Vitamins Blog

PANDORA’S CURSED : PART 18

Bookmark
Please login to bookmark Close
45 votes, average: 1.00 out of 1 (45 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Pagi harinya, Ratu Theresa dikejutkan dengan kedatangan Charles di kamarnya. Charles menerobos pintu kamarnya dengan kasar dan menimbulkan suara berdebum yang keras. Ratu Theres terbangun dari tidurnya. Ia beranjak dari ranjangnya dan menghampiri Charles yang berada di hadapan ranjang.

 

Pandangan Ratu Theres tertuju pada toples berisi air yang tampak kosong. Tidak ada air suci yang ia katakan itu lagi. Yang berisi tetesan-tetesan air yang menempel di dinding toples. Hanya itu yang tersisa, tidak ada lagi yang lain. Semuanya terkuras habis.

 

Ratu Theresa memandang Charles dan toples itu bergantian, memandangnya dengan raut terkejut dan penasaran. Charles telah melakukannya tadi malam. Membuktikan perkataan dirinya mengenai Ophelia.

 

“Bagaimana?” Tanya penasaran.

 

Charles segera memberikan toples itu kepada Ratu Theresa. Ratu Theresa menerimanya dengan tergesa-gesa, cukup terkejut kenapa Charles memberikannya kepadanya.

 

“Itu semua omong kosong. Tidak ada yang terjadi padanya. Tidak ada kabut hitam ataupun perwujudan iblis yang keluar dari tubuh Ilana. Dia terbangun saat aku mencipratkan air ini ke wajahnya.”

 

Ratu Theresa membelalakkan matanya. “A-apa? Ba-bagaimana bisa?”

 

“Ibu hanya paranoid. Dia bukanlah Ophelia. Ophelia dan Ilana berbeda. Mereka tidaklah sama, walaupun ibu mengatakan mereka adalah orang yang sama.”

 

“I-itu… seharusnya dia… aku bisa merasakannya bila Ilana adalah….”

 

“Cukup, ibu!” Ratu Theresa menutup mulutnya. “Aku tidak ingin mendengar celotehan apa pun dari mulut ibu mengenai Ilana. Mengenai Ophelia, aku akan mengurusnya sendiri karena aku adalah seorang raja.”

 

Charles membalikkan badannya dan segera keluar dari ruangan tersebut tanpa menoleh sedikit pun kepada Ratu Theresa yang masih terpaku disana.

 

–{—

 

Aaron membuka pintu kamarnya dengan tergesa-gesa. Tabib dan pelayan berkumpul disana, di tepi ranjang yang berada di tengah ruangan. Sang Tabib membereskan semua peralatannya. Ia menundukkan kepalanya saat Aaron memasuki ruangan. Tabib itu pergi dengan membawa peralatannya, meninggalkan Barbara dan Claudia disana.

 

Claudia terbaring di ranjangnya, menatap kearah Aaron dan tersenyum kepadanya. Senyumnya sangat cerah dari biasanya, sedangkan Aaron hanya menatapnya dengan tatapan datar. Ia mendapatkan kabar bila Claudia pingsan secara tiba-tiba. Dan juga ia mendapatkan kabar lain selain kabar mengenai ia pingsan. Melihat senyum yang terukir di wajah Claudia membuat ia yakin bila kabar itu benar.

 

“Apa semua keinginanmu telah terwujud?”

 

–{—

 

Burung merpati terbang mengitari menara di bagian timur dimana lonceng berdentang sangat keras. Seantero Kota Prancis dapat mendengar suara lonceng kebahagiaan tersebut. Para rakyat tahu apa arti dari ini. Akan ada sebuah perayaan yang besar. Perayaan yang saklar dan juga yang sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat.

 

Charles berdiri menatap ke jendela. Segelas wine ia pegang di tangannya. Tatapannya lurus dengan dahi berkerut cemas. Dia tidak senang dengan perayaan ini. Sangat tidak menyukainya. Hatinya kalut, resah, dan marah. Dan masalah utamanya lebih buruk daripada mengenai Alexandre.

 

Suara gemerisik gaun dan juga langkah kaki memasuki ruangan tempat Charles berada. Ia hanya melirik dari ekor matanya. Mendengar langkah kaki itu ia bisa tahu siapa yang sedang datang menujunya.

 

Ratu Theresa melangkah memasuki ruangan. Pakaian biru safirnya menyapu lantai dan karpet di ruangan. Ia berjalan menuju punggung Charles yang berdiri tegap menghadapnya. Anak sulungnya tampak berbeda, dia seperti tidak senang dan mempunyai pikiran berat. Dia melirik kearah tangan Charles yang menggenggam cangkir wine dengan kuat.

 

“Dia berhasil,” Gumam Charles. “Dia mendapatkan apa yang ia mau.”

 

“Itu adalah khodratnya, Charles. Cepat atau lambat Claudia pasti akan mengandung anak Aaron,” Sahut Ratu Theresa.

 

Charles terkekeh. “Ibu tidak tahu apa-apa mengenai kehamilannya.”

 

“Ibu tahu…” Ratu Theresa mendesah. “Kehamilannya adalah resiko. Aku takut bila anak yang ia kandung adalah anak terkutuk.”

 

“Aku tidak ingin menerima Alexandre di Prancis.”

 

Ratu Theresa mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

 

“Claudia protes kepadaku saat aku mengusir kakaknya dari Prancis. Dia menyalahkan Ilana atas kejadian ini. Dia meminta kakaknya kembali diterima di Prancis seperti dahulu kala,” Charles terkekeh. “Ia mengira bila mengembalikan Alexandre ke Prancis adalah perkara yang mudah. Aku menantangnya untuk memberikan sesuatu kepada Dinasti ini. Aku menyindirnya mengenai Aaron yang tidak bisa ia taklukkan. Lalu, Claudia mengatakan apabila dia dapat mengandung anak Aaron, aku akan menyambut Alexandre kembali di Prancis.”

 

“Keputusanmu adalah keputusan yang bodoh,” Charles menyerngit tidak suka. Ia meneguk winenya dengan cepat. “Walaupun begitu, keputusan mengenai menyambut Alexandre kembali ke Prancis adalah yang lebih bodoh,” Ratu Theresa menoleh kepada Charles. “Kau menyetujuinya?”

 

Charles menggeleng. “Aku hanya mengatakan akan memikirkannya lagi.”

 

“Bagus.”

 

Ratu Theresa menghela nafas. Ia memindai kearah Kota Prancis yang berada di bawah kakinya. Lonceng masih berdenting dan burung merpati tak henti-hentinya mengepakkan sayapnya.

 

“Sebaiknya kau menghadiri acaranya sebelum dia merasa curiga kepadamu.”

 

Ratu Theresa berkata dan melangsung membalikkan badannya, pergi meninggalkan Charles sendirian. Charles menatap permukaan wine yang tenang berwarna bagaikan darah, merah dan kehitaman yang pekat. Wajahnya terpantul disana. Ada keraguan di matanya dan juga kekecewaan, tapi ia bisa melihat ada secercah ketekatan di matanya. Hanya sekaranglah waktunya dan dia harus melakukannya.

 

–{—

 

“Kau kalah satu langkah dalam hal apa pun, sayang.”

 

Samuel muncul di belakangnya secara tiba-tiba dan itu membuat Ophelia terkejut dan hampir saja menumpahkan air panas ketangannya sendiri. Samuel memegang teko yang membara itu dengan hati-hati, agar isinya tidak mengenai tangan Ophelia yang mulus.

 

“Hati-hati,” Ucapnya.

 

Ophelia melirik kepada Samuel. “Apa maksudmu?”

 

“Claudia,” Samuel berputar mengelilingi Ophelia. “Akhirnya dia mendapatkan yang ia inginkan. Mengandung anak Aaron di rahimnya. Kau tahu? Bila kau mencintai Aaron, kakakmu kau pastinya sudah tersingkirkan sekarang olehnya.”

 

Ophelia memasukkan serbuk teh ke dalam teko. “Aku… tidak mengerti apa itu cinta.”

 

Samuel mengerutkan dahinya. “Rasa yang sangat disukai oleh manusia adalah jatuh cinta. Mereka mengatakan rasa yang selalu ingin saling memiliki, mengasihi, dan melindungi. Aku tidak melihat hal itu diantara kau dan Aaron.”

 

Ophelia hanya diam. Ia memilih untuk menambahkan beberapa sendok teh kedalamnya. Lalu, ia mengaduknya membuat warnanya terlihat lebih pekat. Samuel melirik kearah Ophelia dan teko tersebut bergantian.

 

“Untuk siapa teh tersebut?” Tanya Samuel.

 

“Yang Mulia Raja Charles menyuruhku untuk menghidangkan teh ini untuk acara kehamilan Claudia. Dia memberikan teh ini kepadaku dan menyuruhku untuk membuatnya.”

 

Charles hanya bergumam.

 

“Bisakah kau menyusun cangkir itu di atas nampan agar para pelayan dapat membawanya ke ruang makan?”

 

Samuel mengangkat alisnya. Ia menghela nafasnya dan akhirnya mengangguk dengan terpaksa.

 

“Baiklah,” Ucapnya. “Walau ini bukan pekerjaanku, aku akan membantumu, sayang.”

 

–{—

 

Ophelia memerintahkan para pelayan lainnya untuk memasuki ruang makan. Mereka semua masuk secara berurutan sambil membawa teko, gelas, dan beberapa makanan ringan. Lalu, mereka meletakkan itu semua di atas meja. Charles melambaikan tangannya menyuruh semua pelayan itu untuk pergi dan membiarkan mereka, keluarga kerajaan mengadakan pesta kecil-kecilan ini.

 

“Rakyat akan datang esok harinya untuk menghadiri acara ini. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan kalian semua,” Ucap Ratu Theresa.

 

Semuanya tertawa terkecuali dengan Aaron. Ia hanya menanggapi dengan senyum datar di wajahnya.

 

“Terima kasih atas acara ini,” Claudia berkata sambil tersenyum. “Sebelumnya aku tidak pernah memikirkan mengenai acara ini. Bagiku kehamilan adalah hal yang biasa di dalam keluarga.”

 

“Siapa bilang itu adalah hal biasa,” Ratu Theresa menjawab. “Kita bukanlah keluarga biasa. Anakmu juga bukanlah anak biasa. Ia akan menjadi penerus nantinya yang akan memimpin Kerajaan Prancis ini esoknya.”

 

Charles berdehem. Claudia dan Ratu theres melirik kepadanya. Menyinggungnya mengenai pewaris mungkin saja dapat menyadari Charles mengenai statusnya sebagai raja dan harus mencari ratu untuk menghasilkan keturunannya nanti. Charles melirik kearah Ratu Theresa dan Claudia bergantian. Ia memandang lama kepada Claudia karna ia tahu, di acara ini ia ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.

 

“Yang Mulia…”

 

“Ilana membuatkan teh untuk kita semua,” Charles memotong perkataan Claudia. “Kalian pasti telah mendengar bila Ilana sekarang telah menjadi tunanganku. Aku sudah pernah mencoba teh buatannya dan rasanya sangat nikmat.”

 

Charles kembali melirik kepada Claudia. Claudia akhirnya menutup mulutnya dengan kesal, ia tidak jadi mengutarakan maksudnya. Charles tersenyum senang. Lalu, ia menoleh kepada Ophelia dengan tatapan penuh cinta.

 

“Tidak lama lagi aku akan menikahi Ilana dan menjadikannya ratuku.”

 

Semuanya terdiam, melirik kearah Charles dan Ophelia bergantian. Ia belum pernah menjadi pusat perhatian seperti ini sebelumnya. Ophelia memilih untuk menundukkan kepalanya. Ratu Theresa menyipitkan matanya, tidak suka dengan hal yang baru saja diumumkan oleh Charles. Mengangkat gundik menjadi ratu? Yang benar saja!

 

Charles mengisyaratkan Ophelia untuk menuangkan teh tersebut kecangkirnya. Ophelia meraih teko yang berada di hadapannya dan menuangkannya ke cangkir Charles. Tidak lupa dengan satu balok gula ke dalamnya. Charles mengangkat cangkirnya dan mendaratkan sisi cangkir ke bibirnya.

 

Cairan berwarna merah kecokelatan itu meluncur dari cangkir ke mulutnya. Charles bisa merasakan kehangatan di dalam mulutnya dan kembali merasakannya di kerongkongannya. Charles mendesah nikmat saat teh itu berhasil ia teguk. Ia memindai semua orang yang berada di meja tersebut.

 

Awalnya ia tidak merasakan apa-apa, tapi beberapa saat kemudian ia merasakan sesuatu yang tercekat di tenggorakannya. Sesuatu yang membuat dia sulit bernafas. Lalu, bagian perutnya terasa sakit bagaikan ingin memuntahkan sesuatu yang tajam. Charles menarik nafas dalam-dalam sambil memegang lehernya. Penglihatannya berlahan-lahan menjadi kabur dan air mata mulai keluar dari celah-celah matanya. Mereka mendengar suara berdebum dan juga cangkir yang pecah ke lantai.

 

Suara teriakan Ophelia terdengar dan membuat mereka semua beralih kearah ujung meja dan melihat apa yang terjadi. Tubuh Charles mendadak menjadi biru dan darah keluar dari mulutnya. Menyadari hal itu, Aaron segera sigap untuk membawa tubuh Charles menuju kamarnya dan segera memanggil tabib untuk mengobatinya. Akhir dari pesta kecil-kecilan ini adalah teriakan Ratu Theresa memanggil prajurit dan membawa Ophelia ke ruang bawah tanah atas tuduhan meracuni raja.

5 Komentar

  1. lah… jangan2 samuel yg ksh racun :LARIDEMIHIDUP

  2. nananafisah184 menulis:

    Aduuhh itu siapa yang ngeracunin :LARIDEMIHIDUP
    Masa iyaa samuel?? Tapi tujuannya apaa :kabuuuur!
    Kasian ophelia :PATAHHATI

    Ehh btw.. Tadi aku liat typo.. Sakral jadi saklar, hihihi.. Lucu aja typo’nya :dragonhihihi

    1. afifah putri menulis:

      Ehh iya ya hehe :wuakakakak

  3. Nahhh loh, siapa dah yg iseng ksh racun ke minuman ny Charles???
    Ga apa2 sih sbnrny, tp kan kasian ophelia yg dituduh huhu

  4. fitriartemisia menulis:

    NAhlohh, keracunan nih Charlesnyaaaaaaa