Previously on Little Things Between You And Me :
“Bagaimana jika kita gagal menjalani hubungan ini? Apakah kita masih bisa bersahabat? Realita menunjukkan banyak pasangan yang putus akan berubah menjadi orang asing dan tidak saling menghubungi lagi. Aku tidak ingin kehilangan persahabatan kita.”
“Apakah kita berdua mampu melangkah ke jenjang yang lebih tinggi? Tidak ada yang bisa memberikan jawaban kalau kita tidak pernah memberikan kesempatan pada hubungan ini.”
***
***
Himura Chie tak pernah mengalami kesulitan tidur sebelumnya karena dia bukan pengidap insomnia. Namun malam ini, rasa gelisah membuat sang dara bermata hazel itu tidak bisa menikmati tidur lelap yang sangat dinantikannya.
Pertama, karena Chie menyadari kalau Sanada-lah yang mengganti pakaiannya selama dia tidak sadarkan diri. Membayangkan hal itu saja telah membuat pipi Chie memanas.
Sebagai seorang gadis yang minim pengalaman berpacaran tentunya tidak mungkin sembarangan menunjukkan aset pribadi kepada pria.
Kedua, karena pembicaraan hati ke hati dari mereka berdua barusan, membuat Chie bingung bagaimana menghadapi Sanada besok pagi.
‘Apa status mereka sekarang?’
‘Sahabat atau kekasih?’
Kalau mereka sudah menjadi sepasang kekasih, maka hal itu berarti mereka akan sering melakukan ‘itu’.
Chie menggeleng cepat dan berusaha menepis bayangan erotis yang tiba-tiba muncul dalam benaknya.
Jujur saja, sang gadis Himura belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun sehingga ada kekhawatiran tersendiri.
Karena hal inilah, Chie tidak bisa tidur semalaman.
Ketika Sanada memeriksa keadaannya di pagi hari, dia menemukan lingkaran hitam samar di bagian bawah mata Chie.
“Kenapa keadaanmu sepertinya tidak membaik?” gumam Sanada sambil mengangkat dagu Chie dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya sambil meneliti wajah sang dara.
Mata Chie tidak berani menatap mata Sanada.
“Apa yang membuatmu gelisah? Bukankah kita sudah membahasnya kemarin malam kalau aku tidak akan memaksamu?”
“A-ano.. Apakah ini berarti status kita sekarang adalah …”
“Hn?”
“Ke-kekasih?” ucap Chie setengah berbisik seakan-akan kata yang diucapkannya barusan adalah hal yang tabu.
Sanada diam-diam tertawa dalam hati melihat keluguan dan kegugupan dari sahabat yang sebentar akan berganti status. Pria itu hanya memberi anggukan sambil menunggu kejutan apa lagi yang akan diberikan oleh si gadis Himura tersebut.
Tanpa sadar, Chie mencengkeram bagian depan baju tidurnya dan refleks beringsut memundurkan badan dari Sanada.
Sanada yang mulai menyadari maksud Chie, tertawa keras tanpa kuasa menahannya lebih lama lagi.
Pria itu menyeringai jahil sambil melemparkan tatapan menggoda,
“Memang benar, aku yang mengganti pakaianmu kemarin saat membawamu pulang.”
Kedua pipi Chie mulai terasa panas.
“Tapi… Astaga, demi Kami-sama. Kau pikir setelah mengubah status kita maka aku akan berubah menjadi serigala buas yang langsung menerkam setiap melihatmu?”
Sanada kembali terkekeh sambil meyentuh pelipis kanan dengan sebelah tangan, ia tak habis pikir dan tak menyangka masih ada perempuan sepolos ini di zaman sekarang.
Wajah Chie sukses merona hebat, bahkan warna merah itu sudah menjalar di sepasang telinganya membuat sang gadis Himura terlihat semakin menggemaskan di mata sang pria.
“Ya. Kau tentu tahu bagaimana masa laluku dengan beberapa wanita yang sebelumnya hadir dalam hidupku. Tapi bukan berarti aku adalah maniak seks, Chie.”
Sanada tertawa keras sementara Chie mengerucutkan bibir sebagai bentuk protes.
Pria itu mengacak puncak kepala sang gadis sekenanya, membuat Chie memekik geli sembari berusaha menepis tangan Sanada untuk menghentikan aksi.
“Hmm, jadi ini salah satu pertimbangan yang membuatmu ragu dalam menerima ajakanku untuk tinggal bersama?”
Sanada bergumam dengan suara kecil seakan-akan kalimat barusan ditujukan untuk diri sendiri.
“Yosh, aku bisa menjamin kita tidak akan melakukannya, jika kau tak siap. Uemura tak akan menarik kembali perkataannya.”
Tiba-tiba Sanada mendekatkan wajah dan berbisik di telinga Chie, “Lagipula aku tahu kau bisa mengangkat dan membantingku jika aku memaksamu, dan itu sangatlah tidak keren bagi seorang Uemura.”
Kali ini Chie tergelak mendengarkan ucapan Sanada.
“Aku akan mempertimbangkannya, Sanada-kun. Keputusan untuk tinggal bersama adalah keputusan besar bagiku.”
“Iya. Iya. Tawaran itu berlaku selamanya. Kau bebas menentukan kapan kau akan pindah.”
Tangan Sanada terulur untuk membelai lembut puncak kepala Chie, sebelum merengkuh gadis itu dalam pelukan erat, “Cepatlah sembuh, aku tidak sabar ingin menjalani hari-hari yang baru bersamamu, milady.”
“Aku juga, Sanada-kun”
*****
Selama Chie menjalani istirahat total, Sanada menginap di apartemen mungil Chie dan selama itu pula pria Uemura menjajah sofa bed milik Chie.
Sanada hanya akan meninggalkan tempat itu pada jam-jam tertentu untuk membeli makanan bagi mereka berdua.
Walaupun sudah mendeklarasikan status hubungan mereka, namun keseharian dari dua insan ini praktis sama seperti hari lainnya.
Topik percakapan mereka bisa berubah-ubah dengan cepat dan mengalir alami tanpa beban. Bahkan Chie juga tidak mempermasalahkan status baru sang Uemura yang kini tidak ada bedanya dengan pengangguran, tentunya memberikan angin segar dalam kehidupan Sanada yang sedang terpuruk.
Setelah sembuh dari sakit, Chie kembali bekerja sebagai perawat seperti biasa. Sementara Sanada juga kembali ke apartemennya, pria itu akan mengunjungi Chie setiap akhir pekan selain memberikan bantuan jasa antar jemput Chie ke tempat kerja setiap pagi dan malam.
Sesuai janji Sanada, pria itu memberikan waktu bagi Chie untuk mempertimbangkan tawarannya.
Semuanya berjalan normal sampai pada suatu hari …
Saat Chie akan berangkat bekerja dan baru saja melangkah keluar dari lobby apartemen untuk bertemu Sanada di tempat perjanjian.
Tempat perjanjian mereka berada di luar kompleks apartemen, perlu ditempuh dengan berjalan kaki melewati sisi gedung yang cukup sepi di pagi hari.
Sebuah suara asing menyapa sang nona.
“Lama tidak bertemu, Himura Chie.”
Chie merasakan hawa dingin merasuki tulang punggung dan membuat bulu roma berdiri. ‘Su-suara ini.’
Dengan enggan Chie menoleh dan mata hazel-nya menemukan sosok pria brunet bermata cokelat yang tengah menyeringai ke arahnya.
Chie merasa kedua lututnya lemas, namun berusaha keras untuk menyembunyikan kelemahan.
Diam-diam, Chie menekan tombol call di ponsel dan membiarkan ponsel tersebut tetap berada dalam tas.
“Begitukah caramu menyambut teman lama?”
Chie menggertakkan gigi, “Teman lama yang lebih tepat disebut parasit,” rutuknya.
“Ah, atau mungkin perlu kuingatkan kembali kalau kita hampir saja bertunangan sebelum kau dikeluarkan dari keluarga Himura dan menghilang tanpa jejak?”
“Gouda Inoki, jaga ucapanmu. Apa yang terjadi dalam keluarga kami bukan urusanmu! Aku sudah jelas-jelas bukan bagian dari Himura.” desis Chie dengan sorot mata tajam menantang.
“Well, well, Himura-hime yang mirip boneka porselen kini sudah menumbuhkan taring dan cakar. I’m so impressed. Kejutan apalagi yang akan kau tunjukkan padaku, hm?”
“Jangan bertele-tele dan langsung saja ke inti permasalahannya, apa yang kau inginkan, Inoki?”
“Simple, hanya menawarkan kesepakatan win-win untuk membawamu keluar dari kandang kelinci ini dan menikmati hidup mewah yang seharusnya kau dapatkan sejak dulu.”
“Dan lagi, aku ingin melihat wajah Himura Nobuo kalau aku berhasil menyeret anak hilang ini ke hadapannya.”
Himura Nobuo adalah pemimpin jaringan bisnis Himura, ayah Chie.
Chie mengepalkan jemari dengan erat dan sempat terpikir untuk menghajar pria keparat di hadapannya ini.
Namun tidak disangka, ada sosok yang terlebih dulu menarik kerah baju Inoki dan menghempaskan pria brunet itu ke dinding yang jaraknya cukup jauh dari Chie.
Pria berambut hitam dan bertubuh atletis yang belum pernah dilihat Inoki, kini muncul di antara mereka berdua dan menatapnya tajam bak elang.
Sebelum Inoki memberikan serangan balasan atau mengucapkan apapun, sebuah tinju sudah mendarat tepat satu senti di sebelah telinga kanan Inoki dan sukses membuat pria brunet itu mengurungkan apapun niat yang terlintas dalam pikirannya.
Pria asing itu menggumamkan ancaman yang hanya bisa didengarkan oleh Inoki, “Seorang pria sejati tidak akan memaksa wanita ataupun menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan urusannya. Sekarang enyahlah sebelum aku berubah pikiran.”
Inoki menyadari dinding yang ditinju oleh pria tersebut retak, segera menghentikan aksinya dan berlalu dari tempat itu dengan gayanya yang arogan.
Samar-samar indra pendengaran Inoki menangkap panggilan Chie pada pria asing tersebut, “Kau tidak apa-apa, Sanada-kun?”
‘Hmm… cecurut itu bernama Sanada?’
*****
Sanada muncul di apartemen Chie beberapa menit setelah menerima telepon darurat dari kekasihnya tersebut, terutama saat Chie mengumpat Inoki dengan sebutan parasit dan tidak mendengar lengkap percakapan mereka seutuhnya.
Chie masih berusaha menenangkan diri setelah kejadian tadi, dan Sanada terlebih dahulu bersuara, “Kau tak apa-apa? Kuantar ke tempat kerja.”
Gadis itu hanya mengangguk pelan tanpa menjawab apapun.
Ketika mereka telah keluar sepenuhnya dari kompleks apartemen, Chie berpikir Sanada akan mengantarnya dengan motor seperti biasa, namun yang terjadi malah Sanada menawarkan alternatif lain. “Kali ini kita naik bus saja.”
Pria itu melangkahkan kaki cepat-cepat menuju halte bus terdekat mengabaikan panggilan si nona Himura yang tertinggal di belakang.
Chie berhasil menyusul sang kekasih ke halte bus. Ia menyipitkan mata dan menatap Sanada dengan curiga.
“Apa? Kenapa menatapku seperti itu?” Sanada terlihat jengah menghadapi Chie yang masih melihatnya dengan tatapan menyelidiki.
Bagi orang awam, tidak ada yang salah dengan penampilan Sanada.
Pria Uemura itu memakai baju training berwarna hitam dengan hood di punggung. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku baju, ditambah celana jeans panjang beserta sepatu kets yang membuat tampilannya terlihat kasual.
“Keluarkan tanganmu, Sanada-kun.” Nada suara Chie terdengar galak.
Sanada tidak menggubris permintaan kekasihnya, mencoba mengalihkan pandangan ke tempat lain dan berharap topik pembicaraan akan berganti cepat seperti biasa. Akan tetapi satu sentuhan pada lengan kiri Sanada, sempat membuat pria Uemura tersebut tegang. Lengannya otomatis tersentak.
Chie dengan cepat menarik keluar tangan kiri Sanada dari saku bajunya tanpa memberi kesempatan bagi pria itu untuk melawan.
Aksi heroik sang Uemura ternyata memberikan hasil yang setimpal. Punggung tangan kiri Sanada sukses membengkak dua kali lipat dari ukuran normal dihiasi warna biru keunguan yang mendominasi warna kulitnya.
“Chi-Chie… Aku tidak apa-apa.” Sanada masih berusaha menjaga image-nya supaya terlihat cool.
“Tidak apa-apa katamu?”
Satu pijatan dari Chie berhasil membuat Sanada mengaduh kesakitan dengan suara keras dan mendapat lirikan serta ekspresi menahan tawa dari orang-orang di sekitar mereka.
Bagaimana mungkin seorang pemuda gagah bisa menjerit bagaikan wanita tua hanya karena satu pijatan kecil dari gadis lemah lembut di sampingnya? Hanya Kami–sama dan mereka berdualah yang mengetahui jawaban sebenarnya.
*****
Beberapa menit kemudian, di salah satu ruang klinik tempat Chie bekerja.
Sanada tidak berani memandang Chie yang menatap setajam sorotan sinar laser ke arahnya, sementara tangan sang dara dengan cekatan membersihkan luka dan memberikan obat di tangan Sanada yang masih berukuran jumbo.
Untunglah tidak ada tulang yang patah setelah melihat hasil rontgent.
“Jangan menatapku segalak itu, Chie,” ucap Sanada memberanikan diri memecah keheningan di antara mereka. Di saat seperti ini, Chie terlihat sangat menyeramkan karena bersikap profesional.
“Mataku memang sudah begini dari sananya.”
“Aku hanya berusaha melindungi kekasih-” ucapan Sanada terpotong.
“Pelankan suaramu, baka.” Terdengar omelan Chie dalam bentuk bisikan.
Chie belum mengumumkan bahwa dia sudah officially in relationship kepada semua rekan walaupun sebenarnya para rekan kerja Chie sudah bisa menebak gelagat dari pria berambut hitam yang sering muncul di tempat kerja mereka.
Sanada lagi-lagi meringis kesakitan untuk kesekian kalinya ketika Chie mulai membebat tangan kirinya dengan perban, “Tidak disangka kau begitu tega pada orang yang sakit.”
“Salahmu sendiri, kau pikir kau masih atlet karate, hah? Beberapa tahun terakhir tanganmu lebih banyak memegang pena dan kertas daripada memecahkan tumpukan bata. Dan sekarang kau meninju dinding tanpa memikirkan akibatnya.”
Sanada tersenyum kecil sembari sesekali meringis ketika Chie memastikan perban mengikat dengan erat. Hal ini adalah hal baru bagi Sanada yang seumur hidupnya jarang diomeli orang lain.
Semua orang akan berhati-hati dan memfilter ucapan mereka bahkan termasuk para mantan kekasih terdahulu. Berbeda dengan Chie yang berani berbicara apa adanya karena tidak memiliki agenda tersembunyi.
Ketika tangan kiri Sanada sudah diperban sempurna, Sanada yang mulai bertanya, “Siapa pria yang tidak sopan tadi?”
Chie tidak langsung menjawab pertanyaan sang Uemura.
“Chie.” Sanada memanggil nama sang gadis dengan tidak sabar.
“Jangan mengacuhkanku atau pura-pura tidak mendengar pertanyaanku barusan.”
Chie menghela napas, tangannya sibuk membereskan peralatan medis yang dipakainya untuk merawat tangan Sanada tadi.
“Sebaiknya kau tidak mengenal dia, Sanada-kun. Sebisa mungkin jangan berurusan dengan orang seperti itu. Dia bukan siapa-siapa.”
Penjelasan Chie tentu saja tidak membuat Sanada puas ataupun percaya begitu saja. Namun hati kecilnya meminta Sanada untuk menahan diri dan tidak memaksa Chie. Ada baiknya memberikan waktu bagi sang gadis Himura tersebut untuk menata hati sebelum menceritakan semuanya.
Sebuah pemikiran sempat terlintas dalam benak Sanada kalau pria brunet tadi adalah mantan pacar atau mungkin orang yang pernah mengincar si gadis Himura. Baru memikirkan kemungkinan itu saja sudah membuat dada sang Uemura terasa panas dan darahnya berdesir, tersulut oleh api cemburu.
Chie menoleh dan mencuri pandang pada Sanada yang masih melemparkan pandangan kosong larut dalam pikirannya sendiri.
Sedikit banyak Chie bisa merasakan kalau Sanada tidak terlalu suka dibiarkan menerka-nerka namun pria Uemura itu juga menghormati keputusan dan tidak memaksa untuk bertanya lebih jauh.
Chie merengkuh kepala Sanada dalam pelukan dan memberikan sebuah ciuman lembut di pelipis sang pria. “Kau boleh pulang sekarang, dan aku masih perlu bekerja. Kau tidak ingin kita berdua menjadi pasangan pengangguran, kan?”
Sanada terkekeh sambil membalas pelukan Chie. “Baiklah, Nona Perawat. Bawa pulang uang yang banyak supaya kita bisa makan enak akhir pekan nanti.”
Chie memukul lembut lengan Sanada sebelum memberi isyarat dengan tangannya supaya sang pria segera berlalu.
Dalam perjalanan pulang, Sanada tersenyum simpul memikirkan kemungkinan reaksi Chie jika mengetahui berapa banyak dana yang mengendap di rekening pribadi Sanada saat ini.
Namun Sanada tidak ingin merusak kesenangan dari gadis keras kepala yang sangat memuja kemandirian dan kesetaraan kemampuan pria dan wanita.
Chie juga tidak mengeluh, bahkan bisa menerima keadaan sang kekasih yang saat ini berstatus pengangguran. Dan Sanada berencana menikmati hari-hari bebasnya tanpa memikirkan apapun. Anggaplah sedang menjalani liburan panjang setelah sekian lama bekerja keras.
***
To be continue
Aku makin suka sama sanada…dan juga chie…mereka sama sama misterius menurut ku..ditunggu banget next nya …semangat :semangatyangmembara
hai @dekoceria hihihih merasa sama-sama misterius yak. Pelan-pelan bakal dibahas kok masa lalu mereka. Stay tune.
Sanadaaaa, aq padamuhhhhhhhh eaaaa
Nahh loh jdi Chie itu sebenarnya adalah Deng Deng Deng………
Yahhhhhh lgi so sweet so sweet gni, muncul si parasit aihhhhh, mulai tegang eaaaaa
Cuzz ke part 3
Semangat ka
@farahzamani5 hahaha tar pelan-pelan dibuka siapa Chie dan Sanada sebenarnya. Tenang… chapternya ngga banyak, lagi diutak atik dan mulai upload-upload tiap chapter sampai end.
Aisshh ada parasit :DOR!
@lucyacia hai hai thanks uda mampir n vote. Iyaaahh… parasit dari masa lalu. Ikutin terus cerita mereka di next chapter.
Chie seorang putri kaya raya??
Kenapa nih Chie dicoret dari daftar keluarganya,,
jawabannya ada di next chapter
nah nah, dicoret dari daftar keluargaaa? omooo