Previously on Little Things Between You And Me :
“Lama tidak bertemu, Himura Chie.”
“Begitukah caramu menyambut teman lama?”
“Teman lama yang lebih tepat disebut parasit,” rutuknya
“Siapa pria yang tidak sopan tadi?”
“Sebaiknya kau tidak mengenal dia, Sanada-kun. Sebisa mungkin jangan berurusan dengan orang seperti itu. Dia bukan siapa-siapa.”
***
***
Sepeninggal Sanada, Chie berusaha kembali fokus dengan pekerjaan namun tidak sepenuhnya bisa. Pikiran pemilik netra hazel dipenuhi oleh satu nama dan satu sosok yang berasal dari masa lalunya.
Gouda Inoki, kandidat yang menurut rumor adalah calon terkuat penerus perusahaan Gouda Group yang termasuk dalam jajaran pengusaha hitam.
Sudah hampir 8 tahun Chie tidak melihat pria itu dan berpikir sudah terlepas dari bayang-bayangnya
Kemunculan pria Gouda tersebut jelas merupakan mimpi buruk bagi keluarga Himura.
Chie mengingat kembali semua kejadian di masa SMU sebelum kelulusan dari Nishimachi Gakuen. Masa dimana perusahaan keluarga Himura mengalami kesulitan keuangan karena ekonomi global yang memburuk.
Keluarga Gouda menawarkan pelunasan hutang dengan mengajukan syarat yang berat sebagai tanda kepercayaan. Mereka meminta putri sulung keluarga Himura sebagai jaminannya.
Nobuo, ayah Chie, tentu saja mengetahui bagaimana sepak terjang dan kotornya berbisnis dengan klan Gouda. Ibarat tanaman parasit yang menyesap habis intisari dari pohon besar sampai mati dan mengering.
Ada beberapa rumor buruk mengenai wanita yang menikah ke dalam keluarga tersebut mengalami depresi, tekanan batin berkepanjangan dan publik hanya mengetahui bagaimana mewah dan glamournya gaya hidup keluarga Gouda yang sebenarnya diambil dari harta kekayaan keluarga pihak wanita.
Dalam situasi yang tertekan seperti itu, Nobuo, Chie dan sepupu Chie yang bernama Shotaro berbincang di sebuah ruangan tertutup kediaman Himura untuk menghadapi tantangan di depan mata.
“Otousama, aku sudah memutuskan akan hidup mandiri tanpa menggunakan dana keluarga Himura sama sekali. Mulai besok aku akan pindah dari kediaman Himura.”
Shotaro terhenyak dengan permintaan Chie, sementara Nobuo tampak tidak terlalu terkejut seakan sudah memprediksi langkah seperti ini yang akan diambil oleh putrinya.
“Chie-sama, aku tidak setuju.” Shotaro membantah dengan suara keras sementara Nobuo hanya menghela napas panjang setelah mendengar penuturan Chie.
“Shotaro-nii, tidak perlu memanggil seformal itu di tempat tertutup seperti ini.”
“Saat ini kita tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak ingin menjadi istri pajangan, trophy wife atau apapun sebutan bagi klan Gouda dan membiarkan mereka mengatur internal perusahaan kita. Lagipula, Himura punya penerus yang sanggup mengemban tugas penting dan itu adalah kau, Shotaro-nii.”
Shotaro masih terlihat keberatan, namun Nobuo terlebih dulu menyuarakan pendapat.
“Shotaro, apa yang dikatakan Chie benar adanya. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai orang luar, walaupun kau berasal dari keluarga cabang. Bagiku, kau adalah peninggalan berharga dari mendiang adikku, Shinobu dan kau berhak maju sebagai penerus Himura.”
Shotaro mengepalkan jemarinya dengan kuat. Mimpi apa dia semalam? Sebuah jabatan penting tiba-tiba hadir di pangkuannya dengan cara yang tidak terduga, namun membawa pengorbanan yang luar biasa.
“Paman Nobuo, aku tidak menginginkan jabatan ini. Tidak, kalau bayarannya harus mengeluarkan Chie dari klan Himura.”
“Shotaro-nii…”
Nobuo dan Chie saling berpandangan dalam diam. Mereka berdua jelas mengetahui bagaimana Shotaro, yang sudah menjadi yatim piatu sejak kecil, juga menyayangi Chie layaknya adik sendiri walaupun mereka hanyalah saudara sepupu.
Shotaro yang selalu tahu menempatkan diri karena sadar kalau dia berasal dari keluarga cabang dan tidak memiliki ambisi untuk menguasai perusahaan Himura. Semua tindak tanduknya tulus semata-mata untuk membantu sang paman sebagai wujud rasa terima kasih dan balas budi.
“Shotaro, pastikan apa yang kau dengar dalam ruangan ini akan menjadi rahasia kita selamanya. Kau tentu setuju kalau setiap Himura dididik keras untuk menjadi pribadi yang mandiri dan pemberani, bukannya seorang pengecut dan hal tersebut juga berlaku untuk putriku, Chie.”
“Maksud Paman?”
“Publik dan keluarga Himura diluar ruangan ini akan mengetahui kalau Chie dikeluarkan dari klan Himura karena tidak kompeten. Dan tentunya hal tersebut akan menyurutkan keinginan klan Gouda untuk memaksa memiliki Chie karena sudah tidak membawa keuntungan apapun bagi mereka.”
“Aku tidak keberatan harus hidup dengan label “tidak kompeten”, Shotaro-nii. Bagiku itu jauh lebih baik daripada aku hidup terpenjara dan tidak mampu berbuat apapun saat Gouda menghancurkan perusahaan keluarga kita yang susah payah dibangun oleh leluhur Himura.”
Mata Shotaro terbelalak dan mulai menangkap strategi yang direncanakan oleh Nobuo. Sebuah ide brilian untuk melindungi Chie sekaligus membebaskan Himura dari pengaruh Gouda.
“Kau bisa mengunjungiku beberapa kali dalam sebulan, Shotaro-nii. Dan aku berjanji tidak akan mengecewakan kepercayaan kalian.”
Dengan adanya kesepakatan seperti itu, Shotaro berhasil diyakinkan dan hal ini tetap menjadi rahasia sampai sekarang. Hanya segelintir orang yang tahu kebenaran ini.
Namun, kemunculan Inoki di depan apartemen Chie kali ini jelas membuat gadis Himura itu khawatir. Bukankah seharusnya dia tidak lagi menjadi incaran setelah sekian tahun berlalu?
Lagipula berdasarkan informasi sang sepupu, Shotaro, bisnis keluarga Himura pada akhirnya berhasil melunasi semua hutang pada Gouda Group.
Sekarang, Chie tanpa sengaja menyeret Sanada yang tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Chie jelas tidak ingin menambah beban pikiran Sanada yang baru saja terpuruk setelah berselisih dengan orangtua sang pria.
Gadis Himura itu menghela napas panjang, berdoa dalam hati supaya hari-hari selanjutnya akan berjalan damai.
****
Beberapa hari berlalu, dan Chie mulai melupakan pertemuan dengan Inoki.
Tidak ada kejadian istimewa karena Chie dan Sanada sudah membuat kesepakatan dimana pria Uemura itu hanya akan mengunjungi apartemen gadis Himura tersebut di akhir pekan.
Tidak disangka pada suatu hari, saat pulang kerja, sosok yang tidak diharapkan Chie sudah duduk menunggu di sofa lobby, langsung berdiri ketika Chie masuk ke dalam lobby apartement dan mencegat gadis Himura tersebut.
Napas Chie tertahan ketika lagi-lagi menemukan kalau Inoki yang menarik tangannya. Gadis Himura itu berusaha bersikap sopan dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
“Aku menunggu jawabanmu, Himura Chie.”
“Jawabanku tetap sama. Aku tidak tertarik, dan jangan ganggu hidupku. Bukankah sudah kukatakan berulang kali, aku tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Himura?”
“Tidak bisakah kau melihat kalau aku mencintaimu? Sejak pertemuan pertama kita dulu, bayanganmu tidak pernah lepas dari ingatanku,”ucap Inoki sambil menggenggam kedua bahu Chie dan berusaha untuk menciumnya.
Namun Chie melawan, berusaha kuat menepis lengan Inoki dan berhasil membebaskan tangan kirinya kemudian…
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Inoki.
“Maaf, Inoki-san. Tetapi aku sudah memiliki pilihan sendiri. Tolong hormati keputusanku dan jaga sikapmu.”
Chie membungkuk hormat pada Inoki dan berlalu dari tempat itu.
Inoki menggertakkan gigi dan mengepalkan jemarinya dengan kuat sepeninggal Chie. Dia menatap kepergian gadis itu dengan sorot mata penuh dendam.
“Tolong hormati keputusanmu? Cih, sombong sekali kau Himura. Akan kuberi pelajaran kau berhadapan dengan siapa, dan aku tidak sabar menunggu kau meronta memohon ampun padaku.”
Harga dirinya sebagai pria terluka karena dia satu-satunya pria dalam keluarga Gouda yang tidak bisa mendapatkan wanita yang menjadi targetnya.
Apa yang ada di pikiran Inoki saat ini adalah mendapatkan gadis Himura itu dengan cara apapun, walaupun gadis tersebut tidak memiliki pengaruh lagi dalam bisnis keluarga Himura.
*****
Sejak pertemuan kedua dengan Inoki, Chie mulai merasa tidak nyaman dalam perjalanan pulang kerja karena selalu merasa ada orang yang mengawasi gerak geriknya.
Awal bulan Oktober, saat pulang kerja, Chie menemukan kejanggalan dengan pintu apartemennya dan pintu tersebut terbuka dengan sangat cepat padahal hanya didorong sedikit.
Bulu kuduk Chie berdiri dan perlahan mengintip ke dalam ruang tamu apartemen mungil tersebut.
Terlihatlah ruang tamu tersebut dalam keadaan acak-acakan dan dinding apartemen dipenuhi foto-foto Chie saat masih SMU dalam berbagai pose, bahkan foto Chie yang sedang pulang kerja pun terpajang disana.
Chie panik dan bergegas turun ke lantai lobby untuk memprotes resepsionis ataupun bagian security yang dengan begitu gampangnya memberikan kunci akses.
Alangkah terkejutnya Chie, ketika di lobby terlihat seorang resepsionis dan salah satu perwakilan dari building management yang sudah menunggu.
Mereka menggiring Chie dalam sebuah ruangan meeting dan memberikan amplop besar berwarna coklat dan terlihat tebal.
Ketika Chie membuka isinya, terlihatlah surat pemberitahuan dari pengelola gedung untuk mengosongkan unit yang ditempati Chie.
Dalam surat itu juga terselip amplop putih yang berisi kompensasi pemutusan kontrak sepihak.
“Nona diminta untuk mengosongkan apartemen dalam waktu 2 x 24 jam setelah menerima pemberitahuan ini.”
“Apa-apaan ini? Aku menjalankan semua kewajibanku dan membayar uang sewa tepat waktu.”
“Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan ini karena kami juga hanya menjalankan perintah.”
Chie melihat sorot mata penuh penyesalan dari kedua orang yang membungkukkan badan sambil meminta maaf.
Percuma berdebat dengan staf yang juga bekerja, sama sepertinya. Apalagi yang dibutuhkan Chie adalah tempat bernaung, bukan kompensasi.
Chie tahu persis siapa dalang dibalik insiden ini.
Inoki mulai menjalankan aksinya dan mulai menunjukkan kekuasaan keluarga Gouda.
Dalam situasi darurat, orang pertama yang dihubungi Chie adalah Suzu. Namun malam itu, entah kenapa ponsel Suzu tidak bisa dihubungi.
Dengan perasaan berkecamuk dan takut diikuti atau diintai oleh stalker, Chie mengumpulkan semua barang-barang yang sanggup dibawanya dan bergegas menuju ke apartemen Sanada.
****
Beberapa menit kemudian, di lantai 23 apartemen XX.
Chie mencoba membuka pintu apartemen dengan kunci yang diberikan oleh Sanada, namun pintu tidak terbuka dan menandakan kalau sang pemilik sedang berada di rumah.
Sanada membuka pintu apartemennya dari dalam dan terpana menemukan sang gadis Himura dengan tampang sedikit berantakan sudah berdiri di luar pintu beserta beberapa tas.
“Hei, kau tidak mengabariku kalau akan datang.”
“Uhmm.. malam ini apakah aku boleh menginap disini?”
“Mau hari ini ataupun untuk seterusnya tidak masalah buatku.”
Jawaban asal cuap Sanada sambil tersenyum jahil mendapat cubitan keras di pinggang dari Chie.
Pria itu segera menggeser tubuhnya memberikan akses kepada Chie dan mereka berdua mulai memindahkan barang ke dalam rumah.
Apartemen Sanada sangat luas, terdiri dari beberapa kamar dengan fungsi tersendiri. Merupakan gabungan dari beberapa unit apartemen yang dibuat terhubung satu sama lain.
Chie pernah mengunjungi tempat ini beberapa kali sebelumnya saat Sanada meminta bantuan untuk bersih-bersih.
Ruang tamu Sanada bahkan berkali-kali lipat lebih luas dari keseluruhan apartemen Chie.
Dua sofa five-seater berwarna krem dari bahan kulit dengan bantal-bantal desain mewah yang saling berhadapan beserta coffee table tempered glass berwarna hitam metalik.
Lampu hias kontemporer yang menggantung dengan anggun ditambah interior design yang merupakan perpaduan sentuhan classic minimalis. Memberikan kesan pada tamu yang berkunjung seakan berada di suite room hotel bintang lima.
Setelah memastikan barang bawaan Chie yang tidak seberapa sudah berpindah sepenuhnya, Sanada menunjukkan salah satu kamar tamu supaya bisa dipakai Chie.
Kamar tamu tersebut bisa menampung keseluruhan isi apartemen Chie dan masih menyisakan banyak ruang kosong.
Kadang-kadang Chie tidak habis pikir kenapa Sanada memilih apartemen seluas ini padahal pria itu tinggal sendirian. Jalan pikiran pria Uemura itu memang sulit ditebak.
Chie berusaha keras untuk tidak terlihat bagaikan damsel in distress, namun Sanada mendapat firasat kalau sahabatnya baru saja mengalami kejadian besar hari ini.
Sanada jelas mengetahui sifat Chie yang pantang dikasihani, karena itu ketika Chie selesai mandi dan beres-beres, Sanada sudah menunggunya di depan kamar.
“Ayo, kita keluar berbelanja. Kulkasku kosong, aku tidak menyangka kau akan datang hari ini.”
“Terlepas dari aku datang berkunjung atau tidak, kulkasmu memang jarang ada isinya.” Cibir Chie dan Sanada terkekeh.
Begitulah kalau pria single hidup sendirian.
Karena alasan kepraktisan dan efisiensi, Sanada lebih sering memesan makanan jadi ataupun junk food.
****
Mereka berdua berjalan bersisian sedikit menjaga jarak, sama-sama masih belum terbiasa menunjukkan perhatian di depan umum.
Sanada berjalan santai sambil memasukkan sepasang tangannya dalam saku celana. Sementara Chie masih larut dalam pikirannya sendiri.
Keduanya memasuki supermarket yang berada tidak jauh dari apartemen Sanada.
Lokasinya yang strategis dan berada di pintu keluar jaringan kereta bawah tanah membuat tempat itu sangat ramai terutama saat jam pulang kerja.
“Ambil saja semua kebutuhan kita untuk satu minggu ke depan.”
Sanada membebaskan Chie mengambil pilihannya, dan untuk sementara keduanya berburu barang incaran masing-masing.
Ketika keduanya kembali bertemu di counter sayur-sayuran.
Sanada tampak membawa beberapa kaleng bir dan ada sebuah bungkusan kecil yang tidak terlihat isinya.
Sementara barang belanjaan Chie tidak jauh-jauh dari bahan pokok dan sayuran.
Saat Sanada memasukkan bawaannya dalam kereta dorong dan berjalan bersisian dengan Chie, mereka mendapat senyuman dan anggukan sopan dari dua orang ibu-ibu yang berbisik sambil berlalu, “wah, ada pengantin baru.”
Wajah Chie memerah seketika, sementara Sanada masih berusaha terlihat cool walaupun semburat tipis muncul di pipinya yang mulai memanas.
Setelah selesai berbelanja dan membayar di kasir. Keduanya kembali berjalan bersisian sementara Sanada membawa semua belanjaan dengan tangan kanan.
Ketika Chie harus menghindari orang yang berjalan dari arah berlawanan, Sanada segera berdiri di sebelah kanan Chie dan menggenggam erat lengan gadis itu dengan tangan kirinya yang masih dibalut perban. “Jangan berjalan di belakangku, Chie. Kau berjalan di sebelahku saja.”
Walaupun genggaman Sanada sebenarnya tidak kuat, tapi Chie juga tidak berusaha melepaskan dan keduanya tetap seperti itu sepanjang perjalanan menuju apartement.
****
Chie masih sibuk menyusun barang belanjaan mereka di dalam kulkas ketika dia merasakan sesuatu menyentuh puncak kepalanya.
“Untukmu,” jawab Sanada singkat dan membalikkan badan menuju ke sofa setelah memastikan Chie memegang erat bungkusan tersebut.
Chie masih memasang wajah bertanya-tanya sambil membuka bungkus plastik yang dibawa Sanada.
Di dalamnya terdapat sebuah kotak berwarna krem polos tanpa tulisan apapun, dan ketika dibuka Chie menemukan sepotong kue bolu gulung, cinnamon roll yang menjadi makanan kesukaannya.
Senyum manis Chie mengembang dan segera menutup kotak tersebut srta memasukkannya dalam kulkas. Kemudian dengan langkah cepat menyusul Sanada yang baru saja duduk di sofa.
Tubuh mungil Chie segera menghambur ke arah Sanada dan memeluk erat sambil menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria itu, membuat Sanada kehilangan keseimbangan dan kepalanya terhempas ke sandaran sofa.
Seulas senyum tipis terpatri di wajah Sanada dan membiarkan Chie tetap berbaring di atas tubuh sang pria.
Tangan kiri Sanada merangkul punggung Chie, memberikan rasa aman bagi gadis Himura tersebut.
“Bagaimana? Sudah merasa lebih baik?”
Tidak ada suara keluar, hanya gerakan samar di dada Sanada sebagai bentuk jawaban iya dari Chie.
Sanada sebenarnya tergoda untuk menanyakan alasan Chie yang tiba-tiba mencarinya malam ini, namun mengurungkan niat untuk merusak suasana damai dan memutuskan untuk menikmati sisi manja Chie seperti sekarang.
Tidak dapat dipungkiri, Sanada harus berjuang keras menjaga pikirannya supaya tetap jernih dan merasa miliknya di bawah sana mulai sulit dikendalikan.
Untunglah, beberapa menit kemudian Chie berinisiatif melepas pelukannya dan mengubah posisi duduk sekaligus membuat Sanada terlepas dari siksaan batin karena harus menahan diri untuk tidak menerkam Chie sesuai janjinya.
“Arigatou ne, Sanada-kun.” ucap Chie sambil mengucek mata dengan sebelah tangan.
Sanada menyadari Chie terlihat lelah dan sorot matanya juga meredup segera menuntun Chie untuk kembali ke kamarnya.
“Oyasumi, Chie. Jangan pikirkan apapun malam ini.” Ucap Sanada sambil mengacak rambut kekasihnya dan memberi kecupan singkat di dahi.
Chie mengangguk pelan sebelum mengucapkan selamat malam dan menghilang di balik pintu kamar.
Sanada segera menuju kamar tidurnya dengan hati berbunga-bunga.
Sebenarnya tidak baik bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, tapi apapun bencana yang dihadapi Chie jelas menjadi berkah bagi Sanada.
Mulai hari ini mereka tinggal bersama dan Sanada tidak sabar menanti kehidupan seperti apa yang akan mereka hadapi esok hari.
*****
To be continue
Sanadaaaa, aq padamuhhhhhhhh ‘lgi’
Tuhh kan, si parasit mulai iseng kan
Apaan lgi dah nnt yg bakal dilakuin si parasit itu ke Chie, tp ada hikmah ny jg sihz Chie jdi mau tinggal bareng sma Sanada cieeee hihi
Cuzz ke part selanjutny
Semangat ka
@farahzamani5 parasit yang ngga bisa bedain cinta dan obsesi
Meski kesel sma Inoki tpi seneng jg ulahnya malah mendekatkan Chie sma Sanada…lanjut baca..
@lucyacia hihihi see you in next chapter
makasih untuk inoki atas apa yang terjadi hingga membuat chie dan sanada jadi lebih dekat…
@dekoceria pada sebel ma karakter inoki ini kayanya
Okelah untuk kalii ini Inoki melakukan hal yg bagus,,
Tapi jangan deket” lagi lho sama Chie,,
bakal muncul terus si inoki sampe akhir :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP
Apa banget ya, heumpt… Esok pasti lebih berat
thanks uda mampir baca, vote n comment @seinnabilla
Sanada nih laki banget ya haha pikirannya simpel, yang penting Chie akhirnya tinggal bareng sama dia haha