Dia meringkuk di depan perapian rumahnya yang tidak pernah padam. Harusnya dia tenang, karena setiap saat dia selalu menghadapi situasi ini. Tapi entah mengapa, malam ini terasa berbeda. Dia merasa takut yang berlebihan, dia ingin lari tapi tidak ada pijakan untuk dia lari dari ganasnya laut. Karena rumah mungilnya berada di atas bukit karang yang berada di tengah lautan luas.
Malam yang menyiksa telah lenyap, digantikan dengan terbitnya matahari. Penghuni rumah itu keluar, berharap ada ikan atau apapun yang terdampar di sisi karang untuk dia makan. Selama hidupnya , dia bergantung pada laut yang memberi dia ikan untuk perutnya atau hewan lain yang terpaksa dia olah agar tidak kelaparan. Dari yang enak hingga yang tidak, dari yang baik untuk tubuh hingga yang beracun sekalipun dia makan. Walau pertama makan dia hampir mati, tapi lama kelamaan dia sudah kebal terhadap racun.
” kau sudah bangun, kemari. Di sisi sana banyak yang terdampar. Dari buku hingga yang aneh” seru mahluk mungil yang menemani si penghuni dari pertama dia di lahirkan.
Si penghuni mengikutinya, dia dan mahluk kecil itu mengumpulkan semua yang terdampar di karang. Juga beberapa ikan yang ikut terdampar untuk makannya hari ini.
” mau kau apakan ikan itu???” Tanya mahluk mungil itu.
” hanya membakarnya seperti biasa.” Jawab sang penghuni rumah yang ternyata seorang gadis. Mahluk mungil itu mengurusnya dari bayi, dia juga yang membuat rumah di tempat ini. Dia mengajarkan semua hal yang dia bisa, terkadang mahluk itu harus terbang ke daratan untuk melihat dan meniru manusia untuk di ajarkan pada gadis itu. Termasuk mencuri pakaian, buku buku dan alat tulis untuk dia ajarkan pada sang gadis. Tujuannya, jika nanti dia berada di daratan dan bertemu orang orang. Dia tidak di bodohi oleh manusia licik disana. Karena pasti ada saatnya dia kembali ke tempat manusia berada.
Tokk…. tokkk… tokk…
Sang gadis dan mahluk itu terperanjat, karena ketukan di pintu yang baru mereka dengar seumur hidupnya.
” jiene, apa itu???” Bisik sang gadis.
” tenanglah biar ku periksa lebih dulu.” Jiene, sang mahluk kecil terbang dan hinggap di ventilasi melihat keluar. Dia terperanjat saat melihat 3 orang pria yang terluka di depan rumahnya.
” Lunar , ada manusia yang terluka. Mereka sangat mengenaskan, sepertinya mereka terbawa ombak semalam.” Ungkap jiene yang terlihat panik.
” apa mereka jahat jiene??” Tanya Lunar dengan wajah penasaran.
” entahlah, tapi saat ini mereka tidak bisa berbuat jahat karena tubuh mereka yang terluka.” Jawab jiene santai.
” ayo kita tolong, aku tidak mau mereka menjadi bangkai disini.” Ajak Lunar pada jiene.
Lunar membuka pintu rumahnya, dia berusaha membawa satu persatu orangorang itu yang tak sadarkan diri lagi itu. Dia mengobati mereka semampunya di bantu sihir dari jiene hingga luka yang dalam terobati.
” sepertinya ikan ikan ini takkan cukup sampai besok pagi, mereka pasti kelaparan.” Gumam Lunar yang duduk di dekat perapian, memperhatikan 3 pria yang terlentang di lantai rumahnya.
…………..
Tubuhku terasa kaku, denganperlahan ku buka mataku. Hingga mataku terpaku ke atap rumah.
Aku ingat, tadi malam 2 pangeran gila menantang ku untuk berlayar bersama dengan perahu kecil. Mereka begitu senang saat aku menyetujui ide mereka untuk turun dari kapal besar ke perahu kecil. Kami berlayar agak sedikit jauh dari kapal, hingga tiba tiba cuaca berubah drastis. Ombak besar menggulung kami hingga kami tidak ingat apapun lagi.
Saat tadi tersadar sesaat, aku dan kedua pangeran bodoh itu melihat sebuah rumah di puncak bukit karang. Dengan susah payah kami kesabaran berharap ada penghuninya, di saat aku hampir tak sadarkan diri lagi. Aku melihat sesosok gadis yang menyeret ku masuk ke rumah ini. Dan ingatan itu membuatku mengedarkan pandangan hingga terlihat seorang gadis berambut putih pirang , dia sedang duduk di dekat perapian yang menyala. Dia sedang menatap buku di tangannya dengan serius.
Aku mencoba untuk duduk, ku renggangkan otot tubuhku yang kaku. Karena ku rasa luka dalamku sudah sembuh, ditambah aku bukan manusia biasa hingga luka di kulitku perlahan sembuh dan hilang. Dan seharusnya itu berlaku juga dengan dua pangeran yang masih tak sadarkan diri di sampingku.
” kau sudah sadar, ini minumlah. Dan aku hanya punya ini, makanlah.” Dia menyodorkan satu ikan bakar dan segelas air padaku. Lalu kembali berkutat dengan buku di tangannya.
” Terimakasih sudah menolong kami” ungkap ku di sela sela makan ku, sambil mencuri pandang untuk melihat wajahnya yang sangat cantik.
” ya, jika bisa kalau sudah sehat pergilah dari rumahku bagaimanapun caranya.” Meski kata katanya angkuh sarat dengan pengusiran, entah mengapa sikapnya membuatku jatuh cinta hanya dalam sekali lihat.
” namaku Elios, namamu siapa???” Tanyaku.
” Lunar moon, kau boleh memanggilku Lunar.” Jawab sang pemilik dengan senyuman yang indah.
Kakakuuuu, ratingsny pake huruf r bukan R hehe
Ayoo diedit lgi bntr dah hehe
Semangatttt
Hahaha… iya. Maklum udah berapa lama aku post. Jadi aku nggak ngeh. Typo lagi ya…
Ahhhhh ini mah kuduny jngn short story ka tp kisah berseri hihi apa emang sengaja ni yak bikin cerita gantung bgni :PATAHHATI
Kan aq penasaran knp Lunar bsa ada disitu dri bayi, apa dibuang apa tak sengaja terbuang, siapa ortuny dll dah hihi, trs penasaran jg sma 3 cwo itu apalgi sma Elios wow wow wow hihi, Akankah mereka jatuh cinta dll
Jiene itu jin yak ehh hihi
Ditunggu karya2ny lainnya
Semangat trs ya ka
Ya maaf adja ya, ceritanya dadakan nyangkut di otakku. Kelanjutannya bisa kamu fantasiin sendiri dech.
Jdi bnran oneshoot yak, okehh, mari mengkhayal lanjutan kisah ini hihi
ini gendre ceritanya fantasi?
makhluk mungil maksudnya peri. pria itu pasti bukan manusia biasa.
Lunar Moon jadi inget dewi bulan… Werewolf, vampire, penyihir
Ini akan ada lanjutannya kan ya? ya? ya??
ini oneshoot kah? hmm