajar bermain pisau :ASAHPISAU2 :ASAHPISAU2

  2. :LARIDEMIHIDUP tegang!!!

    1. @mienchu Tihati ntar uratnya putus kalo ketegangan :LARIDEMIHIDUP

  3. Cciecie, si mika buat cerita action thriller ya ini namanya hehe

    ijin baca ya mika :KISSYOU

    1. @munshika nahh aku juga gak tau apa namanya :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP
      Semoga suka yaa kak :KISSYOU gak usah pakek izin deh, boomin komen aja udah cukup Ehh :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

  4. Huwaaaaaa action yuhuuuu :NGEBETT
    Gak mau tau yaa kak mika, endingnya haru happy ending :LARIDEMIHIDUP *maksa*
    Penasaran aihh lalat aja bisa dibelah dua, tapi jangan belah dua cintaku bang *eaa~ :BAAAAAA

    1. @syj_maomao eh… ini abang punya aku yah … jauh2 sna :DOR! :DOR!
      kamu sma tangan kanan nya aja sih daggel :LARIDEMIHIDUP

  5. wih,,, ini cow nya penuh dengan kegelapan tapi bikin eneng penasaran pengen eket gitu eeaaaaa…
    keren mika… lanjutkan…. jangan lama2 yah? :DOR! :DOR!

    1. Doain yaaa, aku gak ada kerjaan :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

  6. rusuh dimari gpp kan? *eh :LARIDEMIHIDUP

    1. @betaling gapapa kok kalo dikau yg rusuh ka :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP